Memperbaiki Selera Rohani

Oleh Ernest Martono, Jakarta

Kita adalah apa yang kita konsumsi. Selain disiplin berolahraga, tubuh yang ideal dibentuk dari asupan makanan yang bernutrisi. Mengonsumsi junk food dalam jumlah berlebih akan menggagalkan niat tersebut. Dalam banyak kasus malah akan membuat kita terserang penyakit. Terbiasa memakan junk food juga akan merusak selera makan kita. Lidah kita jadi hanya ingin mengecap apa yang biasa dikecapnya. Ketika kita berusaha mengonsumsi makanan bernutrisi, yang cenderung hambar, lidah kita akan merasa asing dan menolak makanan tersebut. Jika tidak dipaksakan akibatnya kita tidak akan pernah mau mengkonsumsi makanan bergizi.

Membaca firman Tuhan juga seperti itu. Alkitab banyak sekali menampilkan firman Tuhan sebagai santapan. Bukan sekadar santapan, melainkan santapan yang nikmat.

Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, – Yeremia 15:16a

“Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” – Matius 4:4

Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku. – Mazmur 109:103

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. – Yohanes 6:63

Jika memang firman Tuhan senikmat itu lantas mengapa kita kesulitan untuk menikmatinya?

Tidak mengatur selera makan

Menikmati firman Tuhan merupakan bentuk self-love terhadap diri kita. Santo Agustinus mengatakan kalau di dalam hati manusia terdapat sebuah lobang kosong yang tidak dapat diisi oleh ciptaan apa pun. Lobang itu hanya dapat diisi oleh Tuhan, Pencipta yang dikenal dalam pribadi Yesus. Sebenarnya jiwa kita membutuhkan relasi dengan Tuhan agar mencapai kondisinya yang prima. Masalahnya dosa membuat kita mengabaikan kebutuhan ini. Kita berjuang mengisinya dengan keinginan-keinginan hati kita yang telah dikuasai dosa. Apa yang muncul dalam hati kita, itulah yang kita kejar. Seperti junkfood bagi lidah, begitu juga worldview dari dunia ini bagi jiwa kita. Membuat kita terbiasa dengan pengejaran yang semu. Kita menipu diri sendiri dengan berpikir semua itu cukup. Akhirnya kita sudah merasa cukup kenyang dan sehat tanpa relasi pribadi dengan Tuhan. Padahal sebenarnya jiwa kita justru semakin merana. Kita tahu manusia terdiri dari tubuh dan roh. Seandainya ada cermin yang bisa menampilkan tubuh rohani kita, mungkin kita akan ngeri melihatnya. Apalagi jika gambarannya seperti orang kelaparan yang hanya ada kulit membalut tulang.

Sebenarnya selera makan kita bisa diatur ulang. Ketika kita tahu minum obat adalah cara menolong kita sembuh, maka sekalipun obat itu pahit kita akan berusaha menelannya. Firman Tuhan memang nikmat, tapi mungkin pertemuan pertama dengan firman akan terasa pahit, atau bisa juga hambar. Namun, kita perlu mendisiplinkan diri untuk memakannya karena kita tau itu yang terbaik bagi jiwa kita.

Mengharapkan hasil instan

Protein diyakini dapat mempercepat pertumbuhan sel kita. Mereka yang ingin mengembangkan otot tentu akan memakan banyak protein. Mereka tahu makan protein dalam waktu sebulan sekali tidak akan menolong pembentukan otot. Mereka perlu sabar dan rutin mengonsumsi protein agar mendapatkan dampaknya. Begitu juga firman Tuhan. Tidak bisa kita konsumsi hanya sekali-sekali saja dan mengharapkan kedewasaan muncul karena hal itu. Kegiatan membaca firman Tuhan bukanlah sebuah bentuk transaksi yang ketika kita lakukan akan segera dampaknya terlihat. Membaca dan merenungkan firman Tuhan itu adalah investasi. Perlu rutinitas untuk menikmati dampaknya. Terkadang kita baru menyadari dampaknya setelah rutin melakukannya dalam kurun waktu tertentu. Ada waktu-waktu yang Tuhan akan sadarkan kalau kekuatan kita berasal dari firman-Nya. Mungkin kita akan berkomentar, “Iya, yah, setahun lalu aku bisa sesabar itu karena firman Tuhan mengingatkanku” atau “Setahun lalu aku lebih banyak memberi karena firman Tuhan mengubah caraku memandang kepemilikan.”

Jadi tentu firman Tuhan tidak akan memulihkan masalah jiwa kita dalam sekejap. Namun, pelan-pelan firman Tuhan akan membasuh hati kita. Meregenerasi sel-sel hati kita yang telah lama mengalami kerusakan.

Tidak tahu cara menikmatinya

Memang tidak semua bagian dari firman Tuhan mudah kita mengerti. Namun, itu bukan alasan untuk kita berhenti. Ada banyak cara yang dapat menolong kita. Kita bisa bertanya kepada orang yang telah belajar banyak untuk menafsirnya. Kita bisa juga membeli buku yang dapat menolong kita menafsir dengan baik seperti commentary. Namun, cara yang paling ampuh adalah dengan bertanya langsung kepada Tuhan. Ada sebuah kutipan yang mengatakan, firman Tuhan itu seperti sebuah kolam yang dalam, seorang profesor pun akan kesulitan untuk mengerti dan mendalaminya. Namun, firman Tuhan juga seperti sebuah kolam cetek, bahkan seorang bayi pun berenang tidak akan tenggelam. Tuhan tidak pernah menyembunyikan maksud-maksud-Nya kepada mereka yang serius mencari-Nya. Dia akan menunjukkannya jika kita berani bergantung pada pengertian-Nya, bukan bergantung pada pengertian sendiri.

Terkadang kita mengalami kebosanan dalam menikmati firman Tuhan. Jika itu yang terjadi maka kita perlu mengganti metode menikmati firman Tuhan. Ada banyak metode yang tersedia selain dari saat teduh. Kita bisa melakukan Lectio Divina, meditasi firman Tuhan, menghafal ayat, ataupun penggalian Alkitab. Itu semua adalah bentuk usaha kita berelasi dengan Tuhan.

Pada akhirnya manusia butuh anugerah dari Tuhan untuk menikmati firman. Dosa telah merusak selera rohani kita. Anugerah Tuhan mampu memulihkannya secara misterius. Namun, kita tidak bisa diam saja menunggu pemulihan itu terjadi. Kita perlu aktif bekerjasama dengan Tuhan untuk memulihkan selera rohani kita. Kita perlu mendisiplinkan diri sisanya Tuhan yang bekerja.

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
6 replies
  1. Tiur Simamora
    Tiur Simamora says:

    Terimakasih Ernest dan ODB. Renungan yang mencerahkan. Teruslah melayani dan jadi berkat. Imanuel🙏😇🙏

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *