Berharap di dalam Allah

Sabtu, 26 Oktober 2024

Baca: 2 Korintus 5:1-10

5:1 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

5:2 Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini,

5:3 sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.

5:4 Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.

5:5 Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.

5:6 Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan,

5:7 –sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat–

5:8 tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.

5:9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. —2 Korintus 5:9

Saat Jeremy tiba di kampusnya untuk berkuliah selama tiga tahun, ia tidak menyadari apa yang akan didapatkannya dengan meminta kamar asrama yang paling murah. “Benar-benar mengerikan,” ucapnya. “Kamar tidur dan kamar mandinya buruk sekali.” Namun, ia tidak punya banyak uang dan pilihan. “Yang dapat saya lakukan,” katanya, “hanya berpikir, saya punya rumah yang nyaman, yang akan saya tempati saat pulang tiga tahun lagi, jadi saya akan bertahan dengan semua ini dan menggunakan waktu saya di sini dengan sebaik-baiknya.”

Kisah Jeremy mencerminkan tantangan sehari-hari dari kehidupan yang dijalani dalam “kemah tempat kediaman kita di bumi ini”—tubuh manusiawi yang akan mati (2Kor. 5:1), yang bekerja di tengah dunia yang sedang berlalu (1Yoh. 2:17). Itulah sebabnya kita “mengeluh oleh beratnya tekanan” (2Kor. 5:4) dalam perjuangan mengatasi berbagai kesulitan yang diberikan kehidupan ini.

Yang membuat kita terus bertahan adalah pengharapan pasti bahwa suatu hari nanti kita akan memiliki tubuh kebangkitan yang kekal—sebuah “tubuh yang dari surga” (ay.4 bimk)—dan hidup di suatu dunia yang bebas dari keluhan dan rasa frustrasi saat ini (Rm. 8:19-22). Pengharapan tersebut memampukan kita untuk menggunakan dengan sebaik-baiknya masa hidup kita sekarang ini, yang telah Allah berikan dengan penuh kasih. Dia juga akan menolong kita menggunakan harta milik dan talenta yang telah Dia percayakan, agar kita dapat melayani Dia dan sesama. Itulah sebabnya kita dapat berkata seperti Paulus, “kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya” (2Kor. 5:9). —Leslie Koh

WAWASAN
Dalam Perjamuan Terakhir, Yesus memberi tahu murid-murid-Nya bahwa Dia akan segera pergi. Namun, Dia meyakinkan mereka bahwa mereka akan bersama-Nya lagi di surga (Yohanes 14:1-4). Dia pergi ke sana untuk menyiapkan tempat bagi mereka di “rumah Bapa”-Nya (ay. 2), dan di sana mereka akan hidup kekal bersama-Nya (2 Korintus 5:1). Di tempat yang mulia itu “malam tidak akan ada lagi. . . . [Kita] tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi [kita]” (Wahyu 22:5). Selain itu, “maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (21:4). Kita akan bersama dengan Kristus dan semua “yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu” (ay. 27). —Alyson Kieda

Berharap di dalam Allah

Bagaimana kamu dapat mengawali setiap hari dengan mengingat pengharapan yang kamu terima dari Allah? Bagaimana kamu dapat menguatkan orang lain dengan pengharapan itu?

Bapa, aku menantikan saatnya aku berada bersama Engkau dalam kediaman surgawi-Mu. Terima kasih untuk janji dan kekuatan yang kuterima dari pengharapan itu setiap hari.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 9-11; 1 Timotius 6

Bagikan Konten Ini
0 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *