Memahami Depresi, Mengerti Cara Mengatasinya
Oleh Toar Taufik Inref Luwuk, Minahasa
Pada Tahun 2023 lalu sekitar bulan Oktober-November, ada 4 kasus bunuh diri terjadi berturut turut di daerahku. Dari berita itulah aku terdorong untuk googling tentang angka bunuh diri di Indonesia. Aku sedikit terkejut, menurut INASP (Indonesian Association for Suicide Prevention) ternyata daerahku Sulawesi Utara termasuk 5 daerah teratas dengan tingkat percobaan bunuh diri di Indonesia.
Statistik ini membuatku merenung. Bunuh diri tidak terjadi secara instan, ada tahapan yang sebelumnya dilewati, tapi seringkali tidak diperhatikan serius, yaitu depresi. Stres atau tekanan hidup yang tidak dikelola dengan baik, menumpuk dan berkelindan seperti benang kusut inilah yang akan mengantar seseorang masuk ke dalam fase depresi, dan aku meyakini bahwa stres atau depresi itu adalah hal yang wajar dan dapat terjadi pada setiap orang. Dikutip dari laman website Kementrian Kesehatan, bahwa depresi lebih sering terjadi pada usia muda. Frekuensi tertinggi terjadi pada usia produktif sekitar 20-40 tahun. Entah mungkin depresi dikarenakan masalah ekonomi, konflik sosial, keluarga, ekspektasi, dan lainnya. Tentunya, sikap dan apa saja langkah-langkah yang dapat diambil sewaktu merasakan depresi adalah penting demi mencegah kita mengambil keputusan yang salah.
Kadang aku juga merasa sangat rapuh ketika berbagai masalah datang begitu banyak dan sangat tiba-tiba. Saat ini di tengah-tengah penyelesaian studi S1 yang beberapa bulan lagi akan drop out, orangtuaku sakit dan harus rawat di rumah sakit. Seolah-olah jalan menjadi buntu sekejap tidak tahu lagi akan bagaimana. Mungkin kondisiku saat ini tidak dalam kategori depresi melainkan baru di tahapan stres yang tentunya kuharap bisa kuatasi dengan baik. Izinkan aku untuk menuliskan artikel ini, yang akan mengajakmu menjelajahi pandangan Kristen tentang depresi dan bagaimana kita dapat membangun kekuatan rohani untuk mengatasi tantangan ini.
Apa yang Alkitab bicarakan tentang depresi?
Alkitab memang tidak menuliskan secara spesifik penjelasan tentang depresi. Namun, terdapat beberapa bagian Alkitab yang membahas kesedihan, penderitaan, dan keputusasaan. Tiga hal ini adalah perasaan yang berkaitan erat dengan depresi (Ayub 5:7, 14:1; 1 Petrus 4:12; 1 Korintus 10:13). Stres yang tiada habisnya lama-lama membuat semangat menjadi lesu dan perasaan tertekan terus-menerus. Ketika depresi terjadi, seseorang dapat merasa terputus dari Tuhan dan meragukan nilai diri mereka dalam Kristus.
Depresi adalah masalah serius yang banyak dihadapi oleh banyak orang di seluruh dunia, termasuk mereka yang beriman. Dalam pandangan Kristen, depresi bukanlah tanda kelemahan iman, tetapi merupakan perjuangan seorang Kristen dalam pembentukan iman yang lebih kokoh. Ratapan-ratapan para tokoh seperti Yeremia yang merasa kewalahan karena panggilannya, Daud yang meratapi pemberontakan Absalom, Ayub yang kehilangan kesehatan, harta, dan keluarganya, adalah bukti bahwa beriman tidak menjadikan seseorang kebal dari depresi. Namun, iman itu bisa menolong mereka mengatasinya.
Menyadari bahwa kita sangat berharga
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26).
Bagiku Allah sebagai Pencipta dengan sengaja menciptakan manusia pada hari yang terakhir setelah segala sesuatu di bumi sudah ada dan semua itu dipersiapkan untuk dikelola oleh manusia untuk kemulian Allah. Bukan hanya itu, manusia adalah ciptaan yang istimewa yang diciptakan segambar dan serupa dengan-Nya.
Secara sederhana, iman Kristen merangkum empat tahap dalam karya Allah: penciptaan, kejatuhan, penebusan, dan pemulihan. Allah menciptakan segalanya dengan baik, tetapi kejatuhan manusia ke dalam dosa merusak semua keindahan yang Allah rancangkan, termasuk di dalamnya hubungan dengan Allah terputus dan manusia harus menerima akibat dari dosa, yaitu maut atau neraka. Tetapi, kasih Allah yang amat besar terhadap manusia sehingga Allah mewujudkan diri-Nya sebagai manusia, merasakan hidup sama seperti manusia, rela mati disalibkan dengan tujuan melakukan pengorbanan sebagai tanda penebusan dosa seluruh umat manusia. Mengimani dan merenungkan kasih Allah secara teratur dapat memberikan kekuatan dan penghiburan yang dibutuhkan dalam perjuangan menghadapi masa depresi.
Penebusan yang Kristus telah lakukan bagi kita adalah bukti nyata bahwa Allah menciptakan dan menganggap kita berharga. Oleh karena itu, kita dapat menanamkan dalam hati dan pikiran kita setiap kali perasaan rendah diri datang, bahwa nilai diri kita yang sejati tidak ditentukan oleh perasaan kita, tetapi berdasarkan apa yang Allah lakukan bagi kita (Yoh 3:16).
Ketika perasaan-perasaan tidak berharga yang mendorong kita pada gejala depresi datang, inilah 3 hal sederhana yang bisa kita lakukan.
1. Jadikan doa dan Firman sebagai fondasi yang kuat
Doa adalah alat kuat yang diberikan Tuhan kepada kita untuk berkomunikasi dengan-Nya. Dalam doa, kita dapat membawa semua kegelisahan dan penderitaan kita kepada Tuhan, tahu bahwa Dia mendengarkan dan peduli. Selain doa, kita juga perlu mendengarkan Dia lewat Firman, membaca serta merenungkannya untuk mengetahui kehendak-Nya atas hidup kita termasuk makna dari pergumulan yang sedang dihadapi.
2. Jangan sendirian, minta dukungan komunitas
Komunitas rohani merupakan wadah kita dapat menemukan dukungan, doa, dan kasih sayang dalam menghadapi depresi. Bisa komunitas pemuda gereja, kelompok tumbuh bersama, atau kelompok sel. Jangan pernah ragu untuk mencari bantuan dari sesama saudara seiman. Dukungan komunitas dapat memberikan kekuatan tambahan dalam menghadapi masa-masa ini.
3. Cari pertolongan profesional
Meskipun iman dan dukungan komunitas penting, kita juga harus menyadari bahwa depresi adalah masalah kesehatan, khususnya kesehatan mental. Pastinya bicara kesehatan mental bisa kita klasifisikan sebagai masalah yang serius karena bagaimanapun depresi itu bisa mempengaruhi pola hidup, seperti makan, waktu tidur, serta aktivitas lainnya. Oleh karena itu, tidaklah masalah bila kamu memerlukan bantuan dari profesional medis seperti psikolog. Jangan malu dan ragu dalam mencari bantuan professional, karena terbukti itu dapat mencegah perasaan-perasaan desktruktif berkembang menjadi keinginan bunuh diri serta merupakan langkah yang bijaksana dalam upaya penyembuhan.
Depresi adalah perjuangan yang nyata bagi banyak orang, tetapi sebagai orang Kristen, kita tidak sendirian dalam perjuangan ini. Dengan membangun kekuatan rohani melalui firman Tuhan, doa, dan dukungan komunitas rohani, kita dapat mengatasi depresi dengan harapan dan keyakinan bahwa Tuhan adalah sumber penghiburan dan penyembuhan.
Semoga kita semua dapat lebih mengenal Kristus serta kehendak-Nya saat kita berjalan melalui perjuangan ini.
Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu