Berseru kepada Bapa Surgawi

Kamis, 4 Juli 2024

Baca: Roma 8:12-21

8:12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.

8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”

8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.

8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.

8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,

8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.

 

Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” —Roma 8:15

Beberapa menit setelah Presiden AS Harry Truman mengumumkan berakhirnya Perang Dunia II, telepon berdering di sebuah rumah kecil berdinding papan di Grandview, Missouri. Seorang wanita berusia 92 tahun mohon diri kepada tamunya untuk mengangkat telepon. Sang tamu mendengar wanita tua itu kemudian berkata, “Halo. . . . Ya, aku baik-baik saja. Aku sedang mendengarkan radio . . . Kalau sempat, datanglah ke rumah . . . Sampai jumpa.” Wanita tua itu kembali menemui tamunya. “[Anakku] Harry menelepon. Harry anak yang baik . . . Aku tahu ia pasti akan menelepon. Ia selalu meneleponku setiap kali sebuah peristiwa berakhir.”

Sesukses apa pun kita, berapa pun usia kita, rasanya kita selalu ingin memberi kabar kepada orangtua kita. Kita rindu mendengar ucapan selamat dari mereka. Mungkin kita sudah mencapai puncak karier, tetapi kita tetaplah anak mereka.

Sayangnya, tidak semua orang mempunyai hubungan seperti itu dengan orangtua mereka di dunia. Namun, melalui Yesus, kita semua dapat mempunyai Allah sebagai Bapa kita. Kita yang percaya kepada Kristus diangkat menjadi anggota keluarga Allah, sebab “kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah” (Rm. 8:15). Sekarang kita “berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus” (ay.17). Kini kita tidak lagi berbicara kepada Allah sebagai budak dan boleh menyebut Allah dengan panggilan yang intim, seperti panggilan yang Yesus ucapkan saat Dia berada dalam pergumulan-Nya, “Ya Abba, ya Bapa!” (ay.15; lihat juga Mrk. 14:36).

Adakah yang ingin kamu sampaikan? Apa yang menjadi kebutuhan kamu? Berbicaralah kepada Bapa kita di surga, kediaman kita yang kekal. —MIKE WITTMER

WAWASAN
Paulus menulis Kitab Roma kepada jemaat di Roma, yang belum pernah dikunjunginya sendiri. Dalam pasal 8, ia menguraikan dua persamaan yang menunjukkan akibat dari tindakan kita (ay.12-17). Perbuatan yang dilakukan menurut daging—hasrat alamiah kita yang egois—mengarah kepada kematian (ay.12-13). Berbanding terbalik dengan itu adalah kehidupan yang dijalani menurut Roh, yang menuntun kepada kehidupan (ay.13-14). Kita mudah melewatkan argumen Paulus yang sederhana tersebut. Ketika kita mengandalkan rencana dan keinginan kita sendiri, kita sedang berjalan menuju kematian. Ketika kita menerima kuasa dan pimpinan Roh, kita akan menemukan kehidupan. JR Hudberg

Berseru kepada Bapa Surgawi
 

Pesan atau kebutuhan apa yang rindu kamu sampaikan kepada orangtua kamu di dunia? Apa yang ingin kamu sampaikan kepada Bapa di surga? Dia mendengarkan kamu.

Bapa yang Maha Penyayang, terima kasih, karena aku boleh berbicara kepada-Mu dalam doa kapan saja.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 28-29; Kisah Para Rasul 13:1-25

Bagikan Konten Ini
28 replies
  1. Anonymous
    Anonymous says:

    Ya Bapa, terima kasih atas harapan dan jalan yg Engkau siapkan untuk berbicara denganMu. Untuk mendengar keluh kesah kami, meminta bantuanMu. Engkau permudah itu, Bapa. Bantulah kami selalu mengandalkan Engkau ya Bapa dibandingkan diri kami ini. Amin

  2. Rico Art
    Rico Art says:

    Bapa kami yang ada di sorga Dikuduskanlah namaMu Datanglah kerajaanMu Jadilah kehendakMu Di bumi seperti di sorga Berikanlah kami pada hari ini Makanan kami yang secukupnya Ampunilah kami akan kesalahan kami, Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan Sampai selama-lamanya. Amen

  3. Ani
    Ani says:

    Tuhan dengarkanlah dan kabulkanlah setiap apapun yang menjadi doa dan pergumulan kami. amin

  4. Frontier Immanuel
    Frontier Immanuel says:

    Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.

    AMIIIINNNN 🙏🏿🙏🏿🙏🏿

  5. Ris
    Ris says:

    Ya Abba, Ya Bapa. Saat ini aku memiliki kebutuhan yang mendesak, sebentar lagi akan masuk tahun ajaran baru, sementara jam mengajarku belum ada. Pertemukan aku Bapa dengan sekolah yang memberikan kenyamanan, keamanan dan aku dapat jam mengajar 24 JP. Aku yakin dan percaya bahwa roh kudus akan menuntunku untuk bertemu dengan sekolah tersebut tanpa harus pindah dari rumah kontrakanku.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *