Yesus Berdoa di Getsemani

Kamis, 28 Maret 2024

 

14:32 Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku berdoa.”

14:33 Dan Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta-Nya. Ia sangat takut dan gentar,

14:34 lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah.”

14:35 Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya.

14:36 Kata-Nya: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”

14:37 Setelah itu Ia datang kembali, dan mendapati ketiganya sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Simon, sedang tidurkah engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam?

14:38 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

14:39 Lalu Ia pergi lagi dan mengucapkan doa yang itu juga.

14:40 Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat dan mereka tidak tahu jawab apa yang harus mereka berikan kepada-Nya.

14:41 Kemudian Ia kembali untuk ketiga kalinya dan berkata kepada mereka: “Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Cukuplah. Saatnya sudah tiba, lihat, Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.

14:42 Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.”

 

Pada saat-saat terakhir-Nya di bumi, Yesus bergumul dengan kesedihan yang mendalam di taman Getsemani. Saat Dia menatap ke sisi barat dari taman itu, Dia akan melihat Bait Allah dengan segala keindahannya. Di sana, ribuan hewan dikurbankan setiap tahun, darahnya membasahi altar. Namun, darah binatang tidak memiliki kuasa nyata untuk menghapuskan dosa (Ibrani 10:3-4). Pandangan ini mengingatkan Yesus akan semua yang ada di depan mata-Nya. Yesus tahu darah-Nya akan segera ditumpahkan di atas kayu salib ketika Dia mengorbankan diri-Nya dengan sukarela untuk menebus dosa-dosa seluruh umat manusia. 

Dalam natur-Nya sebagai Allah sekaligus juga manusia, Yesus mengerti akan sulit, sakit, dan pilunya harga yang harus Dia bayar demi keselamatan manusia. “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya,” ucap Yesus. Gerrit Dawson, dalam tulisannya di DesiringGod, menarasikan dengan detail apa makna kesedihan yang baru saja disampaikan Yesus itu. Dia tahu bahwa Dia akan kehilangan tubuh jasmani-Nya pada kayu salib. Namun, yang pertama, Dia akan kehilangan apa yang jauh lebih berharga: perkenanan dari Bapa Surgawi. Sebelum ditangkap, Yesus telah membayangkan apa yang akan terjadi ketika Dia harus meminum cawan-Nya (Matius 26:39, 42). Itulah cawan murka Allah terhadap dosa dengan segala kekuatannya yang merusak dan memutarbalikkan (Yesaya 51:17). Ketika Yesus makin dekat dengan penderitaan dan kematian-Nya, Dia akan melihat Bapa bergerak mundur, menjauh dari-Nya. 

Yesus pun lantas meminta tiga murid-Nya, Petrus, Yakobus, dan Yohanes, untuk mendukung dia dalam doa (Markus 14:32-33). Namun, ketiga murid itu gagal berdiri di samping Yesus pada saat Dia membutuhkannya. Meskipun Yesus memohon kepada mereka tiga kali agar mereka tetap terjaga, mereka tetap saja tertidur. 

Pada jam-jam krusial menjelang kematian-Nya, para murid menunjukkan bahwa mereka tidak sepenuhnya memahami harga yang harus dibayar untuk mengikut Yesus. Sepanjang menjadi murid, mereka pernah berdebat tentang siapa yang paling besar dan layak untuk menerima status dan kekuasaan (Markus 9:33-34; 10:35-40). Sampai di titik ini, mereka masih belum mengerti apa artinya berbagi cawan penderitaan Yesus dan memikul salib untuk mengikut Dia, bahkan sampai kepada risiko untuk mati demi iman mereka. 

Demikian juga, Yesus telah memanggil kita untuk mengikut Dia, dan setiap kita memiliki cawan untuk kita minum. Mungkin beban yang kita pikul terasa terlalu berat. Kita mungkin juga tergoda untuk meninggalkan saja cawan itu. Namun, kiranya kita meraih kekuatan saat kita merenungkan kembali doa Yesus di taman Getsemani: “…tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa Engkau kehendaki” (Markus 14:36). 

Gerrti Dawson kembali menuliskan:Di Getsemani, Yesus telah membuat keputusan yang begitu sulit untuk meminum cawan murka yang sejatinya tidak layak untuk Dia terima. Sang Terang memberi diri-Nya untuk dipadamkan ke kegelapan terkelam. Dia berkenan masuk ke dalam lembah kematian dan kesendirian agar kita dapat melewatinya dengan aman, seperti kita melintasi tanah kering. Anak Domba Paskah kita yang tak berdosa telah memberikan diri-Nya untuk dikorbankan menjadi tebusan bagi kita sekalian. Di taman Getsemani, yang oleh dunia zaman itu dikenal sebagai tempat pemerasan buah Zaitun, Yesus masuk dan menerima sepenuhnya panggilan-Nya untuk mati bagi umat manusia. 

Kiranya kita dengan rela hati tunduk pada kehendak Tuhan dan tetap setia kepada-Nya.

REFLEKSI

1. Renungkan peristiwa, ketika Yesus begitu sedih berdoa di taman Getsemani. Adakah momen-momen dalam hidupmu, ketika bebanmu untuk mengikut Yesus terasa terlalu berat?

2. Bagaimana kamu mendapatkan kekuatan dari-Nya untuk terus bertekun?

3. Adakah “cawan” yang sulit, yang Tuhan perintahkan untuk kamu minum? Bagaimana kamu menanggapi-Nya? Apa yang memampukanmu untuk berdoa: “Jangan kehendakku, tapi jadilah kehendak-Mu”?

 

DOA

Bapa yang penuh kasih, kami mengingat Yesus, Tuhan kami, yang menderita dan berdoa dengan tulus di Taman Getsemani untuk menaati kehendak-Mu. Kuatkanlah lutut kami yang ringkih dan perdalamlah hasrat kami untuk menyenangkan-Mu, agar kami, gereja-Mu, senantiasa melakukan apa yang jadi kehendak-Mu.

Kiranya kami memancarkan terang-Mu dalam gelapnya dunia, sampai seluruh manusia datang mengenal Yesus, yang di dalam nama-Nya kami berdoa, amin.


Lihat Juga:


Beriman di Titik Nadir

Penderitaan adalah bagian dalam hidup, dan seringkali penderitaan itu menghujam kita sampai ke titik nadir.

 



Bagikan Konten Ini
0 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *