Sabar Menunggu Pasangan Hidupmu

Oleh Jessie

Hayooo… Kamu klik artikel ini pasti karena kamu masih single ya? Hahaha, bercanda.

Apa pun status relasimu saat ini, tulisanku ini bukan hendak membandingkan antara yang single atau taken, ataupun berbagi tips and trick mencari jodoh. Jika kamu klik artikel ini karena masih menunggu calon pasangan yang batang hidungnya pun belum kelihatan, maka kamu berada di renungan yang tepat.

Aku menulis dalam statusku sebagai seorang lajang. Sejauh apa level ke-single-an-ku? Hmmm… Kalau malam Minggu aku sering pergi sendirian, atau mungkin nonton bioskop dengan orang tuaku. Kadang pula aku pergi ke mal, tapi menemani temanku yang sudah berpasangan hingga aku jadi seperti obat nyamuk saja. Di usiaku yang sudah seperempat abad, aku tidak menampik kalau aku pun ingin punya pacar. Oleh karenanya, aku mengerti keresahan dan menderitanya setiap kali ditanyai kapan punya pacar dan menikah. Karena posisiku yang juga masih dalam tahap mencari dan menunggu, maka ada beberapa hal yang aku selalu ingatkan buat diriku sendiri yang juga aku ingin bagikan kepada kita semua yang ada dalam masa penantian ini.

Siapa pengemudi kapal cintamu?

Kita pasti tahu kalau jawaban yang seharusnya adalah Tuhan. Tapi, memberi kendali atas kehidupan percintaan kita pada-Nya tidaklah selalu mudah. Contoh: bagaimana kalau pria atau wanita yang kita sungguh-sungguh tertarik akan paras dan keasyikannya ternyata bukan pilihan yang berkenan buat Tuhan? Atau lebih jauh lagi, bagaimana jika ternyata lebih baik bagiku untuk tidak menikah?

Pertanyaan kedua memang cukup menakutkan bagi kebanyakan orang, termasuk aku. Namun, harus diketahui bahwa menikah atau tidak, keduanya merupakan panggilan, yang dipercayakan dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Sebagai orang Kristen yang telah menyerahkan dirinya untuk Tuhan, kita seharusnya melepaskan setir kemudi kita kepada pengemudi yang lebih handal. Atau, setidaknya kita berusaha untuk melepaskannya. Percayalah bahwa Pencipta kita tahu apa yang terbaik untuk kita, sehingga kalau memang belum bertemu pasangan yang sesuai, sepadan, jangan dipaksakan. Tetap percayakan roda setir hidup kita pada Tuhan dalam segala aspek apa pun itu, termasuk kisah cinta kita. Menyerahkan hidup pada Tuhan itu bukan persoalan kita senang atau tidak, namun itulah fondasi dari segala aspek kehidupan kita. Biarlah Tuhan yang memegang kendali dan menuliskan kisah cinta kita, oleh sebab itu berikanlah pulpen itu kepada-Nya.

Leslie Ludy dalam bukunya yang berjudul “When God Writes Your Love Story”, memberikan perspektif unik setelah kita bertekad menjadikan Tuhan sebagai pengarang dari kisah cinta kita. Pertanyaan yang membantu kita adalah, jadi apa tugas kita jika Tuhan sudah mengambil alih roda kemudi kehidupan kita? Jawabannya semudah mengenal Pengemudi kita secara pribadi. Mungkin banyak di antara kita mengaku sering berdoa, membaca Alkitab, dan ke gereja setiap Minggu; akan tetapi pertanyaan terpentingnya adalah, apakah kita mengenal Tuhan kita? Karena realitanya, kebanyakan dari kita hanya memberikan beberapa menit di sana dan beberapa menit di sini untuk melakukan hal-hal yang kelihatannya rohani, namun sebenarnya tidak menambah kearifan kita dalam mengetahui kehendak Tuhan atas kehidupan kita, termasuk aspek kehidupan percintaan kita. Seek and know Him intentionally. Mau mengenal Tuhan lebih dalam lagi ya memang harus disengaja, bukan tanpa usaha.

Banyak cara mencari dan mengenal Tuhan, karena Tuhan kita tidak seperti kandidat-kandidat calon pasangan kita yang suka jual mahal dan sering tarik lalu mengulur. Tuhan kita selalu membuka diri-Nya bagi mereka yang sungguh-sungguh mencari-Nya. Menulis jurnal mengenai perasaan kita dan apa yang Tuhan ajarkan dalam saat teduh harian kita adalah salah satu metode yang sangat membantu kita dalam mengenali diri kita dan apa yang Tuhan mau. Adapun cara lainnya yaitu membaca buku rohani, dan banyak hal lainnya yang kalian bisa eksplor saat melakukannya. Kunci utamanya niat.

Leslie Ludy juga melanjutkan bahwa perubahan dalam relasi kita dengan Kristus adalah kunci dari segalanya dikarenakan dua hal:

Yang pertama, kita belajar untuk bersandar pada relasi pribadi kita dengan Kristus sebagai sumber utama pengharapan, kebahagian, jaminan hidup kita. Poin ini penting banget dicatat baik-baik, khususnya untuk generasi kita sekarang ini. Kenapa? Karena begitu banyak anak muda menjadikan status hubungan romantis sebagai identitas utama mereka. Mungkin ada yang tidak bisa banget sendirian, sampai harus terus-menerus dalam keadaan atau mode mencari pasangan; atau saat putus, ada yang lalu kehilangan arah dan tujuan hidup; bahkan, banyak yang menganggap status hubungan romantisnya sebagai kewajiban yang membuat mereka lebih secure dalam berkomunitas. Leslie mengingatkan, jika kita terus memiliki ekspektasi bahwa calon pasangan kitalah yang akan memberikan kita kebahagian dan kepuasan kita, maka kita akan selalu kecewa. Se-ideal-ideal nya calon pasangan kita, mereka tetap manusia, lebih spesifik lagi, manusia yang berdosa; dan semua manusia pasti akan mengecewakan.

In case kita belum sadar, hubungan yang didasarkan pada emosi manusia saja cenderung tidak stabil dan tidak akan bertahan lama. Satu hari kita bisa bucin kebangetan, lain hari lagi kita mengabaikan perasaan tersebut karena mulai bosan; atau kalau lagi berantem, si cowo dan si cewe bisa ribut seolah mereka tidak pernah jatuh cinta. Belum lagi, saat kita memilih pasangan kita dikarenakan parasnya, lalu suatu hari parasnya sudah tidak seindah di hari pertama kita berjumpa mereka. Jadi, wajar saja kalau terjadi banyak perceraian dan ketidakharmonisan antara pasangan; karena mereka hanya mengandalkan emosi manusia yang sifatnya labil dan tidak menentu.

Poin yang kedua adalah, relasi pribadi kita dengan Kristus seharusnya akan menuntun kita untuk menjadikan Dia sebagai fokus utama saat kita berpacaran hingga menikah nantinya. Saat relasi kita dengan Kristus sudah benar, barulah kita mulai bertanya pasangan yang seperti apa yang harus kita cari? CS Lewis pernah mengatakan, A woman’s heart should be so hidden in God that a man should seek Him in order to find her.” Hati kita harus tenggelam dalam Tuhan sampai-sampai calon pasangan kita harus sungguh-sungguh mencari Tuhan untuk mendapatkan kita. Jadi jawabannya se-simple, carilah pasangan yang juga memiliki relasi pribadi yang baik dengan Kristus. Kalau sampai akhirnya kita dan calon pasangan kita bisa bersama, itu dikarenakan kita memiliki kesamaan dalam mengasihi Kristus.

Di titik dan level itulah baru kita dan calon pasangan kita bisa se-visi-misi, tahu harus mengandalkan dan menjadikan Tuhan sebagai pusat hidupnya. Sehingga sebahagia dan sesulit apa pun tantangannya, mereka berpegang pada Tuhan dan ajaran kebenaran-Nya yang tidak akan pernah gagal ataupun mengecewakan endingnya. Aku percaya kalau kita dan dan pasangan kita mengutamakan Tuhan, Tuhan akan selalu menuntun dan memberkati kita.

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
6 replies
  1. Ferdy Judika Panggabean
    Ferdy Judika Panggabean says:

    Amin. Benar sekali dan setuju, sebelum kita mencari pasangan hidup, kita semestinya mengenal pribadi Pencipta kita terlebih dahulu. Terima kasih buat penulis yang sudah membagikan sharing hari ini. Kiranya kita dapat memperoleh pasangan hidup yang sevisi misi mau melayani Tuhan bersama-sama. GBU

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *