Terperangkap dalam cokelat

Minggu, 7 Juli 2024

Baca: Yeremia 38:1-10

38:1 Tetapi Sefaca bin Matan, Gedalya bin Pasyhur, Yukhal bin Selemya dan Pasyhur bin Malkia mendengar perkataan yang tidak henti-henti diucapkan oleh Yeremia kepada segenap orang banyak itu:

38:2 "Beginilah firman TUHAN: Siapa yang tinggal di kota ini akan mati karena pedang, karena kelaparan dan karena penyakit sampar; tetapi siapa yang keluar dari sini mendapatkan orang Kasdim, ia akan tetap hidup; nyawanya akan menjadi jarahan baginya dan ia tetap hidup.

38:3 Beginilah firman TUHAN: Kota ini akan pasti diserahkan ke dalam tangan tentara raja Babel yang akan merebutnya."

38:4 Maka berkatalah para pemuka itu kepada raja: "Baiklah orang ini dihukum mati! Sebab sebenarnya dengan mengatakan hal-hal seperti itu maka ia melemahkan semangat prajurit-prajurit yang masih tinggal di kota ini dan semangat segenap rakyat. Sungguh, orang ini tidak mengusahakan kesejahteraan untuk bangsa ini, melainkan kemalangan."

38:5 Raja Zedekia menjawab: "Baiklah, ia ada dalam kuasamu! Sebab raja tidak dapat berbuat apa-apa menentang kamu!"

38:6 Maka mereka mengambil Yeremia dan memasukkannya ke dalam perigi milik pangeran Malkia yang ada di pelataran penjagaan itu; mereka menurunkan Yeremia dengan tali. Di perigi itu tidak ada air, hanya lumpur, lalu terperosoklah Yeremia ke dalam lumpur itu.

38:7 Tetapi ketika didengar Ebed-Melekh, orang Etiopia itu–ia seorang sida-sida yang tinggal di istana raja–bahwa Yeremia telah dimasukkan ke dalam perigi–pada waktu itu raja sedang duduk di pintu gerbang Benyamin–

38:8 maka keluarlah Ebed-Melekh dari istana raja itu, lalu berkata kepada raja:

38:9 "Ya tuanku raja, perbuatan orang-orang ini jahat dalam segala apa yang mereka lakukan terhadap nabi Yeremia, yakni memasukkan dia ke dalam perigi; ia akan mati kelaparan di tempat itu! Sebab tidak ada lagi roti di kota."

38:10 Lalu raja memberi perintah kepada Ebed-Melekh, orang Etiopia itu, katanya: "Bawalah tiga orang dari sini dan angkatlah nabi Yeremia dari perigi itu sebelum ia mati!"

Allah bukannya Allah yang tidak adil. Ia tidak melupakan apa yang kalian kerjakan bagi-Nya, dan kasih yang kalian tunjukkan kepada-Nya. —Ibrani 6:10 bimk

Suatu hari, dua orang pekerja pabrik permen Mars di Pennsylvania jatuh ke dalam tangki besar berisi cokelat. Mungkin ini terdengar seperti kisah lucu—dan bisa jadi musibah yang menyenangkan bagi para pecinta cokelat! Namun, meski tidak terluka, kedua pekerja tadi sempat terendam dalam adonan cokelat setinggi pinggang dan tidak dapat keluar sendiri. Petugas pemadam kebakaran yang didatangkan harus melubangi sisi tangki untuk mengeluarkan mereka dengan selamat.

Ketika Nabi Yeremia berada di dasar sebuah sumur berisi lumpur, kisahnya sama sekali tidak menyenangkan. Sebagai pembawa pesan Allah kepada umat-Nya di Yerusalem, Yeremia sudah memberitakan bahwa orang-orang harus segera meninggalkan kota itu karena Yerusalem akan “diserahkan ke dalam tangan tentara raja Babel” (Yer. 38:3). Sejumlah pejabat istana Raja Zedekia menuntut agar Yeremia “dihukum mati” karena mereka menganggap perkataan Yeremia “melemahkan semangat prajurit-prajurit” (ay.4). Raja Zedekia mengizinkan tuntutan itu dan mereka pun “memasukkan [Yeremia] ke dalam perigi . . . dengan tali,” dan kemudian “terperosoklah Yeremia ke dalam lumpur itu” (ay.6).

Ketika pejabat Raja Zedekia yang lain—dan seorang asing—membela Yeremia dengan mengatakan bahwa “perbuatan orang-orang [itu] jahat,” Zedekia baru menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan dan memerintahkan Ebed-Melekh untuk mengeluarkan Yeremia “dari perigi itu sebelum ia mati” (ay.9-10).

Bahkan ketika kita sudah melakukan apa yang benar—seperti yang dilakukan Yeremia—adakalanya kita merasa seperti terjebak di dalam lumpur. Marilah kita memohon kepada Allah untuk menumbuhkan semangat kita, sembari menantikan pertolongan-Nya dalam masalah yang kita hadapi. —Kirsten Holmberg

WAWASAN
Perikop hari ini yang diambil dari kehidupan dan nubuatan Yeremia mengungkapkan sebagian alasan ia sering disebut sebagai “nabi yang meratap.” Ia juga dianggap secara umum sebagai penulis Kitab Ratapan dalam Perjanjian Lama. Meski sebagian besar ratapannya berbicara mengenai nasib Israel karena ketidaktaatan dan ketidaksetiaannya kepada Allah, kita dapat memahami mengapa perlakuan yang dideritanya sebagai hamba Allah mungkin telah membuat ia sendiri meratap (lihat Yeremia 38). JR Hudberg

Terperangkap dalam cokelat

Pernahkah kamu diperlakukan dengan tidak adil karena melakukan hal yang benar? Bagaimana cara Allah menopang kamu?

Allah Bapa, topanglah diriku yang rindu untuk taat pada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 34-35; Kisah Para Rasul 15:1-21

Bagikan Konten Ini
17 replies
  1. Frontier Immanuel
    Frontier Immanuel says:

    AAAMIIIN, 🙏🏿…

    SELAMAT HARI MINGGU SOBAT WARUNGSATE…
    TUHAN YESUS KRISTUS, MEMBERKATI KITA SEMUA.
    AAAAMMIIINNN…. 🙏🏿

  2. Rico Art
    Rico Art says:

    Bapa kami yang ada di sorga Dikuduskanlah namaMu Datanglah kerajaanMu Jadilah kehendakMu Di bumi seperti di sorga Berikanlah kami pada hari ini Makanan kami yang secukupnya Ampunilah kami akan kesalahan kami, Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan Sampai selama-lamanya. Amen

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *