Ibadah Sejati

Selasa, 20 Juni 2023

Baca: Yakobus 1:19-27

1:19 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

1:20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

1:21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

1:23 Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.

1:24 Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

1:25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

1:26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.

1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. —Yakobus 1:27

Pada musim panas setelah tahun kedua saya di bangku kuliah, seorang teman sekelas tiba-tiba meninggal dunia. Padahal baru beberapa hari sebelumnya kami bertemu dan ia terlihat baik-baik saja. Kami masih muda dan merasakan hidup sedang jaya-jayanya. Kami bahkan baru saja mengikat janji persaudaraan dalam komunitas mahasiswa di kampus.

Namun, yang paling saya ingat mengenai kematian teman saya ini adalah menyaksikan bagaimana teman-teman sepersaudaraan kami menerapkan apa yang disebut Yakobus sebagai “ibadah yang murni” (Yak. 1:27). Teman-teman dalam komunitas mahasiswa tadi berlaku seperti saudara laki-laki bagi adik perempuan teman kami. Mereka menghadiri pesta pernikahannya, bahkan datang jauh-jauh untuk menghadiri acara tujuh bulanan kehamilannya, bertahun-tahun setelah teman kami meninggal. Salah seorang dari mereka bahkan memberikan ponsel kepada sang adik supaya ia dapat menghubunginya jika membutuhkan sesuatu.

Ibadah sejati, menurut Yakobus, adalah “mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka” (ay.27). Meski adik teman kami bukan yatim piatu secara harfiah, ia sudah tidak memiliki saudara laki-laki. “Saudara-saudara” barunya itulah yang mengisi kekosongan itu.

Inilah yang dapat dilakukan oleh kita semua yang ingin mempraktikkan kehidupan yang sejati dan murni di dalam Yesus, yakni “menjadi pelaku firman” (ay.22), termasuk memperhatikan mereka yang membutuhkan (2:14-17). Iman kita kepada Allah memanggil kita untuk menolong yang lemah sambil tetap menjaga diri dari pengaruh buruk dunia dengan pertolongan-Nya. Itulah ibadah sejati yang berkenan kepada Allah. —Katara Patton

WAWASAN
Empat orang bernama Yakobus muncul dalam Perjanjian Baru. Siapa di antara mereka yang menulis Kitab Yakobus? Yakobus saudara Yohanes mati martir pada tahun 44 M (Kisah Para Rasul 12:2). Kebanyakan ahli Alkitab percaya bahwa Surat Yakobus ditulis pada tahun 48 M atau sesudahnya. Yakobus ayah Yudas (bukan Iskariot) disebutkan hanya satu kali (Lukas 6:16), jadi hampir pasti bukan dirinya yang menulis kitab itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa penulisnya adalah Yakobus anak Alfeus (Markus 3:18). Namun, kebanyakan ahli percaya bahwa penulis Kitab Yakobus adalah saudara tiri Yesus. Segera setelah kenaikan Yesus ke surga (Kisah Para Rasul 1:9-10), kita melihat Yakobus ini disebut (ay.13). Teks Alkitab menyebutkan bahwa sesudah kenaikan Kristus, para murid kembali ke ruang atas bersama “dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus” (ay.14; lihat juga Markus 6:3). Yakobus saudara Yesus memenuhi persyaratan penting kerasulan, karena ia telah melihat Yesus sesudah kebangkitan-Nya (1 Korintus 15:7). —Tim Gustafson

Ibadah Sejati

Pernahkah kamu melihat ibadah sejati diterapkan? Bagaimana kamu dapat menunjukkan iman yang murni itu kepada sesama?

Bapa Surgawi, tuntunlah aku dan celikkan mataku untuk melihat siapa saja yang paling membutuhkan pertolonganku.

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 1-2; Kisah Para Rasul 5:1-21

Bagikan Konten Ini
48 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *