Cara Kita Memandang Tuhan Membentuk Cara Kita Menjalani Hidup

Oleh Fandri Entiman Nae, Manado

Di antara banyaknya bidang ilmu yang ada, mungkin salah satu yang paling sering dianggap remeh adalah Teologi. Entah sudah berapa kali kudengar orang-orang tertentu mengatakan bahwa mereka tidak memerlukan teologi dalam kehidupan termasuk dalam “upaya” pengenalan mereka tentang Allah. Mirisnya kalimat bernada seperti itu bahkan juga beberapa kali terlontar dari mereka yang mendapat tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar di gereja.

Namun, apakah benar begitu? Buat apa susah-susah belajar tentang Tuhan, toh pengalaman rohani itu lebih penting? Faktanya, tidak ada orang yang tidak berteologi. Dalam pengertian yang umum, teologi berarti Ilmu atau konsep tentang Allah. Jadi jika ada orang Kristen yang mengatakan, “saya tidak memerlukan teologi untuk mengenal Allah yang penuh kasih”, dia seharusnya sadar bahwa kalimatnya itu adalah kalimat teologis yang layak mendapat perhatian. Bahkan kelompok ateis yang menolak Allah pun sebenarnya telah memiliki “teologinya” sendiri. Dengan begitu kita harus mengakui bahwa semua orang pasti sedang hidup dengan teologi yang beragam. Jadi, salah satu pertanyaan penting yang harusnya kita pikirkan adalah apakah kita punya teologi yang baik atau malah sebaliknya. Mengapa? Karena teologi yang kita miliki akan membentuk cara kita memandang dan menjalani seluruh kehidupan kita.

Persoalan penting lain yang berkaitan dengan masalah yang kita bahas sebelumnya adalah banyak orang Kristen yang menganggap teologi hanyalah area bagi para hamba Tuhan “waktu penuh” seperti pendeta dan penginjil. Ini merupakan sebuah bahaya karena jelas bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Allah yang ingin dikenal oleh anak-anak-Nya.

Dalam 1 Timotius 2:4, Allah berkata melalui rasul-Nya bahwa Ia menghendaki supaya kita yang diselamatkan memperoleh pengetahuan akan kebenaran, atau dengan kata lain Allah mau kita “belajar teologi”.

Tentu saja mempelajari teologi tidak harus menempuh pendidikan formal di Sekolah Tinggi Teologi (STT), meski kupercaya engkau harus mengambil kesempatan demikian jika hal itu memang memungkinkan. Namun lebih dari itu, belajar teologi bisa kita lakukan dengan banyak cara di banyak tempat. Ya, kita dapat menemukan teologi di banyak tempat. Lihat saja, pendeta mengajari Firman Tuhan kepada jemaat di gereja, orang tua mengajarkan Firman Tuhan kepada anaknya di rumah, dua orang sahabat karib duduk di tepi pantai sambil berdiskusi tentang Alkitab, itu semua adalah berbagai bentuk belajar teologi.

Allah berfirman agar melalui perkataan-Nya Ia dikenal oleh umat manusia, bukan hanya untuk segelintir pendeta. Allah, sebagai manusia, datang ke dalam dunia dan rela menderita bahkan mati di salib untuk menyelamatkan engkau dan aku. Ia mau berita ini diceritakan ke seluruh dunia, atau dengan kata lain Allah mau teologi ini didengar oleh semua telinga.

Bukan hanya itu, seperti yang telah sedikit kusinggung sebelumnya, hal yang sebagai orang Kristen tidak boleh kita lupakan adalah bahwa teologi harus memengaruhi kehidupan kita ke arah yang lebih baik. Semakin seseorang mendalami Firman Tuhan atau semakin ia belajar teologi, Ia harus semakin mengasihi Allah dan sesamanya. Seorang dokter yang belajar teologi dengan baik pasti tidak akan mengaborsi bayi demi sejumlah uang. Seorang pedagang yang belajar teologi dengan baik tidak akan menipu pelanggan-pelanggan yang lugu. Seorang mahasiswa jurusan hukum yang belajar teologi dengan baik akan belajar sungguh-sungguh demi menjadi laskar Kristus di ruang pengadilan. Ibu rumah tangga yang belajar teologi dengan baik akan mengajari anak-anaknya supaya menjaga kebersihan lingkungan. Mengapa? Karena teologi yang benar pasti berasal dari Allah Sang Sumber Kebenaran itu sendiri.

 

***

Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu

Bagikan Konten Ini
5 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *