Posts

Saat Menganggur, Imanku Diuji

Pernahkah kamu merasa putus asa saat mencari pekerjaan? 

Mungkin kamu merasa yakin bisa lolos–ijazahmu baik, kamu punya pengalaman, dan kamu sudah berdoa sungguh-sungguh, tapi ternyata kamu ditolak. Menghadapi banyak penolakan tidaklah mudah, terlebih tuntutan dari keluarga atau lingkungan membuatmu semakin tertekan. 

Saat keadaan sulit menghadang dan berat untuk percaya, mungkin di sinilah kita bisa belajar untuk percaya dan patuh, seperti yang dialami oleh salah satu sobat muda. 

Yuk, simak di bawah dan baca selengkapnya di sini.

Artspace ini diterjemahkan dari YMI (@ymi_today)

Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu

Saat Menganggur, Imanku Diuji

Oleh Michele Ong

Diterjemahkan dari bahasa Inggris: How To Trust God in The Season of Job Hunting

Aku menghabiskan enam bulan hidupku sebagai kaum mageran.

Tiap hari aku bisa dengan bebas menonton serial terbaru, jadi anggota tetap kelompok renang, juga ikut gym. Saking selow-nya, bahkan buku dengan genre crime-thriller Jepang favoritku telah tuntas kubaca sebelum penulisnya mampu menerjemahkan seri berikutnya ke dalam bahasa Inggris. 

Itu adalah gaya hidup yang kunikmati selama tiga bulan pertama, setelah aku mengundurkan diri dari pekerjaan sebelumnya yang penuh tekanan dan membuat kepercayaan diriku hancur berkeping-keping. Namun, gaya hidup bersantai ria bukanlah gaya hidup yang cocok untuk dilakukan secara berkelanjutan. Tak lama, aku pun kehabisan uang. Saldoku di bank hampir habis, tagihan menumpuk, dan aku baru saja menggunakan uangku untuk membeli kendaraan. 

Jadi, setelah masuk dalam keadaan kepepet, aku melakukan apa yang akan dilakukan oleh kebanyakan orang: mencari pekerjaan. Tapi, ternyata cari kerja itu susah. Prosesnya panjang dan menyakitkan. Aku seolah dipaksa untuk bergantung pada Tuhan.

Tidak mudah untuk mempercayai Tuhan selama setengah tahun berikutnya. Aku menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengirimkan lamaran pekerjaan hanya untuk menerima balasan email, “Dengan berat hati kami memberitahukan kepada Anda…” Lalu ada kalanya aku mempersiapkan diri untuk wawancara hanya untuk diberitahu, “Kami telah memutuskan untuk memilih kandidat lain…”

Aku menangis. Ibarat air terjun, air mataku tak berhenti mengalir. Namun, selama enam bulan aku mencari pekerjaan, aku belajar lebih banyak tentang Tuhan daripada jika doa-doaku dijawab dengan cepat.

Ketika aku mengundurkan diri dari pekerjaan awalku sebagai wartawan, aku juga siap untuk berhenti menulis. Aku tidak ingin mendekati apa pun yang berhubungan dengan menulis, dan aku cukup senang mencari karier di bidang akuntansi, yang merupakan gelar utama yang kumiliki.

Namun, Tuhan memiliki rencana lain untukku. Pada akhir pekan kepemimpinan di gereja, khotbah dari seorang pendeta Amerika, John Bevere, membuatku menarik kembali keputusanku sebelumnya. Pendeta Bevere berbicara tentang perumpamaan talenta (Matius 25:14-30), di mana sekelompok hamba dipercayakan tuannya untuk menjaga talenta masing-masing selama tuannya pergi. Beberapa orang memelihara dan mengembangkan talenta mereka, tetapi salah satu hamba menyembunyikan talentanya. Ketika tuannya mengetahui hal ini, dia menegur hamba tersebut karena telah jahat dan malas, serta mengambil talenta itu darinya.

Khotbah tersebut mengingatkanku untuk memakai talenta dengan baik, dan meyakinkanku bahwa aku harus sungguh-sungguh mencoba menulis lagi. Kadang ketika kita minta Tuhan menunjukkan jalan pada kita, tanpa sadar kita memelihara keraguan tentang pimpinan-Nya, yang pada akhirnya membuat kita gagal dalam mengambil langkah-langkah kecil. 

Apakah saat ini kamu sedang mencari pekerjaan? Adakah sesuatu yang perlu kamu lakukan saat ini sebelum Tuhan menunjukkan langkahmu selanjutnya? Mungkin kamu rindu menjadi relawan di pekerjaan sosial, atau melayani di gereja? Masa-masa kamu menganggur bisa menjadi waktu yang tepat bagimu untuk melakukan hal-hal yang selama ini tidak sempat kamu lakukan, terutama jika motivasimu adalah untuk memuliakan Tuhan di dunia. Ini juga bisa menjadi cara Tuhan untuk menolongmu mendapatkan keterampilan khusus yang dicari oleh calon atasanmu, atau keterampilan yang kelak menolongmu menjadi saksi-Nya di tempat kerja.

Bagiku sendiri, aku harus mulai menulis lagi sebagai tindakan ketaatan kepada Tuhan. Aku tahu dan yakin menulis adalah talenta yang Tuhan percayakan buatku.

Setelah aku kembali menulis, kupikir akan ada tawaran kerja yang kuterima, tapi ternyata tidak. Email penolakan lagi yang kuterima. Ada malam-malam ketika aku terbangun, khawatir akan masa depanku, dan membandingkan keadaanku dengan teman-teman yang sudah memiliki jabatan bagus.

Namun, Tuhan telah berjanji bahwa Dia akan menjaga kita dan Dia memegang masa depan kita di tangan-Nya. Lukas 12:32 memberiku banyak penghiburan selama masa ini. “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.”

Hal lain yang kupelajari dari proses pencarian kerja ini adalah bahwa identitasku tidak berasal dari jabatan yang terdengar “wow”. Sebaliknya, identitasku ada di dalam Kristus. Meskipun manusia mungkin menilai statusku sebagai pengangguran, Tuhan melihatku sebagai anak-Nya yang berharga, dan nilai diriku di mata-Nya tidak berkurang sedikit pun.

Sangat mudah bagi kita memaknai nilai diri kita dari apa yang tercetak di “kartu nama”. Tetapi, identitas yang kita temukan di dalam Tuhan adalah sesuatu yang tidak dapat diambil oleh siapa pun. Perusahaan kita mungkin menyuruh kita untuk “berkemas dan pergi” karena kondisi ekonomi perusahaan yang suram, tetapi jika kita tahu siapa diri kita di dalam Kristus, kita tidak akan membiarkan hal itu menggoyahkan kepercayaan diri kita.

Aku menunggu untuk waktu yang lama sebelum aku mendapat tawaran pekerjaan yang kulakukan saat ini. Dan tahukah kamu? Itu jauh lebih baik dari apa yang kuharapkan dan doakan sebelumnya. Pekerjaan itu datang dengan gaji yang menarik, lingkungan kerja yang lebih baik, dan jam kerja yang teratur.

Mungkin kamu berada dalam situasi yang sama. Mungkin kamu telah melamar begitu banyak pekerjaan hingga kamu tidak dapat menghitungnya, dan kamu merasa ingin menyerah karena tekanan dari orang tua dan teman sebaya. Namun, tenanglah dan ketahuilah bahwa Tuhan adalah Tuhan yang lebih dari cukup (Efesus 3:20). Dia akan menopangmu dengan tangan kanan-Nya (Yesaya 41:10), dan Dia akan memberikan kekuatan kepada orang yang letih lesu (Yesaya 40:29).

Pencarian kerja mungkin sangatlah sulit. Tetapi aku tahu bahwa Tuhan menjawab doa pada waktu yang telah ditentukan-Nya. Corrie Ten Boom pernah berkata, “Jangan pernah takut untuk mempercayakan masa depan yang tidak diketahui kepada Tuhan yang kita tahu.” Jadi, berpeganglah pada Tuhan dan pengharapan yang Dia tawarkan; Dia akan menemanimu sampai akhir.

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Pekerjaan Impian Tak Selalu Datang di Awal

Oleh Chia Poh Fang

Artikel asli dalam bahasa Inggris: 3 Things I Learned When I Couldn’t Find a Job

Setelah lulus kuliah, aku memutuskan untuk mendedikasikan satu tahunku melayani di organisasi nirlaba yang menjangkau anak-anak muda. Kupikir, Hei! Aku kan masih muda. Aku punya gelar dari universitas yang bagus. Pastinya aku gak akan susah buat dapetin kerja.” 

Tapi, aku salah.

Setahun kemudian, krisis ekonomi melanda kawasan Asia pada tahun 1997. Atau di Indonesia dikenal dengan sebutan “krismon”. Jumlah pencari kerja jauh lebih banyak dibandingkan lapangan kerjanya sendiri. Butuh waktu sembilan bulan sampai akhirnya aku mendapatkan pekerjaan full-time. 

Meski tahun perjuangan kita berbeda, mungkin ada salah satu di antara kita yang pernah mengalami hal yang sama sepertiku—merasa muda, yakin akan masa depan cerah, tapi kemudian ketika dihadapkan pada keadaan yang sulit, kamu merasa ingin menyerah saja. Tapi, kuharap apa yang kubagikan dalam tulisan ini dapat menolongmu melewati masa-masa sulitmu. 

Tak peduli seoptimis apa pun kamu, akan ada saatnya ketika kamu meragukan dirimu sendiri… dan itu wajar

Waktu kamu mengirimkan lamaran yang jumlahnya mungkin tak terhitung, ikut wawancara, lalu menunggu hasilnya, mungkin kamu berharap banyak pada momen itu, tapi kemudian malah kecewa. Ketika perjuanganmu seperti jalan di tempat, mungkin kamu akan jadi sepertiku yang meragukan kemampuan sendiri. Apakah aku tidak cukup baik? 

Aku telah melewati dua masa berbeda. Jika dulu aku yang diwawancara, sekarang akulah yang mewawancarai orang. Izinkan aku meyakinkanmu bahwa kalau kamu sudah masuk ke tahapan wawancara, artinya kamu punya keterampilan yang diperlukan. Tapi, proses rekrutmen kerja itu sangat subjektif dan bergantung pada banyak faktor. Jadi, kalau kamu gagal mendapat pekerjaan setelah proses yang panjang, itu bukan berarti kamu gagal.

Selama berbulan-bulan menganggur, Mazmur 139:14-18 jadi ayat yang menyemangatiku. “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya… Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam Alkitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya. Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya! Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.”

Ketika aku meragukan diri sendiri, aku diingatkan bahwa Tuhan menciptakanku dengan begitu indah, dan hidupku ada dalam kendali-Nya. Aku senantiasa ada dalam pikiran-Nya dan Dia selalu bersamaku. Tuhan tahu apa yang aku dan kamu alami. Dia peduli pada segala ketakutan dan kekhawatiranmu. Karena Dialah yang menciptakan dan memegang tangan kita, Dia jugalah yang akan memimpinmu pada pekerjaan yang tepat untukmu, pada waktu yang tepat juga.

Kamu pun mungkin akan meragukan Tuhan…

Selama masa menanti pekerjaan tetap, aku membuat jurnal dan menulis dalam satu catatan: “Apakah aku menjadi batu sandungan bagi orang tuaku? Ayahku membuang-buang waktu setelah lulus dengan bekerja di organisasi nirlaba. Aku tidak ingin jadi beban bagi siapa pun, tapi aku merasa kalau sekarang akulah beban itu. Alih-alih bisa memberi gajiku buat orang tuaku, aku malah masih menerima uang dari mereka.”

Waktu itu aku bertanya-tanya tentang janji Tuhan di Matius 6:33, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.” Apakah janji ini benar? Aku sudah melakukan perintah ini dengan melayani di lembagai nirlaba, tapi sepertinya Tuhan tidak memenuhi janji-Nya untuk memberikanku “semua yang kuingini.” 

Bisakah aku benar-benar mempercayai firman-Nya? Bahkan, apakah mengikut Tuhan itu memberi manfaat buatku? Saat itu, sebuah buklet dari Our Daily Bread Ministries yang berjudul “Mengapa Orang Kristen Ragu?” memberiku banyak dorongan. Buku itu meyakinkanku bahwa aku dapat menyampaikan keraguanku kepada Tuhan dengan jujur, dan Dia bersedia membantu kita mempercayai-Nya.

Kehidupan nabi Habakuk menggemakan kebenaran ini karena dia sulit memahami karakter Tuhan dengan perbuatan-Nya. Habakuk meratap (Habakuk 1:1), dan Tuhan tidak menolaknya. Dengan sabar Tuhan menjelaskan rencana-Nya, sehingga di akhir kitab, Habakuk dapat mengumandangkan dengan yakin, “Sekalipun pohon ara tidak berbunga… aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (3:17-19).

Saat aku bergumul dengan Tuhan melalui keraguanku, Dia membawaku ke tingkatan iman dan pengenalan yang lebih dalam akan Pribadi-Nya. Semua ini kudapatkan lewat berdoa dan mempelajari firman-Nya. Aku belajar melihat sifat Allah yang tetap, alih-alih membiarkan keadaanku sendiri yang berubah-ubah untuk menentukan penilaianku akan karakter-Nya. 

Selanjutnya, aku menulis ini di jurnalku: “Hidup oleh iman, bukan karena melihat” mengharuskan kita untuk melepas kecenderungan kita menebak-nebak masa depan kita sendiri. Kita harus percaya dan patuh sepenuhnya pada firman Tuhan sekalipun jalan di depan kita terasa suram.

Tuhan mengundang kita untuk percaya, yaitu dengan bersandar kepada-Nya. Tuhan dapat kita andalkan sepenuhnya. Saat kamu menyiapkan berkas lamaran, bersiap ikut tes seleksi, dan menghadiri wawancara, percayakanlah prosesnya kepada Tuhan. Proses ini ada dalam kedaulatan Tuhan. Lolos atau tidaknya kita, Tuhan selalu menyertai dan memberikan jalan keluar. 

Hidupmu seperti naik roller-coaster, tapi kamu tidak naik sendirian. Ada Tuhan menemanimu. 

Masa-masa mencari kerja bisa jadi masa yang menyenangkan untuk kita mengalami perjalanan iman, tapi bisa juga jadi seperti naik roller-coaster yang menguji adrenalinmu. Ada hari ketika kamu penuh iman dan harapan, tapi ada juga hari ketika kamu ragu dan putus asa. Aku ingat bagaimana antusiasnya aku menanti panggilan wawancara, tapi pernah juga aku putus asa saat tak ada jawaban pasti. Namun dalam segalanya, Tuhan tetap beserta. 

Mungkin kamu khawatir tabunganmu akan habis atau kamu tidak punya cukup uang untuk membiayai diri sendiri kalau belum juga dapat kerja. Naluri kita sebagai manusia lebih suka jika Tuhan seketika memberi dengan berlimpah, alih-alih memberi kita “jatah” hari demi hari. Tetapi, Bapa kita yang pengasih berbisik, Percayalah kepada-Ku. Sama seperti Dia menggunakan gagak dan janda untuk memelihara Elia (1 Raja-raja 17:1-9), tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Kita dapat mengandalkan kasih dan kuasa-Nya untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari.

Kembali pada pengalamanku dulu, setelah sembilan bulan mencari pekerjaan, akhirnya aku diterima sebagai staf marketing. Sejujurnya, posisi itu tidak persis seperti yang kucari, dan itu bukanlah karier yang kuimpikan. Tapi aku menerimanya karena aku mengikuti saran penulis Kristen, Elizabeth Elliot, untuk Do the next thing yang bagiku saat itu adalah mencari penghasilan.

Tetapi, Tuhan tidak membuat kesalahan, dan rencana-Nya sempurna. Kalau melihat ke belakang, aku menyadari bahwa itu adalah pekerjaan yang tepat untukku karena aku mempelajari keterampilan penting, seperti etika berkirim email dan bagaimana bekerjasama dengan berbagai departemen dalam organisasi besar untuk mencapai suatu tujuan, yang pada gilirannya mempersiapkanku pada pekerjaan impianku yang sebenarnya—peranku saat ini, sebagai redaktur pelaksana di Our Daily Bread Ministries.

Jadi, jika kamu sedang mencari pekerjaan, inilah pesanku untukmu: Tetaplah dekat pada Tuhan dan Firman-Nya, Dia akan memimpinmu. Di akhir perjalanan, kamu tidak hanya akan menemukan pekerjaan, tetapi juga keintiman yang lebih dalam dengan Tuhan. Percayalah kepada-Nya!

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥