Posts

Saat Menolak Kompromi Membuatku Dijauhi

Oleh Aline

Mengikut Tuhan bukanlah jalan yang mudah, seringkali kita harus berkorban dan membayar harga untuk menaati-Nya. Entah itu mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan yang dulu tidak kuduga: kehilangan sahabat. Saat hal yang perlu kita lakukan untuk bisa diterima di lingkungan pertemanan tidak sesuai dengan keinginan Tuhan, manakah yang akan kita pilih?

Aku yakin dilema ini bukanlah hal yang asing. Dari masa sekolah pun, kita pasti sering diperhadapkan pada pilihan yang sulit itu. Ketika teman kita mengajak untuk menyontek atau minta tolong titip absen, bisa jadi mereka tidak mau menjadi teman kita lagi jika kita menolak. Tapi, rupanya pola ini tidak berhenti sebatas di dunia akademik saja, bahkan setelah sekarang bekerja, dilema ini terus ada dan justru semakin sulit karena kadang batasan antara pilihan yang baik dan tidak semakin abu-abu. Saat keinginan teman kita jelas-jelas adalah dosa, kita punya dorongan yang lebih kuat untuk menolak, tapi jika keinginan teman kita hanya “sekadar” pilihan yang kurang bijaksana, semakin lemah penghalang kita untuk berkompromi.

Beberapa tahun lalu aku punya sekelompok sahabat, yang sayangnya sekarang hubungan kami sudah merenggang. Salah satu alasannya adalah karena aku tidak pernah ikut mereka untuk traveling bersama karena itu mengharuskan aku untuk bolos persekutuan pemuda. Belum lagi aku tahu bujet mereka biasanya lebih tinggi dariku. Sejujurnya aku sedih dan merasa left out saat aku “bolos” dari kegiatan mereka, dan melihat mereka sedang bergembira tanpaku melalui Instagram story atau media sosial lainnya. Apalagi saat menyadari mereka sekarang bahkan tidak lagi repot-repot mengajakku.

Merasa kesepian dan sendirian sudah menjadi makananku sehari-hari. Tapi setelah bergumul dengan mereka bertahun-tahun, aku ingin membagikan beberapa poin yang menjadi penghiburanku.

1. Rasa sepi adalah sahabat sejatiku

Saat aku sedih, dulu aku menghibur diri dengan berkata aku tidak perlu merasa kesepian karena rasa sepi akan menjadi sahabatku yang paling sejati, dan suatu saat nanti aku akan pulang ke rumah Bapa sehingga aku tidak akan kesepian lagi. Namun, sekarang aku sadar bahwa aku salah, karena sebenarnya aku tidak pernah benar-benar sendiri. Tuhanlah sahabat sejatiku.

Janji penyertaan dan hadirat Tuhan bukan hanya di surga setelah kita meninggal, tapi bahkan saat kita sekarang menghadapi berbagai masalah dan kekecewaan di dunia (Yohanes 14:16; 16:33). Adalah suatu penghiburan yang luar biasa saat aku menyadari bahwa Tuhan tidak sekadar menyertai, tapi juga sungguh mengerti perasaanku. Justru di saat-saat tersulit sebelum menghadapi kematian-Nya di kayu salib, Yesus mengalami sakitnya ditinggal dan tidak diakui oleh murid-murid-Nya walau mereka sebelumnya selalu hidup bersama dan mengikuti Yesus siang dan malam.

2. Tidak semua orang bisa jadi sahabat kita

Dulu aku selalu berusaha untuk bersahabat dengan semua orang. Tapi, sebuah kenyataan pahit yang harus kita terima adalah bahwa hal tersebut tidak mungkin dicapai. Bahkan menurut Robert Dunbar (sumber), manusia biasanya hanya memiliki 15 teman dekat, dengan 5 orang di antaranya termasuk inner circle yang paling kita kasihi. Lebih daripada itu, kelompok sosial tersebut menjadi kurang stabil dan memiliki risiko perpecahan yang lebih tinggi.

Memang kita harus mengusahakan berdamai dengan semua orang dan tidak bermusuhan dengan orang lain (Roma 12:18), tapi tidak dapat dipungkiri ada orang yang bisa lebih akrab dengan kita dan ada yang tidak. Dari keduabelas murid Yesus pun, ada tiga orang yang disebut sebagai inner circle-Nya: Petrus, Yohanes, dan  Yakobus. Hanya mereka bertiga yang hadir di saat transfigurasi Yesus di gunung (Matius 17:1-7) dan mendengar curahan hati Yesus di taman Getsemani (Markus 14:32-34). Yah, jadi tidak perlu terlalu sedih kalau lingkaran pertemanan kita menyusut melalui seleksi alam seiring berjalannya waktu.

Ada masanya aku menyesal tidak memilih untuk berkompromi dan sesekali ikut agar tidak ditinggal dan diabaikan—toh tidak ada salahnya juga berlibur bersama teman. Tapi sekarang kalau dipikir-pikir lagi, kemungkinan besar tetap ada hal lain yang akan membuat pertemanan kami merenggang karena nyatanya kami memiliki prioritas dan gaya hidup yang berbeda. Sebenarnya, tidak ada yang salah dari pilihan kami masing-masing, hanya saja situasi kehidupan kami tidaklah sama. 

3. Tuhan menyediakan orang yang berpotensi menjadi sahabat kita

Seperti yang dikatakan Kak Erika Sinaga di podcast WarungSaTeKaMu, Tuhan menempatkan orang-orang di sekitar kita yg berpotensi menjadi sahabat kita, dan tugas kita adalah untuk mengenali siapa mereka. Kalaupun kita belum menemukan orang yang bisa menjadi sahabat kita, kita tetap bisa bersandar pada Tuhan sambil terus mendoakannya.

Aku ingat 4 tahun yang lalu aku pernah berdoa agar memiliki sahabat untuk bisa bertumbuh bersama di dalam Tuhan, dan aku bersyukur Tuhan menjawab doaku melalui kelompok pemuridan yang diadakan di gereja. Hanya karena campur tangan Tuhan aku bisa menemukan orang-orang ini, karena awalnya aku tidak mempertimbangkan mereka sebagai kandidat sahabatku sebab perbedaan usia yang cukup jauh.

Walau kami tidak langsung bisa menjalin hubungan yang akrab, tapi lambat laun kami menjadi lebih terbuka dan bisa saling mendukung dalam berbagai pergumulan kehidupan. Mereka jugalah yang akhirnya memberi ide dan mendorongku untuk melayani Tuhan melalui tulisan. Rasa sepi masih sering menemaniku, tapi setidaknya aku sadar bahwa Tuhan menganugerahkan orang-orang yang peduli dan mengasihiku.

Akhir kata…

Apa pun dilema yang kalian hadapi untuk diterima dalam lingkungan pertemanan—entah itu tentang waktu, prioritas, penampilan, gaya hidup, atau tingkat pengeluaran—jangan merasa terpaksa untuk berkompromi agar kalian bisa diterima. Tetaplah lakukan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:2). Tuhan akan menyediakan orang-orang dengan prioritas dan value yang lebih selaras untuk menemani kita mengarungi kehidupan. Kalaupun kita belum menemukan orang-orang tersebut, percayalah bahwa Tuhan cukup untuk kita dan Ia mampu memuaskan segala hal yang kita rindukan dari persahabatan, termasuk untuk dikenal, dimengerti, diterima, dan dikasihi.

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥