Tidak Semua Ingin Menang, Sebagian Hanya Ingin Terhibur

Oleh Ernest Martono, Jakarta

Selama aku bermain Mobile Legend, aku pernah merasa jengkel atas ulah teman yang tidak bermain dengan baik—sengaja bermain sendiri dan terpisah dari tim. Ketika ditegur, mereka malah menyahut “terserah gue!”. Padahal, gim ini menuntut tiap orang dalam pertandingan bekerjasama sesuai dengan peran masing-masing. Bila seenaknya sendiri, permainan akan jadi tidak seimbang. Akibatnya pun sudah bisa ditebak: tim kami kalah.

Namun, dari sini aku menyadari satu hal: tidak semua orang yang bertanding memang ingin menang. Tak peduli seberapa jengkel aku mengomel “Kalau memang gak mau menang, lebih baik gak usah main,” aku tidak berkuasa atas orang lain. Kembali lagi, akun gim ini kan milik dia, jadi ya terserah dia mau menggunakannya untuk apa.

Bisa jadi ketika seseorang memutuskan bermain hari itu dia cuma sedang stres dan ingin melampiaskannya dalam gim. Tidak harus menang, yang penting sejenak pikiran mereka pergi meninggalkan sumber tekanan. Ada juga yang motivasi utamanya adalah terhibur. Kalau menang itu bonus. Aku pun tahu kalau gim itu cuma hiburan. Mungkin aku sendiri yang salah mengharapkan kemenangan di sebuah hiburan yang bentuknya pertandingan. Kusadari niatanku bermain gim juga ingin mendapatkan hiburan, tapi rupanya yang menghiburku bukanlah pertandingannya, melainkan kemenangan.

Kontras denganku yang selalu ingin menang dalam gim, ada seorang teman kantorku yang suka bermain gim menggunakan kartu di sela-sela jam istirahat. Permainan ini butuh 3-4 orang buat saling bersaing. Salah satu temanku tidak pandai bermain, tapi dia sering ikut bertanding. Dia tahu dia tidak akan menang, tapi dia suka dengan suasana dan tawa dalam pertandingan ini. Ketika ditanya apa alasannya mau tetap ikut bermain, dia bilang untuk mengalihkan pikiran dari stres. Menariknya, jika di Mobile Legends aku jadi ikutan stres karena timku jadi kalah, di permainan kartu individu ini aku biasa saja karena sikap temanku tidak mempengaruhi kemenanganku. Aku sendirilah yang mengusahakan kemenangan. Berbeda cerita kalau aku harus menjadi rekan satu tim, tentu aku ingin dia menyalakan gairahnya supaya bisa menang.

Pertandingan iman bukanlah gim

Jadi, sikap manakah yang baik dalam sebuah pertandingan? Kupikir masing-masing kita punya jawaban dan argumen di baliknya.

Dari pengamatanku yang mendapati bahwa tidak semua orang ingin menang, sebagian hanya ingin dihibur, aku melihat diriku pun terkadang bersikap seperti itu. Bila dalam gim aku ingin selalu jadi pemenang, di pertandingan iman yang nyata aku malah tidak selalu menginginkan kemenangan. Aku tidak mau berjuang dan bersusah-susah, aku cuma mau dimanjakan dan dihibur. Kira-kira sarana apakan yang bisa memenuhi hasrat ini?

Jawabannya: dosa.

Ketika godaan berdosa datang, aku cenderung enggan bertarung. Aku enggan melawannya dan membiarkan diriku jatuh begitu saja. Aku pasif, seolah tidak punya kuasa. Padahal, aku tahu Tuhan Yesus sudah menebusku. Dia memberiku kuasa untuk berkata tidak pada dosa sebab aku bukan lagi budak dosa (Roma 6:18). Hanya saja, dagingku terkadang masih ingin dihibur oleh dosa. Aku tidak mendisiplinkan diriku seperti yang Rasul Paulus lakukan (1 Korintus 9:27).

Sikap kompromi dalam pertandingan iman bukanlah sikap yang baik. Ada satu bagian firman Tuhan yang menguatkanku untuk selalu berjuang menang atas dosa ketimbang dihibur olehnya.

“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”  (Ibrani 12:1-4).

Dari ayat ini aku pertama-tama belajar melatih mataku. Mataku perlu fokus kepada Kristus, yang menjadi teladan dalam ketekunan-Nya memikul salib. Dia tekun menanggung bantahan. Dialah sumber kuatku. Kegagalanku dalam melawan dosa adalah karena mataku salah memandang. Aku tidak fokus kepada perlombaan yang diwajibkan, justru malah memandang kepada nikmatnya dosa. Pada akhirnya aku sadar seperti yang dikatakan firman bahwa dalam pergumulanku melawan dosa, darahku tidak sampai tercurah. Darah Yesuslah yang tercurah untuk kemenanganku melawan dosa.

Kekuatanku sendiri tak akan pernah bisa menang melawan dosa seperti yang penulis kitab Ibrani tuliskan. Dalam pertandingan memang ada kalanya kita lelah dan sesekali merindukan penghiburan. Ini tidaklah salah. Yang salah adalah ketika aku salah mencari sumber penghiburan. Seharusnya penghiburan itu kudapatkan dari Tuhan dan untuk melawan dosa, bukan kebalikannya: aku mencari penghiburan dari dosa dan akhirnya melawan Tuhan.

Bermain kartu atau Mobile Legend adalah pertandingan sepele. Kalah di situ tidaklah jadi masalah. Aku tidak perlu kesal jika ada orang yang hanya mencari hiburan dan bukan kemenangan dari permainan itu. Namun, aku harus sedih kalau dalam pertandingan iman, ada orang lain yang hanya ingin mencari hiburan, bukan kemenangan. Ini juga menjadi sebuah peringatan bagiku agar tetap tekun dalam pertandingan imanku. Bukan hanya sekadar cari gampangnya, tapi benar-benar merindukan kemenangan dalam pertandingan imanku.

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
3 replies
  1. Jesslyn
    Jesslyn says:

    Terima kasih atas artikel ini. Semoga menjadi berkat buat banyak orang. Tuhan Yesus memberkati penulis juga.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *