Mengoreksi dengan Kasih

Jumat, 24 Mei 2024

Baca: Ibrani 12:4-11

12:4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.

12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;

12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?

12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

12:9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?

12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

[Allah] menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. —Ibrani 12:10

Dalam kisah The Wise Woman (Wanita Bijaksana), George MacDonald bercerita tentang dua gadis egois yang membuat sengsara semua orang, termasuk diri mereka sendiri. Akhirnya, seorang wanita bijaksana hadir dan memberikan serangkaian ujian yang akan menolong mereka untuk kembali menjadi “indah”.

Setelah kedua gadis itu gagal melewati setiap ujian, mereka pun merasa malu dan terkucil. Salah seorang dari mereka, Rosamond, akhirnya sadar bahwa ia tidak bisa mengubah dirinya sendiri. “Bisakah engkau membantuku?” pintanya kepada si wanita bijaksana. “Tentu saja, karena kamu memintanya,” jawab wanita itu. Kemudian, dengan pertolongan ilahi yang dilambangkan oleh si wanita bijaksana, Rosamond mulai berubah. Ia kemudian meminta ampun atas segala masalah yang telah ditimbulkannya. “Jika aku belum mengampunimu,” kata wanita bijaksana itu, “aku tidak akan repot-repot menghukummu.”

Adakalanya Allah harus mendisiplinkan kita, dan penting bagi kita untuk memahami alasannya. Koreksi yang diberikan Allah tidak didorong oleh niat untuk membalas, melainkan oleh kasih-Nya sebagai Bapa yang mempedulikan kebaikan kita (Ibr. 12:6). Allah juga rindu agar kita “beroleh bagian dalam kekudusan-Nya,” dengan menikmati kelimpahan dari “buah kebenaran yang memberikan damai” (ay.10-11). Keegoisan menimbulkan kesengsaraan, tetapi kekudusan menjadikan kita utuh, bersukacita, dan “indah” seperti Dia.

Rosamond sempat bertanya, bagaimana si wanita bijaksana dapat mengasihi gadis egois seperti dirinya. Sambil membungkuk dan mengecup Rosamond, wanita itu menjawab, “Aku bisa melihat apa jadinya kamu nanti.” Koreksi dari Allah juga diberikan dengan kasih dan kerinduan untuk menjadikan kita sebagai pribadi yang dikehendaki-Nya. —Sheridan Voysey

WAWASAN
Dalam penjelasan tentang disiplin Allah yang penuh kasih (Ibrani 12:5-6), penulis Kitab Ibrani mengutip Amsal 3:11-12. Amsal 3 terkenal karena ayat 5-6: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”

Ketika menghadapi kesulitan, kita mungkin merasa bahwa tidak sepantasnya kita mengalami itu semua, dan menganggap Allah bertindak dalam hidup kita hanya untuk mendisiplin kita. Namun, konteks Amsal 3 memberikan gambaran tentang hidup yang dijalani bersama Bapa Surgawi kita. Terkadang, seperti anak-anak yang menyimpang, kita menjauh dari Allah, terutama ketika kita lebih mengandalkan pengertian kita sendiri. Disiplin-Nya membawa kita kembali—bukan hanya untuk memperbaiki perilaku tetapi juga untuk membawa kita kepada hubungan yang erat dengan-Nya. Bapa kita yang baik mengasihi kita dan ingin kita berada di jalan yang benar, karena di situlah Dia berada. —Jed Ostoich

Mengoreksi dengan Kasih

Bagaimana kamu memahami disiplin Allah atas diri kamu di masa lalu? Koreksi apa yang baru-baru ini diberikan-Nya dengan tujuan untuk menjadikan kamu semakin indah?

Allah Bapaku, terima kasih untuk koreksi yang Engkau berikan. Meski menyakitkan, aku tahu Engkau melakukannya demi kebaikanku.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 22-24; Yohanes 8:28-59

Bagikan Konten Ini
19 replies
  1. Rico Art
    Rico Art says:

    Bapa kami yang ada di sorgaDikuduskanlah namaMuDatanglah kerajaanMuJadilah kehendakMuDi bumi seperti di sorgaBerikanlah kami pada hari iniMakanan kami yang secukupnyaAmpunilah kami akan kesalahan kami,Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kamiDan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan… Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan Sampai selama-lamanya. Amen

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *