Iman yang Murah Hati

Senin, 17 Juni 2024

Baca: Ulangan 24:17-22

24:17 Janganlah engkau memperkosa hak orang asing dan anak yatim; juga janganlah engkau mengambil pakaian seorang janda menjadi gadai.

24:18 Haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di Mesir dan engkau ditebus TUHAN, Allahmu, dari sana; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini.

24:19 Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda–supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu.

24:20 Apabila engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya, janganlah engkau memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda.

24:21 Apabila engkau mengumpulkan hasil kebun anggurmu, janganlah engkau mengadakan pemetikan sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda.

24:22 Haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini."

Apabila kamu mengumpulkan hasil tanahmu, . . . berkas gandum yang tertinggal . . . harus dibiarkan untuk orang asing, anak yatim piatu dan para janda. —Ulangan 24:19 bimk

Beberapa tahun lalu, gereja kami diundang untuk menjadi tuan rumah bagi sejumlah pengungsi yang melarikan diri dari negara mereka yang mengalami kekacauan akibat perubahan kepemimpinan politik. Seluruh keluarga pengungsi itu datang dengan hanya membawa satu tas kecil. Beberapa jemaat kami memberikan tumpangan kepada mereka, termasuk mereka yang hanya dapat menyediakan sebuah ruang berukuran kecil.

Kemurahan hati mereka dalam memberi tumpangan mencerminkan tiga perintah Allah kepada bangsa Israel ketika memasuki tanah perjanjian (Ul. 24:19-21). Sebagai masyarakat agraris, mereka mengerti pentingnya panen. Hasil panen sangat penting bagi mereka untuk bertahan hidup hingga tahun berikutnya. Allah pun mengundang umat-Nya untuk mempercayai Dia, dengan memerintahkan mereka agar membiarkan “berkas gandum yang tertinggal . . . untuk orang asing, anak yatim piatu dan para janda” (ay.19 bimk). Bangsa Israel harus mempraktikkan kemurahan hati, dengan memberi bukan hanya ketika mereka sedang berkecukupan, tetapi memberi dengan hati yang percaya pada pemeliharaan Allah.

Kemurahan hati seperti itu juga menjadi pengingat “bahwa engkau pun dahulu budak di Mesir” (ay.18,22). Mereka pernah ditindas dan melarat. Kemurahan hati mereka menjadi pengingat akan kemurahan hati Allah yang ditunjukkan-Nya dengan membebaskan mereka dari perbudakan.

Sebagai orang percaya, kita juga didorong untuk menunjukkan kemurahan hati. Rasul Paulus mengingatkan kita, “Tuhan kita Yesus Kristus, . . . oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2Kor. 8:9). Kita memberi karena Dia telah lebih dahulu memberi kepada kita. —Matt Lucas

WAWASAN
Hukum yang diberikan kepada Israel dalam Ulangan 24:17-22 muncul dalam serangkaian aturan tentang cara hidup di tanah perjanjian. Inti dari bagian ini adalah: peliharalah kehidupan mereka yang miskin, yang berkekurangan, dan orang asing. Namun, konsekuensi yang menarik muncul di bagian akhir dari pasal sebelumnya. Ulangan 23:24-25 mengizinkan siapa pun, bukan hanya mereka yang kekurangan, untuk memakan apa pun yang mereka inginkan dari ladang sesamanya. Suatu hari, murid-murid Yesus memanfaatkan aturan tersebut (Matius 12:1). Tidak lama kemudian, orang-orang Farisi menuduh mereka “berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat” (ay.2)—yaitu, “bekerja.” Kristus membela murid-murid-Nya dengan berkata, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” (ay.8). Mereka memakan bulir gandum karena mereka “lapar” (ay.1). Yesus menegaskan bahwa Bapa-Nya menghendaki “belas kasihan” (memberi makan mereka yang lapar) lebih daripada “persembahan.” Orang-orang Farisi menaati penafsiran legalistik dari hukum tersebut, tetapi akibatnya mereka kehilangan semangat kemurahan hati dari Pribadi yang menganugerahkan hukum tersebut. —Tim Gustafson

Iman yang Murah Hati

Kapan seseorang pernah menolong kamu di saat kamu sedang membutuhkannya? Bagaimana kamu akan memberi kepada orang lain sambil mempercayai pemeliharaan Allah atas hidup kamu?

Bapa terkasih, bukalah mataku untuk melihat kebutuhan orang-orang yang terpinggirkan dalam komunitasku.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 7-9; Kisah Para Rasul 3

Bagikan Konten Ini
21 replies
  1. anasthesia gintings
    anasthesia gintings says:

    ayat ini sangat bagus, sebagai pengingat bahwa kita tdk boleh serakah dan harus iklhas dan murah hati.

  2. Anonymous
    Anonymous says:

    Bantulah kami Tuhan, untuk dpt memulihkan hati kami. Dan memiliki jiwa memberi kepada sesama kami seperti Engkau yg dengan baik hati memberi kepada kami. Amin

  3. Rico Art
    Rico Art says:

    Bapa kami yang ada di sorga Dikuduskanlah namaMu Datanglah kerajaanMu Jadilah kehendakMu Di bumi seperti di sorga Berikanlah kami pada hari ini Makanan kami yang secukupnya Ampunilah kami akan kesalahan kami, Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan Sampai selama-lamanya. Amen

  4. Chris
    Chris says:

    Thankyou God for your word today. Guide my heart and tend to my soul for you are with me and i am with you. For though i am in suffering, i know that this is the price of carrying the cross. Amen

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *