Habis Pentakosta, Lalu Apa?

Oleh Agustinus Ryanto

Bila tanggal 9 Mei yang lalu kita peringati sebagai hari kenaikan Tuhan Yesus ke surga—yang juga ditandai sebagai tanggal merah di kalender—maka sepuluh hari setelahnya dikenal sebagai hari Pentakosta. Meskipun jatuh di hari Minggu dan tidak diperingati sebagai libur nasional, tapi ini tidak berarti bahwa Pentakosta itu kurang penting. Seluruh hari-hari perayaan dalam kalender Kristen, mulai dari Natal, Jumat Agung, hingga Pentakosta tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Semuanya berkesinambungan dan menceritakan tentang karya keselamatan dari Tuhan kita.

Lantas apa makna dan signifikansi Pentakosta bagi kita, para jemaat Tuhan yang hidup di masa kini?

Sebelum zaman Perjanjian Baru, umat Allah di Perjanjian Lama juga telah mengenal hari Pentakosta yang merujuk pada hari raya Tujuh Minggu (Imamat 23:15; Ulangan 16:9) yang menandai berakhirnya panen gandum. Istilah Pentakosta sendiri diambil dari kata berbahasa Yunani, “Penta” yang secara literal berarti “50”.

Setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, Roh Kudus yang dijanjikan-Nya pun turun kepada para murid tepat pada hari ke-50 setelah Paskah. Inilah mengapa pada masa kini, kita umat Allah memiliki pemaknaan yang baru tentang Pentakosta. Bukan lagi tentang akhir panen, tetapi hari ketika Roh Kudus dicurahkan yang dimaknai pula sebagai hari lahirnya gereja.

Mari kita naik “mesin waktu” dan menjelajahi bagaimana peristiwa saat Pentakosta terjadi.

Kitab Kisah Para Rasul 2:1-13 menceritakan dengan detail tentang suasana dan kronologinya.

“Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya…” (ayat 1–4).

Perhatikan kata-kata yang dicetak tebal. Pertama, semua orang percaya berkumpul. Ada momen ketika Allah bersabda secara privat, seperti ketika Dia hadir kepada Musa atau Paulus. Namun, ada pula momen ketika Dia menggunakan kesempatan tatkala orang banyak berada di satu tempat. Peristiwa berkumpulnya para murid ini mengingatkan kita pada malam Perjamuan Terakhir. Bila di Perjamuan Terakhir para murid menyaksikan akhir dari pelayanan Kristus di dunia, pada Pentakosta mereka mengalami sendiri bagaimana Sosok yang dijanjikan itu datang. Inilah yang menjadi permulaan dari awal karya Roh Kudus setelah Kristus terangkat ke surga.

Kedua, turun dari langit, tiupan angin keras, tampak lidah-lidah seperti nyala api. Inilah yang digambarkan oleh penulis Kisah Para Rasul tentang sosok Roh Kudus yang turun. Elemen-elemen seperti angin dan api bukanlah simbol baru. Pada banyak peristiwa yang tercatat di Alkitab, Allah seringkali menggunakan angin untuk menunjukkan kehebatan kuasa-Nya (Keluaran 10:13; Mazmur 18:42; Yesaya 11:15). Sedangkan api menunjukkan kehadiran Allah yang kudus (Keluaran 3:2; Mazmur 97:3).

Ketiga, penuhlah oleh Roh dan berkata-kata dalam bahasa lain. Pada ayat enam tertulis: “… mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.”

Para murid seluruhnya adalah orang Galilea yang berbahasa Aram, sedangkan saat itu ada orang-orang yang datang dari berbagai penjuru Timur Tengah. Namun, apa yang disampaikan oleh para murid dapat dimengerti oleh mereka yang hadir, sebab Roh Kudus bekerja pada pihak pembicara maupun pendengar, sehingga sekat pemisah berupa perbedaan bahasa bisa dijembatani. Telinga mereka mendengar para rasul berbicara seperti menggunakan dialek dari bahasa ibu masing-masing. Buah dari peristiwa ini adalah hari itu 3000 orang pun bertobat!

Masih belum selesai!

Roh Kudus yang dicurahkan setelah Tuhan Yesus naik ke surga adalah Roh yang juga hadir di dalam kita hari ini.

Seperti pada Pentakosta dua ribu tahun lalu, Dia berkarya menyatukan umat dari berbagai bangsa untuk mengerti, menghidupi, dan mewartakan berita Injil, hari ini pun karya itu masih berlangsung dalam diri kita orang-orang percaya.

Lahirnya 3000 jiwa baru yang bertobat bukanlah karena kehebatan para rasul, melainkan karya Roh yang membuat para murid pun terkejut menyaksikan sendiri apa yang Allah kerjakan dalam diri mereka.

Bila kita tahu bahwa Roh Kudus ikut berperan aktif, maka tidak ada alasan bagi kita untuk undur dalam pekerjaan misi Allah. Tugas kita adalah mewartakan kabar keselamatan itu lewat kata dan perbuatan kita. Dan nanti, lihatlah bagaimana Roh Kudus bekerja menjadikan Injil itu hidup dan berbuah.

Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu

Bagikan Konten Ini
4 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *