Keset Selamat Datang

Senin, 12 Agustus 2024

Baca: Markus 9:30-37

9:30 Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang;

9:31 sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit."

9:32 Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.

9:33 Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?"

9:34 Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.

9:35 Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."

9:36 Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:

9:37 "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."

Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. —Markus 9:37

Saat melihat-lihat berbagai keset yang dijual di sebuah toko perlengkapan rumah tangga, saya memperhatikan pesan yang tertera di permukaan keset-keset itu. Ada yang bertuliskan “Halo!” dan “Rumah” dengan gambar hati sebagai pengganti huruf “a”. Akhirnya saya memilih keset dengan tulisan yang lebih umum, “Selamat Datang”. Saat meletakkannya di rumah, saya memeriksa hati saya. Apakah rumah saya benar-benar terbuka untuk menyambut orang lain seperti yang Allah inginkan? Menyambut anak yang menjajakan cokelat untuk tugas sekolahnya? Menyambut seorang tetangga yang sedang butuh pertolongan? Menyambut kerabat dari luar kota yang tiba-tiba datang?

Dalam Markus 9, Yesus berpindah dari gunung tempat Dia dimuliakan, dengan Petrus, Yakobus, dan Yohanes yang terpesona oleh kekudusan hadirat-Nya (ay.1-13), ke tempat Dia menyembuhkan seorang anak laki-laki yang kerasukan roh jahat dengan ayahnya yang telah putus asa (ay.14-29). Yesus kemudian memberi pelajaran pribadi kepada para murid mengenai kematian-Nya yang akan datang (ay.30-32). Namun, mereka gagal total memahami maksud-Nya (ay.33-34). Yesus pun menanggapi mereka dengan menempatkan seorang anak kecil ke pangkuan-Nya dan berkata, “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku” (ay.37). Kata menyambut di sini berarti memperkenankan dan menerima sebagai tamu. Yesus ingin murid-murid-Nya menyambut semua orang, bahkan mereka yang direndahkan dan bermasalah, seolah-olah kita sedang menyambut Dia.

Saat teringat keset “selamat datang” tadi, saya terpikir bagaimana saya dapat mengulurkan kasih Kristus kepada orang lain. Hal itu dapat dimulai dengan menyambut Yesus sebagai tamu yang berharga. Akankah saya mengizinkan Dia memimpin saya untuk menyambut orang lain seperti yang dirindukan-Nya? —ELISA MORGAN

WAWASAN
Sebelum kematian dan kebangkitan-Nya, murid-murid Yesus meyakini bahwa Dia akan menggulingkan kekuasaan Romawi dan mendirikan kerajaan yang telah lama dinantikan oleh bangsa Yahudi. Dalam perjalanan mereka ke Kapernaum, para murid berdebat tentang siapa yang akan menjadi yang terbesar dalam kerajaan tersebut. Namun, Kristus memutarbalikkan ekspektasi mereka. Yesus tidak berniat untuk mendirikan kerajaan yang serupa dengan Romawi (Yohanes 18:36). Melalui teladan-Nya, Dia menunjukkan kepada para murid—dan kepada kita semua—bahwa kerajaan-Nya dibangun di atas dasar pelayanan. Alih-alih bersekutu dengan pihak yang berkuasa, kerajaan Kristus justru menyambut mereka yang lemah, yang terpinggirkan, yang tertindas, dan yang miskin.

Agar para murid-Nya tidak menganggap bahwa pemikiran tentang kerajaan surga ini hanyalah ide Yesus sendiri, Dia menegaskan bahwa Bapa-Nyalah yang merancang konsep tersebut. Dengan menyambut orang-orang yang terpinggirkan, kita menyambut Yesus dan Bapa-Nya. Kerajaan-Nya adalah kerajaan yang melayani dalam kelemahan, bukan yang mendominasi dengan kekuatan. – —Jed Ostoich

Keset Selamat Datang

Kapan dan bagaimana kamu menyambut Yesus ke dalam hati kamu? Apa pengaruh keputusan kamu itu terhadap cara kamu menyambut orang lain?

Tuhan Yesus, tinggallah di dalamku seperti aku tinggal di dalam-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 84-86; Roma 12

Bagikan Konten Ini
24 replies
  1. Rico Art
    Rico Art says:

    Bapa kami yang ada di sorga Dikuduskanlah namaMu Datanglah kerajaanMu Jadilah kehendakMu Di bumi seperti di sorga Berikanlah kami pada hari ini Makanan kami yang secukupnya Ampunilah kami akan kesalahan kami, Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan Sampai selama-lamanya. Amen

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *