Talenta Bukan Cuma Soal Bakat

Oleh Jenni, Cimahi

“Bakat dari Tuhan harus dikembangkan dan dipakai untuk rencana Tuhan.” Kira-kira itulah arti talenta yang sering kudengar saat masih bersekolah. Aku ingat masa-masa itu, ketika aku dan beberapa teman berusaha mengembangkan bakat sambil berjuang mencari jati diri.

Aku selalu yakin bahwa bakatku berhubungan dengan dunia kreatif. Akan tetapi, dengan pekerjaan rumah dan kesibukan kerja yang bertambah, perlahan namun pasti melunturkan semangatku untuk berkarya. Dulu hampir setiap hari aku menggambar dan menulis. Sekarang? Hampir setiap harinya aku merasa terlalu lelah untuk sekadar membuat satu gambar. Lambat laun, aku mulai mempertanyakan: talenta apa yang aku punya? Berhasilkah aku mengembangkannya? Masih adakah kesempatan bagiku untuk menjadi bagian dalam rencana Tuhan? Pencarian akan pertanyaan ini membawaku pada sebuah kisah yang berawal dari seorang pria bernama Edward Kimball.

Pada Tahun 1858, Edward Kimball adalah seorang guru sekolah Minggu di Detroit. Dia memiliki seorang murid yang bernama Dwight. L. Moody yang saat itu masih berusia 17 tahun. Moody bekerja di toko sepatu, di mana Edward mengunjunginya dan membawanya pada Tuhan. Itu adalah awal mula perjalanan Moody menjadi seorang pengkhotbah. Dia mendirikan gereja di Chicago bernama Gereja Moody.

Pada tahun 1872, D. L Moody bertemu dengan seorang pendeta bernama Frederick Brotherton (F.B) Meyer. Persahabatan mereka membentuk pandangan F.B Meyer mengenai pelayanan. Suatu kali, F.B Meyer berkhotbah di sekolah Moody dan khotbahnya menggugah J. Wilbur Chapman, yang kemudian menjadi seorang pendeta. Pada misi penginjilannya Chapman melibatkan Billy Sunday, seorang pemain bisbol yang meninggalkan kariernya dan menjadi penginjil. Pelayanan penginjilannya menyebar luas dan sampai pada seseorang bernama Mordecai Ham.

Pada 1932, Ham berkhotbah di suatu kebaktian rohani di Charlotte, Carolina Utara. Dan, di situlah Billy Graham ikut hadir karena diajak oleh temannya, Albert McMakin. Kebaktian itu adalah awal dari perjalanan Graham menjadi penginjil, yang melaluinya kabar keselamatan dari Tuhan Yesus tersebar semakin luas.

Pada tahun 2018, Billy Graham tutup usia. Namun, Tuhan telah menggunakan hidupnya untuk menjangkau banyak jiwa, salah satunya adalah diriku sendiri. Bagiku pribadi, aku melihat kasih Allah dalam khotbah Billy Graham. Bagaimana besarnya kasih Tuhan hingga memberikan kita Penebus, yaitu Yesus Kristus.

Lahirnya tokoh kebangunan rohani diawali oleh kesungguhan Edward Kimball dalam memenangkan jiwa muridnya. Edward Kimball menggembalakan apa yang dipercayakan padanya dengan sangat baik. Mungkin beliau pun tak menyangka, ketulusan dan dedikasinya sebagai guru sekolah Minggu kini telah memenangkan banyak jiwa.

Dari kisah itu, aku berpikir, mungkin talenta bukan hanya bakat. Talenta adalah kemampuan apa pun untuk mengerjakan hal yang Tuhan percayakan pada kita. Selain bakat dan materi, talenta bisa berupa dedikasi, waktu dan perhatian. Sulit rasanya untuk menilai waktu dan perhatian yang kita miliki. Jika uang yang banyak bisa membeli sesuatu yang berkualitas tinggi, dedikasi dan ketulusan dapat memberikan dampak yang tak terkira, yaitu menyentuh dan memenangkan jiwa. Dan aku yakin tujuan dari talenta adalah untuk menjangkau dan memenangkan jiwa, bukan sekadar bakat yang menambah value hidupku. Pemahaman ini lalu mengingatkanku akan kisahku sendiri.

Saat remaja satu-satunya komunitas rohani yang aku punya adalah sekolah. Dan begitu lulus SMA aku kesulitan untuk menemukan komunitas baru. Setahun setelah lulus SMA, aku ditawari bekerja sambilan di sebuah perpustakaan gereja. Kebetulan dulu aku sering meminjam buku di situ karena gerejanya bersebelahan dengan sekolahku. Pertimbanganku saat itu adalah; pertama, aku mengenal lingkungannya. Kedua, aku lumayan suka baca buku. Ketiga, untuk menambah pendapatan.

Ternyata tak ada kebetulan. Di situlah aku bertemu dengan orang yang kuanggap sebagai mentor rohaniku. Tanpa menghakimi, beliau-beliau mengarahkanku pada hal-hal yang baik. Mereka percaya padaku lebih dari diriku sendiri. Mereka jugalah yang mengingatkanku untuk merawat imanku. Bahkan sekarang, melalui tulisan aku bisa ikut berbagi dengan teman-teman pembaca, itu tidak lepas dari penyertaan Tuhan melalui orang-orang yang dengan sukarela memberikan waktu dan perhatiannya untuk memberiku motivasi juga arahan.

Seperti tertulis dalam Yesaya 55: 8-11, rancangan-Nya terlalu tinggi untuk dimengerti. Dan rancangan-Nya akan berhasil sesuai dengan kehendak-Nya.

Aku percaya Tuhan mengerjakan rancangan keselamatan-Nya melalui kemampuan dan tanggung jawab yang Ia percayakan pada setiap kita. Namun, terkadang pikiran negatif kita mematahkan semangat. Kita perlu selalu dekat dengan Tuhan karena Dia adalah sumber kekuatan. Aku pun percaya rancangan-Nya akan membuahkan hasil yang indah, baik untuk sekeliling kita, maupun orang yang tak kita kenal dan waktu yang tidak kita ketahui.

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
4 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *