Siapakah Saya?

Minggu, 26 November 2023

Baca: 1 Tawarikh 29:14-20

29:14 Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu.

29:15 Sebab kami adalah orang asing di hadapan-Mu dan orang pendatang sama seperti semua nenek moyang kami; sebagai bayang-bayang hari-hari kami di atas bumi dan tidak ada harapan.

29:16 Ya TUHAN, Allah kami, segala kelimpahan bahan-bahan yang kami sediakan ini untuk mendirikan bagi-Mu rumah bagi nama-Mu yang kudus adalah dari tangan-Mu sendiri dan punya-Mulah segala-galanya.

29:17 Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka akupun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas. Dan sekarang, umat-Mu yang hadir di sini telah kulihat memberikan persembahan sukarela kepada-Mu dengan sukacita.

29:18 Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, bapa-bapa kami, peliharalah untuk selama-lamanya kecenderungan hati umat-Mu yang demikian ini dan tetaplah tujukan hati mereka kepada-Mu.

29:19 Dan kepada Salomo, anakku, berikanlah hati yang tulus sehingga ia berpegang pada segala perintah-Mu dan peringatan-Mu dan ketetapan-Mu, melakukan segala-galanya dan mendirikan bait yang persiapannya telah kulakukan.”

29:20 Kemudian berkatalah Daud kepada segenap jemaah itu: “Pujilah kiranya TUHAN, Allahmu!” Maka segenap jemaah itu memuji TUHAN, Allah nenek moyang mereka, kemudian mereka berlutut dan sujud kepada TUHAN dan kepada raja.

Siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? —1 Tawarikh 29:14

Sebagai anggota tim kepemimpinan untuk sebuah pelayanan lokal, salah satu tugas saya adalah mengundang orang-orang untuk ikut melayani sebagai pemimpin diskusi kelompok. Dalam undangan tersebut saya menjelaskan komitmen waktu yang diperlukan dan menguraikan cara-cara yang perlu dilakukan para pemimpin untuk berinteraksi dengan anggota kelompok kecil mereka, baik dalam pertemuan fisik maupun melalui panggilan telepon. Menyadari pergorbanan yang perlu mereka berikan untuk menjadi seorang pemimpin, saya sering merasa sungkan membebani orang lain. Namun, terkadang tanggapan mereka benar-benar membuat saya takjub: “Saya merasa terhormat.” Alih-alih melontarkan alasan-alasan logis untuk menolak tawaran saya, mereka justru mengungkapkan rasa syukur mereka kepada Allah atas semua yang telah Dia lakukan dalam hidup mereka sebagai alasan untuk membalas-Nya dengan cara melayani orang lain.

Ketika tiba waktunya mempersembahkan bahan-bahan yang dibutuhkan bagi pembangunan bait Allah, Daud memberi tanggapan serupa: “Siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini?” (1Taw. 29:14). Kemurahan hati Daud didorong oleh rasa syukur atas keterlibatan Allah dalam hidupnya dan dalam kehidupan bangsa Israel. Tanggapan itu menggambarkan kerendahan hatinya dan pengakuannya atas kebaikan Allah terhadap “pendatang dan orang asing” (ay.15 bis).

Apa yang kita berikan bagi pekerjaan Allah—baik waktu, bakat, atau harta—mencerminkan rasa syukur kita kepada Dia yang terlebih dahulu memberikan apa yang kita butuhkan. Semua milik kita berasal dari tangan-Nya (ay.14), dan sebagai tanggapan, kita dapat memberi dengan penuh syukur kepada-Nya. —Kirsten Holmberg

WAWASAN
Di 1 Tawarikh 28:1, Daud berbicara kepada orang-orang yang dikumpulkannya untuk rencana pembangunan Bait Suci. Semua pejabat penting Israel hadir: para kepala suku dan pemimpin bangsa, panglima dan perwira, pejabat istana, dan para pengurus harta benda keluarga raja. Karena Allah tidak mengizinkannya untuk membangun sendiri Bait Suci itu, Daud memutuskan untuk menyiapkan anaknya, Salomo, agar berhasil (22:7-19). Ia memberi teladan dengan mempersembahkan kekayaannya sendiri dengan murah hati (29:2-5). Namun, Daud memahami kebenaran yang penting: ia dan rakyatnya hanya sanggup memberi dari apa yang telah diberikan Allah sendiri kepada mereka. Setiap pemberian awalnya berasal dari Allah sendiri (ay. 16). —Tim Gustafson

Siapakah Saya?

Bagaimana Allah telah terlibat aktif dalam hidup kamu? Apa yang dapat kamu lakukan untuk menanggapi-Nya?

Bapa Mahakasih, mampukanlah aku untuk menanggapi kasih dan perhatian-Mu dengan kemurahan hati.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 27-29; 1 Petrus 3

Bagikan Konten Ini
19 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amen

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *