Dari Salib ke Kubur

Sabtu, 30 Maret 2024

 

15:25 Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan.

15:26 Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: “Raja orang Yahudi”.

15:27 Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya.

15:28 (Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: “Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.”)

15:29 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,

15:30 turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!”

15:31 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!

15:32 Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.” Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.

15:33 Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.

15:34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

15:35 Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.”

15:36 Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.”

15:37 Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.

15:38 Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.

15:39 Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”

15:42 Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat.

15:43 Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.

15:44 Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati.

15:45 Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf.

15:46 Yusufpun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.

15:47 Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus dibaringkan.

 

Penyaliban adalah praktik hukuman mati paling barbar yang diciptakan dan dilakukan oleh kekaisaran Romawi terhadap para budak dan orang-orang yang memberontak terhadap otoritas. Ribuan kriminal disalibkan dan inilah pemandangan yang lumrah bagi mereka yang hidup di abad pertama. 

Ketika Yesus mengundang para murid untuk memikul salib dan mengikut Dia, gambaran yang muncul di benak mereka pastilah mengerikan. Selain itu, orang-orang Yahudi juga akan tersinggung dengan salib. Menurut Ulangan 21:23, orang yang digantung di bawah pohon adalah orang yang dikutuk Allah. Selain itu, ketelanjangan pun dianggap sebagai hal yang menjijikkan. Dua hal buruk inilah yang ditimpakan pada Yesus, sehingga apa yang Dia lakukan tak hanya ngeri dan jijik, tetapi juga amatlah hina bagi orang-orang yang hidup pada masa itu. 

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika banyak orang mengejek Yesus ketika Dia sekarat di kayu salib. Orang-orang yang lalu-lalang, para pemimpin agama, dan para penyamun di sisi-Nya melontarkan komentar-komentar sarkas pada-Nya. “Hai Engkau yang mau meruntuhkan Bait Suci dan membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!” (ayat 29). Para pemimpin agama bahkan menyatakan bahwa mereka tidak memiliki raja selain Kaisar Romawi (Yohanes 19:15). Siapa yang mau percaya bahwa Dia yang terpaku di salib adalah Anak Tunggal Allah, tapi begitu tidak berdaya dan lemah, sekarat demi menebus dosa-dosa manusia? 

Namun, ada orang yang melihat salib itu dengan berbeda. Dia bukan orang Yahudi yang satu golongan dengan Yesus, melainkan seorang perwira kafir. Ketika Yesus menghembuskan nafasnya yang terakhir, berkatalah dia, “Sungguh, orang ini Anak Allah!” (ayat 38). 

Setelah Yesus mati di kayu salib, dua murid menghadap Pilatus, memohon izin untuk menguburkan-Nya. Injil Markus menyebut salah satu murid itu adalah Yusuf dari Arimatea. Yusuf menjadi murid secara sembunyi-sembunyi karena dia takut akan orang Yahudi. Inilah yang menyebabkan dia tidak membela Yesus secara terang-terangan, setidaknya sampai Yesus diadili. Dia adalah suara minoritas yang menolak penyaliban (Lukas 23:51). Meskipun dia gagal mempengaruhi para pemimpin agama untuk membebaskan Yesus, Yusuf ingin memastikan agar Yesus menerima pemakaman yang layak sebelum Sabat. Yusuf tidak ingin jenazah Yesus dibiarkan begitu saja di atas salib, atau dikuburkan bersama para penyamun untuk kemudian menjadi santapan anjing. Dengan melangkah maju untuk meminta tubuh Yesus, Yusuf menyatakan secara terbuka bahwa dia adalah pengikut Yesus yang setia. Yusuf mempertaruhkan posisinya sebagai orang terpandang, anggota Mahkamah Agama (Markus 15:43). 

Murid Yesus lainnya yang datang bersama Yusuf adalah Nikodemus (Yohanes 19:39). Dia juga mengikut Yesus dengan sembunyi-sembunyi. Inilah alasannya mengapa dia sebelumnya mengunjungi Yesus pada malam hari (ayat 39; Yohanes 3:1-21). Nikodemus membawa kira-kira 30 kg campuran minyak mur dan gaharu, rempah-rempah yang mahal untuk meminyaki tubuh Tuhan Yesus. Penggunaan rempah dengan jumlah besar umumnya dikhususkan bagi keluarga kerajaan atau orang yang dihormati masyarakat. Dengan kata lain, Nikodemus percaya bahwa Yesus adalah Raja dan Dia layak mendapatkan pelayanan penguburan yang luar biasa. 

Ketika situasi mengharuskan mereka untuk tampil, Yusuf dan Nikodemus menaatinya. Mereka tidak lagi sembunyi-sembunyi sebagai murid. Mereka dengan rela hati mengambil risiko dikucilkan oleh para pemimpin agama dan komunitas mereka. Sayangnya, para murid lain yang telah mengikuti-Nya selama bertahun-tahun justru tidak terlihat (Markus 14:50). Sungguh berkontradiksi! 

Kiranya kita menjadi seperti Yusuf dan Nikodemus, yang bersedia menjadi saksi Kristus yang setia.

REFLEKSI

1. Kematian Tuhan Yesus di salib membebaskan kita dari utang dan perbudakan dosa. Apa arti kematian Tuhan Yesus buatmu?

2. Apakah kita bersikap seperti murid-murid Tuhan Yesus, yang sembunyi-sembunyi karena takut akan konsekuensi dari menyatakan iman kita? Apa yang menghalangi kita untuk menyatakan kesetiaan kita akan Yesus kepada keluarga, saudara, teman, dan tetangga kita?

 

DOA

Bapa yang Mahakuasa, ampuni kami, ketika kami bertindak seperti murid-murid-Mu yang sembunyi-sembunyi. Berikan kami kekuatan untuk menjadi saksi Injil yang setia melalui perkataan dan perbuatan kami, agar kami selalu memuliakan Engkau. Dalam nama Yesus, Tuhan kami, amin.



Lihat Juga:




Bagikan Konten Ini
1 reply

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *