Kaya dalam Kebajikan

Minggu, 23 Juni 2024

Baca: 1 Timotius 6:6-10,17-19

6:6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.

6:7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.

6:8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.

6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.

6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

6:17 Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.

6:18 Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi

6:19 dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.

Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi. —1 Timotius 6:18

Setelah bekerja keras sebagai penatu selama 70 tahun—menggosok, mengeringkan, dan melicinkan baju dengan tangan—Oseola McCarty akhirnya pensiun di usia 86 tahun. Ia sudah menabung penghasilannya yang tidak seberapa dengan sangat cermat selama bertahun-tahun, dan kemudian melakukan sesuatu yang membuat takjub komunitasnya. Oseola memutuskan untuk mendonasikan 150.000 dolar AS kepada universitas setempat sebagai dana beasiswa bagi para mahasiswa yang membutuhkannya. Ratusan orang yang terinspirasi oleh pemberian tanpa pamrih tersebut ikut berdonasi hingga mencapai hasil tiga kali lipat dari donasi Oseola.

Oseola mengerti bahwa nilai sejati dari kekayaannya tidaklah terletak pada penggunaannya demi keuntungan pribadi, tetapi untuk memberkati orang lain. Rasul Paulus menasihati Timotius untuk memerintahkan mereka yang kaya di dunia ini untuk “menjadi kaya dalam kebajikan” (1Tim. 6:18). Masing-masing dari kita telah diberi kekayaan untuk dikelola, baik berupa uang maupun materi lainnya. Alih-alih bergantung pada kekayaan itu, Paulus memperingatkan kita untuk berharap hanya kepada Allah (ay.17) dan untuk menimbun harta di surga dengan sikap yang “suka memberi dan membagi” (ay.18).

Dalam ekonomi Allah, bersikap pelit dan menolak untuk bermurah hati hanya akan menghasilkan kehampaan. Memberi kepada orang lain atas dasar kasih adalah jalan menuju kepuasan jiwa. Alih-alih berjuang untuk meraih lebih banyak, kita akan memperoleh manfaat yang besar dengan memiliki kesalehan dan rasa cukup atas apa yang kita punya (ay.6). Apa yang akan terjadi apabila kita bermurah hati dengan harta kekayaan kita, seperti yang dilakukan oleh Oseola? Marilah kita berusaha keras untuk menjadi kaya dalam kebajikan seturut dengan pimpinan Allah. —KAREN PIMPO

WAWASAN
Pengajaran Paulus dalam 1 Timotius 6:6-19 mengingatkan kita pada perkataan Yesus di Matius 6:19-21: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; . . .

Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Konsep “mengumpulkan harta” terkandung dalam kedua perikop hari ini. Harta dunia berbicara tentang suatu investasi yang hanya memiliki nilai dan kegunaan duniawi, seperti benda dan uang. Harta di surga mengacu pada investasi duniawi yang memiliki nilai kekekalan. Pemberian yang murah hati di bumi mengumpulkan harta di surga. Oleh sebab itu, kita perlu mengembangkan rasa cukup dalam diri. Dengan berbuat demikian, kita akan lebih mampu terhindar dari keserakahan dan dimampukan untuk berbuat baik, sehingga melaluinya kita sungguh-sungguh mengalami kekayaan yang sejati. —Arthur Jackson

Kaya dalam Kebajikan

Kesempatan apa yang terbuka bagi kamu hari ini untuk menunjukkan kemurahan hati? Bagaimana kerelaan kamu untuk berbagi dapat mendatangkan kepuasan jiwa yang lebih besar?

Ya Allah, terima kasih untuk harta kekayaan yang kumiliki. Kuserahkan semuanya kepada-Mu hari ini.

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 9-10; Kisah Para Rasul 7:1-21

Bagikan Konten Ini
18 replies
  1. Anonymous
    Anonymous says:

    Ya Tuhan maafkan kami karena selama ini kami hanya fokus pada kekayaan saja dan bukan bersyukur krn harta ini hanya berasal dari Tuhan. Bahkan ketika kami memberi terkadang tidak sepenuh hati dan berharap untuk mendapatkan hal lainnya. Maafkan kami ya Tuhan, berilah bantuanMu agar kami hanya bergantung dan bersyukur serta memberi dengan kesungguhan hati sehingga terhindar dari keserakahan. Amin

  2. Rico Art
    Rico Art says:

    Bapa kami yang ada di sorga Dikuduskanlah namaMu Datanglah kerajaanMu Jadilah kehendakMu Di bumi seperti di sorga Berikanlah kami pada hari ini Makanan kami yang secukupnya Ampunilah kami akan kesalahan kami, Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan Sampai selama-lamanya. Amen

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *