Sehat Tanpa Aksi Pada Hakikatnya Adalah Mati!

Oleh Yawan Yafet Wirawan, Semarang

Sejak tahun 2016 sampai 2021, tren kesehatan anak muda semakin menurun. Maka, tak heran jika hari ini kita familiar dengan sebutan “pemuda jompo”. Usia baru 20-an awal tapi sudah terkena penyakit diabetes, hipertensi, kolestrol, bahkan sakit jantung. Padahal semua penyakit ini biasanya menyerang mereka yang telah berusia lanjut.

Aku sendiri pun sejak satu bulan belakangan ini tergabung dalam jajaran “pemuda jompo”. Aku didagnosa mengalami peradangan di ginjal sebelah kanan karena adanya batu ginjal. Banyak orang yang mengunjungiku berkata, “Masih muda kok udah sakit-sakitan? Makan yang sehat makanya.”

Kuyakin sebagian dari kita pasti pernah mendengar kata-kata tersebut.

Dalam perenunganku, sempat kuberpikir: kenapa makanan yang disalahkan? Aku teringat dengan kata-kata Paulus di dalam 1 Korintus 10:23 yang berkata, “Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna.” Penggalan ayat tersebut menceritakan nasihat dan teguran Paulus kepada jemaat di Korintus supaya mereka tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat oleh orang-orang Israel saat mereka keluar dari tanah perbudakan.

Pengaruh kuat budaya dan gaya hidup orang-orang Mesir sangat melekat pada diri orang-orang Israel, sehingga pada saat Musa memimpin mereka untuk keluar dari perbudakan mereka masih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Mereka masih terikat pada percabulan, penyembahan berhala, dan makan-makanan yang haram. Ribuan tahun setelahnya, setelah orang-orang Kristen perdana terbentuk, timbul pula pertanyaan. Apakah makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala boleh dimakan? Paulus menjawabnya secara spesifik dalam 1 Korintus 10.

Paulus menekankan bahwa bumi dan segala isinya adalah milik Tuhan seutuhnya, maka termasuk makanan yang dibuat oleh manusia di dalam dunia ini adalah milik Tuhan. Semua makanan boleh kita makan! Tapi, pertanyaannya: apakah yang makan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain? Atau apakah saat kita makan, kita menunjukkan bahwa Tuhan dimuliakan? Di balik kebebasan itu sejatinya ada standar yang lebih tinggi. “‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.” Bahkan di ayat 27-33 Paulus berbicara secara spesifik tentang hal makan. Jika seseorang sudah memberitahumu bahwa makanan ini tidak baik atau bahkan kamu tahu sendiri bahwa makanan itu tidak baik, maka jangan makan itu. Jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Lakukan segala sesuatu, bahkan sesederhana makan dan minum untuk kemuliaan Allah.

Teguran Paulus itu mengingatkanku bahwa dalam hal kecil seperti makan saja Allah peduli. Tetapi pertanyaannya apakah dalam hal makan aku dan kamu sudah menjadi berkat bagi sesama dan memuliakan Tuhan?

John Piper seorang pendeta senior pernah menuliskan dalam artikelnya sebuah pertanyaan, “Apakah saya memakan makanan ini merupakan ungkapan betapa saya menghargai kemuliaan Tuhan?”

Di dalam surat yang sama Paulus juga pernah mengingatkan jemaat Korintus bahwa tubuh mereka adalah bait Roh Kudus (1 Kor. 6). Bukan milik kepunyaan mereka sendiri, melainkan milik kepunyaan Allah. Maka Paulus menyerukan kepada jemaat di Korintus untuk memuliakan Allah dengan tubuh mereka.

Dari nasihat dan teguran Paulus itu aku bercermin pada diriku sendiri. Seringkali aku masih suka bercanda dengan dalih yang kuambil dari teks Alkitab, “lemakku itu kepunyaannya Allah (Im. 3).” Aku ingin memperbesar bait Roh Kudus ku supaya Tuhan senang.” Aku hanya berpikir bahwa segala sesuatu boleh kok kata Paulus, aku tak mengindahkan kalimat selanjutnya bahwa tidak segala hal berguna dan membangun—apakah yang aku lakukan sebenarnya tidak membawa berkat bagi sesamaku dan tidak mencerminkan bahwa aku sedang memuliakan Allah melalui makanku.

Mungkin cerita sederhana ini relate dengan keseharian kita. Sering kali kita berdoa agar makanan kita membawa kesehatan, tetapi di sisi yang lain orang lain bahkan diri sendiri tahu bahwa makanan tersebut tidak baik untuk Kesehatan. Dalam tulisan ini ku mau katakana bahwa bukan hanya iman tanpa perbuatan yang hakekatnya mati, tetapi sehat tanpa aksi juga hakekatnya mati.

Aku tidak tahu masalah Kesehatan apa yang menjadi pergumulan masing-masing kita, tetapi saat ini aku mau mengajak kita semua untuk memperhatikan lagi pola hidup kita, secara khusus di dalam hal makan. Mari kita tunjukkan rasa syukur dan cara kita memuliakan Tuhan dengan cara makan kita!

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
6 replies
  1. Peggy
    Peggy says:

    Terima kasih utk artikelnya yg menyadarkan saya ygvsering kena sskitvradang tenggorokan bahwa semua kembali pada gaya hidup dan memilih pola makan yg sehat dgn menghindari makanan junk food atau yg berlebihan dan memilih makanan sehat spt sayurvdan buah2an

  2. MARIA HULU
    MARIA HULU says:

    Bersyukur sekali Tuhan beri aku kesehatan sampai detik ini sampai seterusnya. Makan sehat plus barengin dengan rajin olahraga ya sobat 💌

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *