Matahari Terbit, Sang Anak Bangkit

Selasa, 2 Januari 2024

Baca: Pengkhotbah 1:1-11

1:1 Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem.

1:2 Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.

1:3 Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?

1:4 Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.

1:5 Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali.

1:6 Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali.

1:7 Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu.

1:8 Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.

1:9 Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.

1:10 Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: “Lihatlah, ini baru!”? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada.

1:11 Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.

Matahari masih terbit dan masih pula terbenam. —Pengkhotbah 1:5 bis

Novel pertama Ernest Hemingway mengisahkan tentang sekelompok sahabat yang suka minum-minum dalam suasana pasca Perang Dunia I. Mereka menanggung penderitaan fisik dan psikis yang diakibatkan oleh perang tersebut, dan mencoba mengatasinya dengan menikmati pesta, petualangan, dan pergaulan bebas. Minuman keras memang menjadi cara mereka untuk meredakan rasa sakit, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang merasa bahagia.

Judul novel Hemingway tersebut, The Sun Also Rises, terambil dari Kitab Pengkhotbah (1:5). Dalam Kitab Pengkhotbah, Raja Salomo menyebut dirinya “Pengkhotbah” (ay.1). Ia mengamati bahwa “segala sesuatu adalah sia-sia” (ay.2) dan bertanya, “Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? (ay.3). Salomo melihat bagaimana matahari terbit dan terbenam, angin berputar ke sana kemari, sungai-sungai terus mengalir ke laut yang tak pernah menjadi penuh (ay.5-7). Pada akhirnya, semua akan dilupakan (ay.11).

Baik novel Hemingway maupun Kitab Pengkhotbah menghadapkan kita pada kesia-siaan dari menjalani hidup semata-mata demi apa yang ada di dunia ini. Namun, di sana-sini Salomo menaruh tanda-tanda tentang kebenaran ilahi dalam kitabnya. Keabadian itu ada, demikian juga harapan sejati. Pengkhotbah menunjukkan diri kita sebagaimana adanya, tetapi juga menunjukkan Allah sebagaimana Dia adanya. “Segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya,” kata Salomo (3:14), dan di situlah letak harapan terbesar kita, karena Allah telah mengaruniakan kepada kita Anak-Nya, Yesus.

Di luar Allah, kita terapung-apung di tengah lautan kehidupan yang tak berujung, tanpa pernah merasa puas. Melalui Yesus Kristus, Anak-Nya yang telah bangkit, kita diperdamaikan dengan-Nya, dan kita pun menemukan makna, nilai, serta tujuan hidup kita. —Tim Gustafson

WAWASAN
Tidak ada yang tahu pasti siapa yang menulis Kitab Pengkotbah, tetapi banyak ahli Alkitab meyakini bahwa penulisnya adalah Raja Salomo. Penulis menyebut dirinya sebagai Qoheleth, istilah Ibrani yang sering diterjemahkan sebagai “Guru,” atau “Pengkhotbah” (1:1). Sebagai “anak Daud, raja di Yerusalem” (ay.1), Salomo memang memenuhi kriteria tersebut. Selain itu, sebagai seorang raja yang terkenal akan kebijaksanaan dan kekayaannya, kehidupan Salomo sangat mencerminkan tema kitab ini, sehingga wajar jika ia dianggap sebagai penulisnya. Terlepas dari siapa orangnya, bersama dengan kitab-kitab lain seperti Ayub, Amsal, kitab kumpulan puisi Mazmur dan Kidung Agung, Kitab Pengkhotbah memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi kesusastraan hikmat dalam Alkitab. —Tim Gustafson

Matahari Terbit, Sang Anak Bangkit

Apa yang selama ini mengisi waktu-waktu kamu dan apa artinya semua kesibukan kamu itu? Mungkinkah kamu perlu mengubah prioritas kamu untuk semakin sungguh mengikut Yesus?

Bapa Mahakasih, tolonglah aku menemukan kepuasan di dalam-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 4-6; Matius 2

Bagikan Konten Ini
27 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amen.

  2. Andri Nedved
    Andri Nedved says:

    Amiinn… Selamat Tahun Baru dan melakukan segala Aktifitas kita bersama Tuhan Yesus Kristus…. Amiinn…🙏🏽

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *