Selalu Indah Pada Waktu-Nya

Oleh Claudia Tanubrata, Bandung

Menjelang akhir tahun 2023, aku kembali memasuki ruang rawat inap untuk operasi lateral meniscus tear, lateral collateral ligament injury, chondromallacia, knee joint synovial fliud, dan minor osteoporosis. Mungkin istilah-istilah medis ini terasa asing buatmu, tapi inilah kenyataan yang harus kuhadapi di awal usia 30-an karena kecelakaan dan faktor-faktor lainnya yang juga berkaitan dengan kecelakaan itu.

Aku masuk gedung khusus rawat inap yang diperuntukkan bagi pasien-pasien pra dan pasca bedah. Di gedung itu pula terdapat ruang HND (High Nursing Dependency), yaitu ruangan peralihan dari ICU sebelum memasuki kamar biasa), stroke unit, ruang isolasi, dan ruang lain sejenis.

Dari masuk sampai menjelang operasi, aku menjumpai beragam pasien dari berbagai latar belakang, usia (dari bayi hingga lanjut usia), suku, agama, ras, pendidikan, dan penyakitnya. Sambil mempersiapkan banyak syarat medis yang harus dipenuhi dari dokter penyakit dalam yang mengontrolku selama sekian tahun belakangan, aku melihat satu hal menarik yaitu tentang waktu yang sangat berarti bagi pasien dan para medis, bahkan satu detik pun! Sedikit bisa jadi momen penentu bagi pasien yang mendadak kritis dan harus segera ditangani atau pasien pasca bedah. Terlambat sedikit saja bisa mengakibatkan nyawa melayang.

Keesokan harinya, aku memasuki ruang operasi ortopedi seperti yang telah dijadwalkan. Operasi berlangsung selama empat jam lamanya sebelum akhirnya aku dibawa ke ruang pemulihan lalu dibawa ke ruang HND karena aku mengalami masa kritis. Tekanan darah dan saturasiku menurun drastis.

Di ruang HND itulah aku berada pada suatu kondisi untuk merenung seutuhnya. Ruangan itu berisi lima pasien dengan lima perawat yang mengontrolnya secara intensif. Dalam waktu sebentar saja, empat pasien yang bersama denganku mendadak kritis dan meninggal dalam waktu yang berdekatan. Pasien pertama meninggal karena penyakit jantung. Meskipun pasca operasi keadaannya sudah stabil, namun Sang Khalik berkata lain. Bapak tersebut meninggalkan seorang istri dan dua anaknya yang masih SD. Pasien kedua berusia 19 tahun dengan diagnosa utama lupus SLE, TB paru, dan jantung. Saat dia meninggal, sang ayah menangis cukup kencang sambil berkata, “Dokter! Tolonglah anak saya agar hidup lagi… Saya akan membayar berapapun supaya anak saya kembali hidup!” Namun, kenyataan berkata lain. Pasien ketiga seorang pria yang sudah berumur. Bapak tersebut terkena stroke dan baru turun kamar dari ICU, namun keadaan seketika berubah. Serangan stroke kedua terjadi berselang beberapa hari. Pasien keempat yang meninggal adalah seorang anak usia tiga tahun yang terdiagnosa TB paru dan pneumothorax. Anak tersebut kritis karena kekurangan oksigen dan tidak dapat tertolong.

All Things in His Hand

Larut malam, aku teringat satu ayat begitu kuat dalam pikiranku. Ayat itu berkata:

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. (Pengkhotbah 3:11 TB).

Aku sendiri sebagai pasien yang satu ruangan tidak dapat memahami secara persis apa yang Tuhan lakukan apalagi bagi pasien yang berpulang maupun keluarga yang ditinggalkan. Dari sudut pandang manusia, waktu Tuhan sering kali tidak tampak sempurna, dan sulit untuk memahami bagaimana peristiwa-peristiwa buruk terjadi bisa dibuat “indah”.

Raja Salomo dalam kitab Pengkhotbah berkata, “Dia [Tuhan] menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.” (Pengkhotbah 3:11). Apa artinya ini, khususnya sehubungan dengan waktu Tuhan yang tepat?

1. “Dia telah membuat segalanya…”

Yohanes 1:3 mengatakan, “Melalui dia segala sesuatu dijadikan; tanpa dia tidak ada sesuatu pun yang telah jadi.” Allah telah menciptakan segala sesuatu dan ada di dalam segala sesuatu (Kolose 3:11). Dia berada di balik apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi.

2. “…indah pada waktunya.”

Terjemahan yang lebih akurat dari kata yang diterjemahkan di sini sebagai “indah” adalah “pantas.” Segala sesuatu yang terjadi, terjadi pada saat yang seharusnya terjadi sesuai rencana Tuhan. Hal ini tidak serta merta membantu untuk memahami alasannya, namun hal ini memungkinkan kita untuk memercayai Dia dan menemukan tujuan utama kita dalam hal tersebut.

3. “Dia juga telah memberikan keabadian dalam hati manusia.”

Manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, dibangun dengan perasaan batin akan kekekalan. Kita tahu bahwa tidak ada sesuatu pun yang final, bahwa segala sesuatu yang terjadi penting dalam arti kosmis. Hewan tidak berpikir seperti ini.

4. “Namun tak seorang pun dapat memahami apa yang telah Tuhan lakukan dari awal hingga akhir.”

Mengetahui bahwa Tuhan memegang kendali, bahwa segala sesuatu terjadi pada waktunya, dan bahwa kita diciptakan untuk kekekalan, tindakan kita memiliki makna kekal, tidak mengubah fakta bahwa kita tidak selalu memahami apa yang sebenarnya Tuhan lakukan dan mengapa. Kadang-kadang Dia menyatakan diri-Nya, namun seringkali Dia puas meninggalkan kita dengan fakta ini: Dia melakukan segala sesuatu demi kemuliaan-Nya dan demi kebaikan kita (Yesaya 48:9; Roma 8:28).

“Waktu Tuhan yang tepat” adalah salah satu aspek kedaulatan ilahi. Dalam waktu Tuhan yang tepat, Dia bertindak pada saat yang optimal untuk mencapai apa yang ingin Dia capai dalam kerajaan-Nya. Dalam kemahatahuan-Nya, Tuhan melihat segala sesuatu yang terjadi di dunia pada saat tertentu—yang mencakup triliunan detail yang hanya dapat dipahami sepenuhnya oleh Roh Tuhan.

Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
6 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *