Posts

Perjalanan Kita Tiba Sampai di Sini…

Sudah berapa Paskah yang kamu lewati, rayakan, dan maknai sepanjang hidupmu? 

Entahkah ini Paskahmu yang ke-sekian puluh kali karena kamu telah menjadi orang Kristen sedari lahir, atau mungkin ini jadi Paskah pertamamu karena kamu baru saja menjadi orang percaya, Kabar Baik tentang kematian dan kebangkitan Tuhan kita, Yesus Kristus adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya ( Roma 1:16). 

Seiring kamu merenungkan tiap-tiap teks dalam renungan ini, kami berdoa kiranya semua ini dapat bermanfaat untuk mendekatkanmu pada Allah, memperdalam pengertianmu tentang penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus, yang pada akhirnya memampukanmu untuk hidup sebagai murid Yesus yang setia. 

Kita telah menjumpai banyak tokoh di sepanjang renungan ini: para murid; para pemimpin agama yang menolak Yesus; Pontius Pilatus, yang menyerah pada tekanan massa; Simon orang Kirene yang memikul salib Yesus dan hidupnya berubah; Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus, murid yang mulanya sembunyi-sembunyi tetapi pada akhirnya tampil sebagai murid yang setia; para perempuan di Minggu Paskah, dan banyak pengikut Yesus yang tak tercatat namanya. Mungkin kamu merasa dekat dengan salah satu karakter-karakter ini. Mungkin juga Tuhan berbicara padamu lewat kisah dan teladan mereka. Di mana pun posisimu dalam perjalanan imanmu, kiranya kamu selalu mencari Allah untuk memberimu kekuatan, bimbingan, dan kebijaksanaan yang menolongmu menavigasi hidupmu sampai kita semua bertemu Tuhan muka dengan muka pada suatu hari. 

Sungguh! Kristus telah mati, Kristus telah bangkit, Kristus akan datang kembali!

Jelajahi Alkitab bersama Teman Jelajah!

Siapkan perlengkapanmu untuk menjelajahi Injil Lukas!

Inilah Injil yang pertama kali ditulis, yang akan menuntunmu untuk mengenal Yesus Kristus dan meneladani cara-Nya mengasihi setiap manusia dengan cara yang praktikal dan penuh kasih. 

Kunjungi santapanrohani.org untuk mengenal, terlibat, dan mendukung pelayanan-pelayanan lainnya yang dilakukan oleh Our Daily Bread Ministries.

Yuk Ikut Mendukung Pelayanan Our Daily Bread Ministries 

Sebuah benih dapat bertumbuh dengan sehat saat ia diberikan air dan pupuk secara teratur. Itulah yang juga kami lakukan, menyediakan berbagai “pupuk” untuk mendukung pertumbuhan iman orang-orang percaya. 

Pelayanan WarungSaTeKaMu telah dimulai pada tahun 2010 sebagai langkah awal dari Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau anak-anak muda di Indonesia dengan hikmat Alkitab yang dapat diakses di ranah digital. 

Namun, kami tak dapat melakukan pelayanan ini sendirian. Sebagai lembaga pelayanan yang bersifat non-denominasi dan nirlaba, kami didukung oleh persembahan kasih yang diberikan oleh para pembaca sepertimu yang terberkati dengan pelayanan kami. 

Seberapa pun pemberianmu sungguh menjadi sukacita dan semangat bagi kami untuk terus menghadirkan hikmat dari Alkitab, Firman Tuhan yang mengubahkan hidup agar dapat diterima dan dimengerti oleh semakin banyak orang di Indonesia. 

Kristus Telah Bangkit!

Minggu, 31 Maret 2024

 

16:1 Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.

16:2 Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur.

16:3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?”

16:4 Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling.

16:5 Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut,

16:6 tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.

16:7 Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.”

16:8 Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu.

16:19 Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.

 

Narasi Injil Markus tentang kebangkitan Kristus telah lama membingungkan para penafsir. Setelah menyaksikan peristiwa paling agung dan penting dalam sejarah umat manusia, para perempuan yang datang untuk meminyaki tubuh Yesus malah “lari meninggalkan kubur” karena “kegentaran dan kedahsyatan menguasai mereka” dan mereka “tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun juga karena takut”. Agaknya, ini bukanlah akhir yang dirasa pas untuk sebuah peristiwa agung! Atau, memang seharusnya demikian? 

Salah satu pola sastra menarik yang digunakan oleh Markus adalah motif “perintah untuk diam”. Di seluruh bagian Injil, kita sering membaca bahwa Yesus tidak mengizinkan orang-orang menceritakan kepada orang lain tentang diri-Nya atau mukjizat yang dilakukan-Nya (Markus 1:34, 44; 3:12; 5:43; 7:36; 8:26, 30; 9:9). Yesus tahu bahwa orang-orang akan menjadikan-Nya raja untuk kepentingan politis mereka sendiri (Yohanes 6:15). Ini bertentangan dengan misi utama kedatangan-Nya ke dunia, untuk menjadikan diri-Nya tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Oleh karena itu, Dia memerintahkan orang-orang untuk tidak menceritakan kepada yang lain tentang-Nya, setidaknya sampai Dia dibangkitkan dari antara orang mati (9:9). 

Setelah kebangkitan-Nya, para pengikut Yesus diperintahkan untuk menyebarkan Injil (Matius 28:18-20). Namun, Markus tidak pernah menceritakan pada kita apakah para perempuan itu akhirnya mengatasi ketakutan mereka dan pergi untuk memberitahukan kepada orang lain tentang kebangkitan Yesus. Banyak pembaca yang telah mengikuti narasi Markus akan bertanya-tanya, “Ke mana mereka pergi?”  

Apakah mereka bersembunyi dan menyimpan rapat-rapat berita itu? Untuk menjawabnya, mari kita posisikan diri kita hadir pada peristiwa bersejarah itu, pada suatu pagi setelah peristiwa penyaliban yang mengguncang negeri baru saja terjadi. Tiga perempuan yang dijelaskan Markus sebagai Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome berniat datang ke kubur untuk meminyaki jenazah Yesus. Ini bukanlah perjalanan yang menyenangkan bagi mereka setelah menyaksikan sendiri bagaimana ngerinya penderitaan yang Yesus alami serta kehebohan politik yang terjadi di Yerusalem. Di saat para murid lain menghilang, para perempuan ini tetap berada sedekat mungkin dengan Yesus sampai batu menutup kubur-Nya. Prosesi penguburan pada Jumat saat matahari telah terbenam tidak memungkinkan Yusuf dan Nikodemus meminyaki jenazah Yesus dengan sepenuhnya, sehingga untuk inilah para perempuan ini datang. Waktu pagi-pagi benar adalah waktu terbaik, karena suasana kota belum ramai, untuk menghindari perhatian yang tidak diinginkan. 

Kenyataan, kengerian, kesedihan, dan disorientasi akan kematian Yesus menyadarkan mereka kembali ketika mereka semakin dekat dengan makam-Nya. Namun, betapa terkejutnya mereka ketika batu besar itu telah digulingkan dan tak ada jenazah Yesus di dalamnya. Mereka melihat malaikat Tuhan ada di sana dan memberitahu bahwa Kristus telah bangkit. 

Injil Lukas mencatat respons mereka. Para perempuan itu tidak lari atau bersembunyi. Perkataan malaikat mengingatkan mereka akan nubuat yang Kristus telah sampaikan dan mereka lantas “menceritakan semuanya itu kepada kesebelas rasul dan kepada semua saudara yang lain” (Lukas 24:8-9). 

Mengapa Markus tidak menuliskan keterangan ini? Mungkin, pertanyaan “ke mana” inilah yang diharapkan Markus muncul dalam hati para pembacanya sehingga dia tidak menuliskan kelanjutan kisah para perempuan itu. 

Jika pertanyaan ini juga muncul pada kita, Injil mengundang kita untuk bertanya balik kepada diri kita sendiri. Sudahkah kita pergi? Sudahkah kita dengan setia menyatakan Injil yang agung tentang Kristus yang mati, bangkit, dan akan datang kembali? Yesus yang terangkat ke surga adalah Yesus yang akan datang kembali ke dunia ini (Kisah Para Rasul 1: 10-11). 

Kiranya kita memiliki keberanian untuk pergi dan menceritakan Kabar Baik ini kepada setiap orang yang butuh mendengarnya!

REFLEKSI

1. Menurutmu, apa yang membuat para perempuan lari dari kubur, setelah mendengar kabar kebangkitan Kristus? Dan, mengapa mereka takut untuk segera menceritakan kisah ini kepada orang lain?

2. Sebelum kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus memberi perintah Amanat Agung kepada para murid-Nya (Matius 28:18-20). Bagaimana kamu menaati amanat ini?

 

DOA

Bapa yang kekal, putra-Mu, Tuhan Yesus Kristus, telah bangkit dari kematian dan terangkat ke surga, duduk di sebelah kanan-Mu. Karuniakanlah kami kekuatan dan keberanian untuk pergi dan menjadikan bangsa-bangsa murid-Mu. Kiranya kami menyatakan Dia sebagai Juruselamat dunia, agar orang-orang datang mengenal-Nya dan menyembah di kaki-Nya. Dalam nama Kristus kami berdoa, amin.



Lihat Juga:




Dari Salib ke Kubur

Sabtu, 30 Maret 2024

 

15:25 Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan.

15:26 Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: “Raja orang Yahudi”.

15:27 Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya.

15:28 (Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: “Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.”)

15:29 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,

15:30 turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!”

15:31 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!

15:32 Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.” Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.

15:33 Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.

15:34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

15:35 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.”

15:36 Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.”

15:37 Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.

15:38 Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.

15:39 Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”

15:42 Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat.

15:43 Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.

15:44 Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati.

15:45 Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf.

15:46 Yusufpun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.

15:47 Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus dibaringkan.

 

Penyaliban adalah praktik hukuman mati paling barbar yang diciptakan dan dilakukan oleh kekaisaran Romawi terhadap para budak dan orang-orang yang memberontak terhadap otoritas. Ribuan kriminal disalibkan dan inilah pemandangan yang lumrah bagi mereka yang hidup di abad pertama. 

Ketika Yesus mengundang para murid untuk memikul salib dan mengikut Dia, gambaran yang muncul di benak mereka pastilah mengerikan. Selain itu, orang-orang Yahudi juga akan tersinggung dengan salib. Menurut Ulangan 21:23, orang yang digantung di bawah pohon adalah orang yang dikutuk Allah. Selain itu, ketelanjangan pun dianggap sebagai hal yang menjijikkan. Dua hal buruk inilah yang ditimpakan pada Yesus, sehingga apa yang Dia lakukan tak hanya ngeri dan jijik, tetapi juga amatlah hina bagi orang-orang yang hidup pada masa itu. 

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika banyak orang mengejek Yesus ketika Dia sekarat di kayu salib. Orang-orang yang lalu-lalang, para pemimpin agama, dan para penyamun di sisi-Nya melontarkan komentar-komentar sarkas pada-Nya. “Hai Engkau yang mau meruntuhkan Bait Suci dan membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!” (ayat 29). Para pemimpin agama bahkan menyatakan bahwa mereka tidak memiliki raja selain Kaisar Romawi (Yohanes 19:15). Siapa yang mau percaya bahwa Dia yang terpaku di salib adalah Anak Tunggal Allah, tapi begitu tidak berdaya dan lemah, sekarat demi menebus dosa-dosa manusia? 

Namun, ada orang yang melihat salib itu dengan berbeda. Dia bukan orang Yahudi yang satu golongan dengan Yesus, melainkan seorang perwira kafir. Ketika Yesus menghembuskan nafasnya yang terakhir, berkatalah dia, “Sungguh, orang ini Anak Allah!” (ayat 38). 

Setelah Yesus mati di kayu salib, dua murid menghadap Pilatus, memohon izin untuk menguburkan-Nya. Injil Markus menyebut salah satu murid itu adalah Yusuf dari Arimatea. Yusuf menjadi murid secara sembunyi-sembunyi karena dia takut akan orang Yahudi. Inilah yang menyebabkan dia tidak membela Yesus secara terang-terangan, setidaknya sampai Yesus diadili. Dia adalah suara minoritas yang menolak penyaliban (Lukas 23:51). Meskipun dia gagal mempengaruhi para pemimpin agama untuk membebaskan Yesus, Yusuf ingin memastikan agar Yesus menerima pemakaman yang layak sebelum Sabat. Yusuf tidak ingin jenazah Yesus dibiarkan begitu saja di atas salib, atau dikuburkan bersama para penyamun untuk kemudian menjadi santapan anjing. Dengan melangkah maju untuk meminta tubuh Yesus, Yusuf menyatakan secara terbuka bahwa dia adalah pengikut Yesus yang setia. Yusuf mempertaruhkan posisinya sebagai orang terpandang, anggota Mahkamah Agama (Markus 15:43). 

Murid Yesus lainnya yang datang bersama Yusuf adalah Nikodemus (Yohanes 19:39). Dia juga mengikut Yesus dengan sembunyi-sembunyi. Inilah alasannya mengapa dia sebelumnya mengunjungi Yesus pada malam hari (ayat 39; Yohanes 3:1-21). Nikodemus membawa kira-kira 30 kg campuran minyak mur dan gaharu, rempah-rempah yang mahal untuk meminyaki tubuh Tuhan Yesus. Penggunaan rempah dengan jumlah besar umumnya dikhususkan bagi keluarga kerajaan atau orang yang dihormati masyarakat. Dengan kata lain, Nikodemus percaya bahwa Yesus adalah Raja dan Dia layak mendapatkan pelayanan penguburan yang luar biasa. 

Ketika situasi mengharuskan mereka untuk tampil, Yusuf dan Nikodemus menaatinya. Mereka tidak lagi sembunyi-sembunyi sebagai murid. Mereka dengan rela hati mengambil risiko dikucilkan oleh para pemimpin agama dan komunitas mereka. Sayangnya, para murid lain yang telah mengikuti-Nya selama bertahun-tahun justru tidak terlihat (Markus 14:50). Sungguh berkontradiksi! 

Kiranya kita menjadi seperti Yusuf dan Nikodemus, yang bersedia menjadi saksi Kristus yang setia.

REFLEKSI

1. Kematian Tuhan Yesus di salib membebaskan kita dari utang dan perbudakan dosa. Apa arti kematian Tuhan Yesus buatmu?

2. Apakah kita bersikap seperti murid-murid Tuhan Yesus, yang sembunyi-sembunyi karena takut akan konsekuensi dari menyatakan iman kita? Apa yang menghalangi kita untuk menyatakan kesetiaan kita akan Yesus kepada keluarga, saudara, teman, dan tetangga kita?

 

DOA

Bapa yang Mahakuasa, ampuni kami, ketika kami bertindak seperti murid-murid-Mu yang sembunyi-sembunyi. Berikan kami kekuatan untuk menjadi saksi Injil yang setia melalui perkataan dan perbuatan kami, agar kami selalu memuliakan Engkau. Dalam nama Yesus, Tuhan kami, amin.



Lihat Juga:




Pontius Pilatus dan Simon Orang Kirene

Jumat, 29 Maret 2024

 

15:1 Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus.

15:2 Pilatus bertanya kepada-Nya: “Engkaukah raja orang Yahudi?” Jawab Yesus: “Engkau sendiri mengatakannya.”

15:3 Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia.

15:4 Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: “Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!”

15:5 Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran.

15:6 Telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu menurut permintaan orang banyak.

15:7 Dan pada waktu itu adalah seorang yang bernama Barabas sedang dipenjarakan bersama beberapa orang pemberontak lainnya. Mereka telah melakukan pembunuhan dalam pemberontakan.

15:8 Maka datanglah orang banyak dan meminta supaya sekarang kebiasaan itu diikuti juga.

15:9 Pilatus menjawab mereka dan bertanya: “Apakah kamu menghendaki supaya kubebaskan raja orang Yahudi ini?”

15:10 Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki.

15:11 Tetapi imam-imam kepala menghasut orang banyak untuk meminta supaya Barabaslah yang dibebaskannya bagi mereka.

15:12 Pilatus sekali lagi menjawab dan bertanya kepada mereka: “Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan orang yang kamu sebut raja orang Yahudi ini?”

15:13 Maka mereka berteriak lagi, katanya: “Salibkanlah Dia!”

15:14 Lalu Pilatus berkata kepada mereka: “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?” Namun mereka makin keras berteriak: “Salibkanlah Dia!”

15:15 Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.

15:16 Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul.

15:17 Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.

15:18 Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: “Salam, hai raja orang Yahudi!”

15:19 Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya.

15:20 Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya.(15-20b) Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan.

15:21 Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.

15:22 Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak.

15:23 Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya.

15:24 Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing.

 

Ketika para pemimpin agama membawa Yesus kepadanya, Pilatus tidak begitu yakin bahwa tuduhan yang mereka sampaikan atas Yesus bersifat politis. Pilatus menduga ini hanyalah masalah rasa iri hati mereka terhadap Yesus. 

Meskipun demikian, Pilatus membiarkan dirinya terpengaruh oleh mereka. Para pemimpin agama ini juga berusaha memojokkan Pilatus dengan berkata, “Jikalau engkau membebaskan orang ini [Yesus Kristus], engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.” (Yohanes 19:12). Pilatus lantas menimbang pilihannya dan menyadari bahwa terlalu riskan baginya untuk mempertaruhkan reputasinya hanya demi membebaskan Yesus. 

Ketika kerumunan orang banyak yang digerakkan oleh para imam kepala berteriak, “Salibkan Dia! (Markus 15:13-14), Pilatus menyerah dan mengikuti apa yang menjadi tuntutan massa: menyalibkan Kristus dan membebaskan Barabas (ayat 15).

Pilatus adalah contoh seorang yang egois, yang lebih memilih untuk mempertahankan posisi dan statusnya, meskipun dia sebenarnya tahu bahwa dia melakukan yang salah ketika menyerah pada tekanan massa untuk menghukum Yesus yang tak bersalah untuk disalibkan. 

Di pengadilan Pilatus, penyiksaan brutal terhadap Yesus pun dimulai. Dia disiksa, dipukuli, dicambuk, dan dihujat. Dengan kondisi tubuh yang telah teraniaya, Yesus harus memanggul salib-Nya menuju Golgota. Namun, salib itu terlalu berat, sehingga Simon dari Kirene dipaksa untuk menolong-Nya. 

Simon adalah seorang Yahudi dan orang asli dari Afrika Utara yang kemungkinan besar baru saja tiba di Yerusalem untuk merayakan Paskah. Besar kemungkinan, Simon kala itu tidak mengenal Yesus. Namun, ketika dipaksa oleh prajurit untuk memikul salib, Simon tak punya pilihan selain taat. Simon juga adalah ayah dari Alexander dan Rufus. Fakta bahwa kedua anak Simon tercatat menunjukkan bahwa mereka sangat dikenal oleh para pembaca Injil Markus di Roma. Menariknya, Rasul Paulus juga menyebut nama Rufus dan ibunya, yang dianggapnya seperti ibu kandung sendiri (Roma 16:13). Jika Rufus yang disebutkan Paulus adalah Rufus yang sama, ini artinya Simon menjadi pengikut Yesus setelah memikul salib-Nya. Tak cuma dirinya seorang, tapi keluarganya juga menjadi orang-orang percaya. 

Tindakan ketaatan Simon untuk menolong Yesus telah mengubah hidupnya dan seisi keluarganya, serta membawa mereka pada peranan yang lebih besar dalam kerajaan Allah kemudian. Seringkali kita cenderung berpikir bahwa kita harus punya perlengkapan lengkap, atau sungguh dewasa dalam Kristus untuk melayani Allah. Namun, yang Allah cari adalah orang-orang yang bersedia taat untuk melayani Dia, kapan pun dan di mana pun Dia memanggil. Jawaban “ya” kita terhadap tugas-tugas kecil bisa menjadi sarana untuk mentransformasikan hidup kita menjadi semakin serupa dengan Kristus, dan juga membuka pintu pada lebih banyak kesempatan untuk melayani Dia.

REFLEKSI

1. Berkaca dari sikap Pilatus, mengapa begitu sulit bagi kita untuk berdiri teguh memperkatakan kebenaran? Mengapa lebih mudah untuk diam dan berpangku tangan?

2. Bagaimana kita merespons, ketika diminta untuk ikut menanggung beban orang lain? Mengapa tindakan Simon dari Kirene bisa terasa sulit untuk kita lakukan di masa kini?

 

DOA

Allah Mahakuasa, berilah kami keberanian, agar kami yang telah Engkau bebaskan dari dosa mampu menyuarakan kebenaran. Kiranya kami juga tidak takut untuk menegur kesalahan dan menderita dengan sabar demi kebenaran.

Terima kasih juga untuk inspirasi dari Simon orang Kirene, yang memberi dirinya untuk ikut memikul salib Kristus. Berikan kami anugerah dan kekuatan untuk peka terhadap kebutuhan orang lain dan kesediaan untuk menanggung beban satu sama lain, dalam upaya kami hidup dalam ketaatan terhadap-Mu. Dalam nama Yesus, amin.



Lihat Juga:




Yesus Berdoa di Getsemani

Kamis, 28 Maret 2024

 

14:32 Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku berdoa.”

14:33 Dan Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta-Nya. Ia sangat takut dan gentar,

14:34 lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah.”

14:35 Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya.

14:36 Kata-Nya: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”

14:37 Setelah itu Ia datang kembali, dan mendapati ketiganya sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Simon, sedang tidurkah engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam?

14:38 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

14:39 Lalu Ia pergi lagi dan mengucapkan doa yang itu juga.

14:40 Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat dan mereka tidak tahu jawab apa yang harus mereka berikan kepada-Nya.

14:41 Kemudian Ia kembali untuk ketiga kalinya dan berkata kepada mereka: “Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Cukuplah. Saatnya sudah tiba, lihat, Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.

14:42 Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.”

 

Pada saat-saat terakhir-Nya di bumi, Yesus bergumul dengan kesedihan yang mendalam di taman Getsemani. Saat Dia menatap ke sisi barat dari taman itu, Dia akan melihat Bait Allah dengan segala keindahannya. Di sana, ribuan hewan dikurbankan setiap tahun, darahnya membasahi altar. Namun, darah binatang tidak memiliki kuasa nyata untuk menghapuskan dosa (Ibrani 10:3-4). Pandangan ini mengingatkan Yesus akan semua yang ada di depan mata-Nya. Yesus tahu darah-Nya akan segera ditumpahkan di atas kayu salib ketika Dia mengorbankan diri-Nya dengan sukarela untuk menebus dosa-dosa seluruh umat manusia. 

Dalam natur-Nya sebagai Allah sekaligus juga manusia, Yesus mengerti akan sulit, sakit, dan pilunya harga yang harus Dia bayar demi keselamatan manusia. “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya,” ucap Yesus. Gerrit Dawson, dalam tulisannya di DesiringGod, menarasikan dengan detail apa makna kesedihan yang baru saja disampaikan Yesus itu. Dia tahu bahwa Dia akan kehilangan tubuh jasmani-Nya pada kayu salib. Namun, yang pertama, Dia akan kehilangan apa yang jauh lebih berharga: perkenanan dari Bapa Surgawi. Sebelum ditangkap, Yesus telah membayangkan apa yang akan terjadi ketika Dia harus meminum cawan-Nya (Matius 26:39, 42). Itulah cawan murka Allah terhadap dosa dengan segala kekuatannya yang merusak dan memutarbalikkan (Yesaya 51:17). Ketika Yesus makin dekat dengan penderitaan dan kematian-Nya, Dia akan melihat Bapa bergerak mundur, menjauh dari-Nya. 

Yesus pun lantas meminta tiga murid-Nya, Petrus, Yakobus, dan Yohanes, untuk mendukung dia dalam doa (Markus 14:32-33). Namun, ketiga murid itu gagal berdiri di samping Yesus pada saat Dia membutuhkannya. Meskipun Yesus memohon kepada mereka tiga kali agar mereka tetap terjaga, mereka tetap saja tertidur. 

Pada jam-jam krusial menjelang kematian-Nya, para murid menunjukkan bahwa mereka tidak sepenuhnya memahami harga yang harus dibayar untuk mengikut Yesus. Sepanjang menjadi murid, mereka pernah berdebat tentang siapa yang paling besar dan layak untuk menerima status dan kekuasaan (Markus 9:33-34; 10:35-40). Sampai di titik ini, mereka masih belum mengerti apa artinya berbagi cawan penderitaan Yesus dan memikul salib untuk mengikut Dia, bahkan sampai kepada risiko untuk mati demi iman mereka. 

Demikian juga, Yesus telah memanggil kita untuk mengikut Dia, dan setiap kita memiliki cawan untuk kita minum. Mungkin beban yang kita pikul terasa terlalu berat. Kita mungkin juga tergoda untuk meninggalkan saja cawan itu. Namun, kiranya kita meraih kekuatan saat kita merenungkan kembali doa Yesus di taman Getsemani: “…tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa Engkau kehendaki” (Markus 14:36). 

Gerrti Dawson kembali menuliskan:Di Getsemani, Yesus telah membuat keputusan yang begitu sulit untuk meminum cawan murka yang sejatinya tidak layak untuk Dia terima. Sang Terang memberi diri-Nya untuk dipadamkan ke kegelapan terkelam. Dia berkenan masuk ke dalam lembah kematian dan kesendirian agar kita dapat melewatinya dengan aman, seperti kita melintasi tanah kering. Anak Domba Paskah kita yang tak berdosa telah memberikan diri-Nya untuk dikorbankan menjadi tebusan bagi kita sekalian. Di taman Getsemani, yang oleh dunia zaman itu dikenal sebagai tempat pemerasan buah Zaitun, Yesus masuk dan menerima sepenuhnya panggilan-Nya untuk mati bagi umat manusia. 

Kiranya kita dengan rela hati tunduk pada kehendak Tuhan dan tetap setia kepada-Nya.

REFLEKSI

1. Renungkan peristiwa, ketika Yesus begitu sedih berdoa di taman Getsemani. Adakah momen-momen dalam hidupmu, ketika bebanmu untuk mengikut Yesus terasa terlalu berat?

2. Bagaimana kamu mendapatkan kekuatan dari-Nya untuk terus bertekun?

3. Adakah “cawan” yang sulit, yang Tuhan perintahkan untuk kamu minum? Bagaimana kamu menanggapi-Nya? Apa yang memampukanmu untuk berdoa: “Jangan kehendakku, tapi jadilah kehendak-Mu”?

 

DOA

Bapa yang penuh kasih, kami mengingat Yesus, Tuhan kami, yang menderita dan berdoa dengan tulus di Taman Getsemani untuk menaati kehendak-Mu. Kuatkanlah lutut kami yang ringkih dan perdalamlah hasrat kami untuk menyenangkan-Mu, agar kami, gereja-Mu, senantiasa melakukan apa yang jadi kehendak-Mu.

Kiranya kami memancarkan terang-Mu dalam gelapnya dunia, sampai seluruh manusia datang mengenal Yesus, yang di dalam nama-Nya kami berdoa, amin.


Lihat Juga:


Beriman di Titik Nadir

Penderitaan adalah bagian dalam hidup, dan seringkali penderitaan itu menghujam kita sampai ke titik nadir.

 



Perjamuan Malam Terakhir

Rabu, 27 Maret 2024

 

14:1 Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat,

14:2 sebab mereka berkata: “Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat.”

14:3 Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.

14:4 Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: “Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?

14:5 Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” Lalu mereka memarahi perempuan itu.

14:6 Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.

14:7 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.

14:8 Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku.

14:9 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.”

14:10 Lalu pergilah Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid itu, kepada imam-imam kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus kepada mereka.

14:11 Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya. Kemudian ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

14:12 Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi, pada waktu orang menyembelih domba Paskah, murid-murid Yesus berkata kepada-Nya: “Ke tempat mana Engkau kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?”

14:13 Lalu Ia menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: “Pergilah ke kota; di sana kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia

14:14 dan katakanlah kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Pesan Guru: di manakah ruangan yang disediakan bagi-Ku untuk makan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku?

14:15 Lalu orang itu akan menunjukkan kamu sebuah ruangan atas yang besar, yang sudah lengkap dan tersedia. Di situlah kamu harus mempersiapkan perjamuan Paskah untuk kita!”

14:16 Maka berangkatlah kedua murid itu dan setibanya di kota, didapati mereka semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah.

14:17 Setelah hari malam, datanglah Yesus bersama-sama dengan kedua belas murid itu.

14:18 Ketika mereka duduk di situ dan sedang makan, Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku.”

14:19 Maka sedihlah hati mereka dan seorang demi seorang berkata kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?”

Paskah adalah hari raya penting yang dirayakan oleh orang-orang Yahudi untuk memperingati penyertaan Tuhan yang membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir (Keluaran 12-13). Pada masa Perjanjian Baru, perayaan Paskah umumnya mencakup praktik meminum empat cangkir anggur di antara waktu makan, untuk mengingat kembali janji Allah di Keluaran 6:5-7. 

Cangkir anggur pertama mengingatkan mereka akan janji penyertaan Allah: “Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir” (ayat 5). Cangkir kedua mengingatkan mereka akan bagaimana Allah memerdekakan mereka dari belenggu: “…[Aku] melepaskan kamu dari perbudakan mereka” (ayat 5). Cangkir ketiga mengingatkan mereka tentang bagaimana Allah membenarkan mereka: “[Aku] akan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat” (ayat 5). Cangkir terakhir mengingatkan mereka tentang bagaimana Allah menjadikan mereka kepunyaan-Nya: “Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu” (ayat 6).

Ketiga Injil sinoptik mencatat peristiwa ketika Yesus dan para murid meminum cangkir-cangkir anggur dalam peristiwa yang kita kenal sebagai Perjamuan Malam Terakhir. Ini bukan acara makan-makan biasa. Ini jamuan makan yang dilakukan dalam konteks merayakan Paskah, untuk memperingati bagaimana Allah menyelamatkan Israel dari perbudakan di Mesir dan tulah kematian jasmani. Namun, dalam Perjanjian Baru, pentingnya makna perjamuan ini bukan karena fakta historis yang menyertainya, melainkan apa yang jadi perintah Yesus kepada para murid. 

Markus 14:22 menjelaskan bagaimana Yesus mengambil roti, memecah-mecahkannya, lalu memberikannya kepada para murid. Menurut praktik kuno, peristiwa ini terjadi di antara prosesi meminum cangkir anggur kedua dan ketiga. Saat memecah-mecah roti, Yesus sedang menyiratkan bahwa makna dari roti itu adalah tubuh-Nya, dan cangkir anggur adalah darah-Nya yang ditumpahkan bagi banyak orang. 

Setelah meminum cangkir anggur ketiga, Yesus memberitahu para murid bahwa Dia tidak akan meminum lagi hasil pokok anggur sampai kerajaan-Nya datang (ayat 25). Mereka lalu menutup perjamuan malam itu dengan menyanyikan pujian dan pergi ke Bukit Zaitun (ayat 26). Yesus dengan sengaja menyudahi perjamuan makan itu tanpa meminum cangkir ke-empat. Apa artinya? 

Dengan menekankan bahwa Dia akan meminum cangkir anggur terakhir hanya ketika Dia datang kembali, Yesus menunjukkan bahwa janji ke-empat hanya akan digenapi pada kedatangan-Nya yang kedua. Seluruh ciptaan masih menanti hari akhir itu, ketika Allah mengambil orang-orang dari segala suku dan bangsa untuk menjadi umat kepunyaan-Nya.

Saat kita ikut serta dalam Perjamuan Kudus hari ini, kita tidak hanya melihat pada karya Yesus di kayu salib yang telah tuntas, tetapi juga pada kedatangan-Nya yang kedua. Kita mengingat kata-kata Paulus: “Sebab, setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” (1 Korintus 11:26).

Kiranya kita selalu siap sedia menyambut kedatangan Kristus yang kedua. Maranatha!

REFLEKSI

1. Bagaimana pemahaman yang lebih dalam tentang liturgi Paskah dapat membantumu menghargai Perjamuan Kudus?

2. Apa artinya bagimu untuk berpartisipasi dalam Perjamuan Kudus di gerejamu hari ini? Bagaimana kamu menyatakan kematian Tuhan Yesus, sampai Dia datang kembali?

 

DOA:

Allah yang hidup, baharuilah kami dengan Roti Hidup dari surga yang menguatkan iman kami, menyalakan harapan kami, dan memperdalam kasih kami kepada-Mu. Kiranya kami selalu setia untuk menyatakan kematian Kristus, sampai Dia datang kembali. Dalam nama Kristus, amin.


Lihat Juga:


Menilik Relevansi “Ritual” Kristen dalam Realisasinya di Kehidupan Kita

Apa yang kamu bayangkan ketika membaca kata “ritual”? Apakah gambaran yang muncul di dalam benakmu adalah imam yang mempersembahkan korban bakaran di atas altar?

 



Bukit Kehancuran

Selasa, 26 Maret 2024

 

13:1 Ketika Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata kepada-Nya: “Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!”

13:2 Lalu Yesus berkata kepadanya: “Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan.”

13:3 Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, berhadapan dengan Bait Allah, Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas bertanya sendirian kepada-Nya:

13:4 “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi, dan apakah tandanya, kalau semuanya itu akan sampai kepada kesudahannya.”

13:5 Maka mulailah Yesus berkata kepada mereka: “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!

13:6 Akan datang banyak orang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah dia, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.

13:7 Dan apabila kamu mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang, janganlah kamu gelisah. Semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.

13:8 Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat, dan akan ada kelaparan. Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.

13:9 Tetapi kamu ini, hati-hatilah! Kamu akan diserahkan kepada majelis agama dan kamu akan dipukul di rumah ibadat dan kamu akan dihadapkan ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja karena Aku, sebagai kesaksian bagi mereka.

13:10 Tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa.

13:11 Dan jika kamu digiring dan diserahkan, janganlah kamu kuatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus.

13:12 Seorang saudara akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah terhadap anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.

13:13 Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat.”

13:14 “Apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat yang tidak sepatutnya–para pembaca hendaklah memperhatikannya–maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan.

13:15 Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun dan masuk untuk mengambil sesuatu dari rumahnya,

13:16 dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya.

13:17 Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu.

13:18 Berdoalah, supaya semuanya itu jangan terjadi pada musim dingin.

13:19 Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia, yang diciptakan Allah, sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.

13:20 Dan sekiranya Tuhan tidak mempersingkat waktunya, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan yang telah dipilih-Nya, Tuhan mempersingkat waktunya.

13:21 Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau: Lihat, Mesias ada di sana, jangan kamu percaya.

13:22 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan.

13:23 Hati-hatilah kamu! Aku sudah terlebih dahulu mengatakan semuanya ini kepada kamu.”

13:24 “Tetapi pada masa itu, sesudah siksaan itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya

13:25 dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan goncang.

13:26 Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.

13:27 Dan pada waktu itupun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit.

13:28 Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.

13:29 Demikian juga, jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.

13:30 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi.

13:31 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.

13:32 Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.”

13:33 “Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.

13:34 Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya berjaga-jaga.

13:35 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, 13:36 supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur.

13:37 Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!”

 

Pada Perjanjian Lama, Bukit Zaitun yang terletak di sisi timur Yerusalem, dianggap sebagai tempat di mana banyak peristiwa sedih terjadi. Daud melarikan diri dari kejaran anaknya, Absalom. Sambil menangis, menyelubungi kepala, dan tidak berkasut, Daud mendaki sampai ke puncaknya (2 Samuel 15:30). Raja Salomo mendirikan altar, tempat pemujaan bagi Kamos dan Molokh—ilah-ilah yang disembah oleh orang Moab dan Amon (1 Raja-raja 11:7). Bukit Zaitun juga lantas dijuluki Bukit Kehancuran ketika Raja Yosia menajiskan tempat-tempat pemujaan yang ada di sebelah timur Yerusalem (2 Raja-raja 23:13). Bukit ini adalah pengingat akan apa yang terjadi ketika umat Tuhan melakukan kejahatan di mata-Nya dan menolak untuk bertobat. 

Berhadapan dengan Bukit Zaitun, terdapat bangunan Bait Allah. Sejarah mencatat bahwa pada tahun 957 SM, tepatnya pada zaman Raja Salomo, Bait Allah pertama berhasil didirikan. Kehadiran Bait Allah menjadi identitas yang begitu dibanggakan, sehingga kehancurannya ikut pula melambangkan kehancuran Israel. Pada tahun 586, Babel menghancurkan Bait Allah. Bangsa Israel pun masuk ke dalam masa pembuangan kedua ke Babilonia. Pada zaman nabi Ezra, pembangunan kembali Bait Allah dilakukan ketika orang-orang Israel pulang kembali ke tanah perjanjian setelah runtuhnya Babel. Namun, lagi dan lagi, Bait Allah itu hancur. Pada tahun 70 M pasukan Romawi merobohkannya, seperti apa yang Yesus nubuatkan. 

Seperti telah diceritakan sebelumnya bahwa Bait Allah lebih dari sekadar bangunan bagi orang Israel, para murid Yesus pun sangat terkesan dengan keindahan arsitekturnya ketika mereka duduk bersama Yesus di Bukit Zaitun. Salah seorang murid berkata, “Guru, lihatlah betapa besarnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!” (ayat 1). Namun, Yesus menunjukkan sikap berbeda. Saat Dia memandang bait itu, Yesus memberitahu para murid bahwa Bait Allah akan diruntuhkan (ayat 2). Perbedaan sikap yang kontras ini membuat para murid heran. Pada ayat ke-empat, mereka bertanya kapan nubuatan itu akan digenapi? 

Yesus tidak menjawab dengan angka spesifik, melainkan dengan memberi peringatan. Pada ayat 5, Yesus mengatakan “waspadalah”, dan “hati-hatilah” pada ayat 9.  Dua kata kerja ini dipilih Yesus untuk menekankan betapa Dia ingin agar mereka bersiap akan kehancuran yang dinubuatkan dan juga berjaga-jaga untuk kedatangan-Nya yang kedua. Yesus tidak ingin para murid lengah dan tersesat. 

Peringatan yang Yesus katakan kepada murid adalah peringatan yang juga disampaikan pada kita hari ini. Saat kita berdiri di atas “Bukit Zaitun” versi kita sendiri dan memandang keindahan lahiriah yang melekat pada kita, kita mungkin tergoda untuk berpikir bahwa tidak ada yang salah atau perlu diperbaiki dari diri kita. Namun, jika kita jujur dan menelaah jauh ke dalam hati kita, apakah yang akan kita temukan? Apakah kita seperti orang-orang di Alkitab yang menolak untuk berbalik dari dosa-dosanya? Atau, apakah kita siap sedia dan berjaga-jaga setiap waktu untuk menyambut kedatangan Kristus yang kedua? 

Kiranya kita selalu menguji diri kita dan hidup dalam terang kedatangan-Nya, sehingga kita tidak lengah dan berpuas diri.

REFLEKSI

1. Adakah “Bukit Kehancuran” dalam hidup kita pribadi dan gereja kita hari ini? Jika ada, apa yang akan kamu lakukan untuk menyingkirkan “Bukit Kehancuran” itu?

2. Pesan utama dari Markus 13 adalah agar kita “waspada” dan “hati-hati”. Bagaimana kamu bisa waspada, saat kamu menanti kedatangan Kristus yang kedua? Apa yang perlu kamu ubah, dan apa yang mungkin bisa kamu lakukan secara berbeda, saat kamu hidup dalam terang kedatangan-Nya?

 

DOA

Allah Mahakuasa, tolonglah kami untuk waspada dan hati-hati, saat kami menanti kedatangan Kristus, Anak-Mu dan Juruselamat kami. Kiranya kami tidak tertidur dalam dosa, melainkan sekiranya kami Engkau dapati tetap setia melayani-Mu, dalam sukacita dan pengharapan. Dalam nama Kristus, amin. 


Lihat Juga:


Menghidupkan Hidup

Seseorang dapat dikatakan hidup ketika ia masih bernafas serta jasmani dan rohnya masih menyatu atau dapat dikatakan bernyawa.

 



Kota yang Menolak Rajanya

Senin, 25 Maret 2024

11:1 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya

11:2 dengan pesan: “Pergilah ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari.

11:3 Dan jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini.”

11:4 Merekapun pergi, dan menemukan seekor keledai muda tertambat di depan pintu di luar, di pinggir jalan, lalu melepaskannya.

11:5 Dan beberapa orang yang ada di situ berkata kepada mereka: “Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?”

11:6 Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus. Maka orang-orang itu membiarkan mereka.

11:7 Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya.

11:8 Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang.

11:9 Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,

11:10 diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!”

11:11 Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.

11:12 Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar.

11:13 Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara.

11:14 Maka kata-Nya kepada pohon itu: “Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya.

11:15 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya,

11:16 dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah.

11:17 Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!”

11:18 Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.

11:19 Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota.

Seorang pendeta bercerita bahwa dia telah beberapa kali memimpin perjalanan ziarah ke Holy Land atau daerah-daerah di sekitar Israel dan Palestina, pada tempat-tempat ketika Yesus melayani di bumi. Dalam tiap perjalanannya, seluruh rombongan sangat antusias, padahal mereka baru sampai di bandara keberangkatan, belum di tujuan. 

Antusiasme yang sama—bahkan lebih besar—ini jugalah yang mungkin dirasakan oleh para peziarah di zaman Yesus. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang hidup tersebar di sekitaran Laut Mediterania. Menjelang Paskah yang dimaknai umat Yahudi sebagai hari keluarnya bangsa Israel dari Mesir, mereka melakukan perjalanan panjang menuju Yerusalem seperti yang diperintahkan oleh Hukum Musa. Tentunya ini bukan perjalanan dalam hitungan jam. Pada masa dunia kuno, transportasi yang paling lumrah adalah dengan berjalan kaki, menunggangi keledai, atau menaiki kapal yang keseluruhannya memakan waktu berhari-hari. 

Saat mendekati Yerusalem dan melewati Bukit Zaitun, pemandangan kota dan Bait Allah menyambut mereka. Rasa lelah karena perjalanan panjang akan berganti dengan sukacita dan kegembiraan ketika mereka melihat Bait Allah yang bagi umat Yahudi memiliki makna lebih besar daripada sekadar tempat ibadah. Bagi mereka, Bait Allah melambangkan kehadiran Allah bagi umat-Nya, sekaligus juga kebanggaan bagi bangsa.

Markus 11:1-11 mencatat bagaimana meriahnya suasana ketika para peziarah telah berkumpul di Yerusalem, yang pada masa kini kita sebut sebagai Minggu Palma. Melihat Yesus masuk ke gerbang kota dengan menunggang keledai, “banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang. Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikut dari belakang berseru, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, terpujilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapa kita Daud, hosana di tempat yang mahatinggi.” (ayat 8-10). 

Namun, reaksi emosional yang Yesus rasakan berlawanan dengan apa yang dirasakan oleh orang banyak itu. Yesus menangisi Yerusalem (Lukas 19:41), karena mengetahui bahwa kota ini tidak mengakui penguasa dan rajanya (ayat 41-44; Matius 23:37-38). Bait Allah tidak lagi memenuhi fungsinya sebagai tempat untuk mendekatkan umat pada Allah, tetapi telah tercemar oleh orang-orang yang mau mencari untung. 

Bait Allah memiliki area halaman sebagai tempat bagi orang non-Yahudi menyembah Allah. Pada tempat-tempat strategis, otoritas memasang rambu-rambu larangan yang bisa dilihat jelas agar orang-orang non-Yahudi ini tidak masuk ke area suci di bagian dalam. Saat Yesus mengunjungi Bait Allah, Dia mendapati bahwa area halaman ini dipenuhi oleh para pedagang dan penukar uang (ayat 15). Aktivitas jual beli ini dilakukan di area yang menjadi tempat satu-satunya bagi orang non-Yahudi untuk mencari dan menyembah Allah. 

Kehadiran para pedagang dan penukar uang juga memancing amarah Yesus. Hukum Musa mengizinkan orang-orang miskin untuk mempersembahkan dua ekor merpati sebagai kurban. Namun, mereka dipaksa untuk membeli burung-burung itu dari para pedagang yang disetujui otoritas Bait Allah, seringkali dengan harga yang melambung tinggi. Mereka juga harus mengganti mata uang Romawi dengan mata uang Yahudi dengan biaya tukar yang jauh lebih mahal. Orang-orang miskin dirampok, tidak sekali, tapi dua kali: ketika mereka menukar uang, dan ketika mereka membeli dua merpati. 

Dalam pandangan Yesus, Bait Allah sudah jadi seperti sarang penyamun sehingga Dia pun menyucikannya (Markus 11:15-19), dan menubuatkan kehancurannya (13:1-2). Bait Allah akhirnya dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 masehi. Inilah sebuah kenyataan pahit dari bangsa yang mengakui diri menyembah Allah, tetapi dalam hati dan perbuatan melakukan sebaliknya. 

Hancurnya Bait Allah mengingatkan kita bahwa kita tidak dapat membuat Tuhan terkesan dengan bangunan gereja kita yang megah. Tuhan mencari orang-orang dengan hati yang menyesal dan mau berbalik pada-Nya. Kiranya kita menjadi orang-orang yang meratapi dosa-dosa, gereja, dan bangsa kita. Kiranya kita mengizinkan Allah untuk menjadikan hati kita baru.

 

REFLEKSI

1. Bayangkan kamu menjadi salah satu murid Yesus dan kamu mengikuti-Nya masuk ke Yerusalem saat Minggu Palma. Kamu menyaksikan sambutan meriah dan juga gejolak hati Yesus, ketika Dia menangisi kota ini. Apa yang akan kamu rasakan? Mengapa?

2. Yesus menangisi Yerusalem, karena Israel telah meninggalkan Allah. Jika kamu ada di sana, apakah kamu akan ikut menangis bersama Yesus? Apakah kamu menangisi bangsamu, kotamu, bahkan gerejamu?

DOA

Allah yang kekal dan mahakuasa, putra-Mu, Yesus menangisi Yerusalem, karena menolak kedatangan Mesias. Pandanglah kami dengan belas kasihan, sesuai dengan kesetiaan-Mu. Ketika kami mengakui dosa-dosa kami kepada-Mu, ciptakanlah dalam diri kami hati yang bersih, dan pulihkanlah kami ke dalam sukacita keselamatan-Mu.

 


Lihat Juga:


Ritual Kristen: Ada yang Lebih Penting dari Sekadar Praktik | Podcast KaMu x Pdt. Alex Nanlohy