Banyak Dosa, Tapi Berkenan di Hati Tuhan?

Oleh Jessie, Jakarta

Pernahkah kita berpikir untuk meneladani satu tokoh Alkitab yang kita kagumi?

Dua tahun belakangan ini, aku lagi nge-fans berat sama Pak Daud—seorang prajurit muda yang dideskripsikan berwajah tampan, gagah, dan pandai berbicara (1 Samuel 16:18). Kisah perjalanan hidupnya boleh dikatakan seperti sebuah novel. Aku yang baca sampai ikutan tegang, sedih, senang, dan tercengang-cengang, pokoknya ceritanya bikin yang baca seru sendiri deh. Bagaimana tidak? Kisah Daud diawali dengan statusnya sebagai gembala domba, terjun ke dunia politik, dan menjadi seorang prajurit berpangkat tinggi; lalu dia dikejar-kejar karena ingin dibunuh rajanya, sampai akhirnya dia sendirilah yang bertakhta menjadi seorang raja, dan tentu kita semua tidak lupa akan dosa besar yang dia lakukan untuk mendapatkan Bathsheba. Aku terharu dengan perjalanan hidupnya yang romantis bersama Tuhan, bahkan sampai saat dalam kekelamannya dan kejatuhannya. Sungguh-sungguh seorang abdi Allah yang berkenan di hati Tuhan.

Daud, seorang pria yang berkenan di hati Tuhan (1 Samuel 13:13-14)

Saat Tuhan memilih Daud sebagai raja untuk bangsa Israel, Tuhan mencari sosok yang berkenan di hati-Nya, seseorang yang hidupnya selalu ada dalam penyertaan Tuhan. Saat Tuhan memilih Daud, Tuhan tidak mengatakan bahwa Dia mencari yang sempurna ataupun pintar, melainkan seorang pemimpin yang memiliki hati yang seirama dengan apa mau-Nya (1 Samuel 16:17). Apa yang menjadi kepentingan Tuhan juga menjadi kepentingan Daud; saat Tuhan katakan “pergi,” maka Daud pun rela pergi. Jika Tuhan berkata “jangan,” maka Daud akan berhenti. Tidak ada keterpaksaan karena memang hati Daud terus mencari dan mengejar hati Tuhan. Di balik komitmen dan keseiramaan hati Daud, di sini kita juga belajar keindahan dari seorang yang hidupnya berkenan di hadapan Tuhan, yaitu kehadiran penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Aku rasa hal ini merupakan poin utama yang Tuhan inginkan dari semua pengikut-pengikut-Nya, yakni hati yang sepenuhnya mengejar Tuhan agar segala keputusan hidupnya ada dalam penyertaan dan pimpinan Tuhan. Bisa aku simpulkan bahwa “hidup yang berkenan” menjadi tema Daud semasa hidupnya.

Daud memiliki hati seorang pelayan (Mazmur 78:70; 89:20)

Selain hati yang berkenan di hadapan-Nya, Tuhan melihat hati seorang pelayan dalam diri Daud. Apa sih yang menjadi karakter utama seorang pelayan? Kerendahan hati. Kita sering melupakan betapa pentingnya kerendahan hati dalam menjalankan misi sebagai pelayan Tuhan. Padahal, kerendahan hati itu menjadi salah satu fondasi utama dari pertobatan orang percaya. Kerendahan hatilah yang membawa kita pada kesadaran akan keberdosaan kita dan pengertian akan ketergantungan kita pada Tuhan. Seorang pelayan tidak akan memberontak, dia tunduk karena tahu siapa yang memegang pimpinan. Tugas seorang pelayan adalah mengerjakan pekerjaannya dengan setia.

Doa Daud saat Tuhan menjanjikan kepadanya segala berkat merupakan respons dari seseorang yang sungguh-sungguh merupakan abdi Tuhan (2 Samuel 7). Dia mengucapkan permohonannya dengan penuh kesadaran akan statusnya sebagai seorang abdi atau pelayan Tuhan. Semua yang dimilikinya, dia anggap sebagai anugerah pemberian Tuhan semata.

Ketaatan dan Iman Daud

Keunikan konsep ketaatan dalam kekristenan ialah hadirnya sebuah iman. Ketaatan kepada Tuhan seringkali tidak disertai dengan informasi yang lengkap ataupun janji akan kemulusan cerita hidup pengikut-Nya. Justru sebaliknya, terkadang ketaatan itu malah membawa kita kepada penderitaan dan ketidaknyamanan, sehingga di situlah letak keunikannya. Apakah kita percaya akan jalan-Nya yang tidak pernah salah dan mau mengikuti-Nya? Jika kita membaca kisah Daud, banyak kasus di mana pimpinan Tuhan mungkin terasa sangat absurd bagi Daud, tetapi Daud tetap mengikuti perintah-Nya dengan keyakinan penuh akan pimpinan Tuhan dalam hidupnya.

Puncak kesengsaraan Daud dia alami saat Saul mengejar-ngejar untuk membunuhnya. Di masa pelarian ini, Daud melarikan diri ke negara orang sampai harus bertingkah seperti orang gila agar dapat lolos dari prajurit Filistin yang ingin membunuhnya. Apakah di saat itu Daud mengerti maksud Tuhan dan tahu kemana arah hidupnya? Aku rasa tidak, karena dari pujian dan doa yang dicatat kitab Mazmur, Daud menyatakan kegelisahannya, kesedihannya, bahkan ketakutannya yang luar biasa. Namun, di setiap frasa kekhawatirannya, dia selalu menutup doanya dengan pujian kepada Tuhan, menyatakan imannya yang kokoh dan pengharapannya akan kasih setia Tuhan yang senantiasa. Iman Daud akan pimpinan Tuhanlah yang terus menyandang ketaatan Daud dalam hidupnya. Dua kali Daud diperhadapkan dengan kesempatan untuk membunuh Saul, tapi tidak dia lakukan, meskipun seluruh pengikut Daud menyuruhnya. Kembali lagi, hal ini disebabkan karena Daud tahu dia hanyalah seorang pelayan, dan membunuh Saul bukanlah bagian dan tugasnya.

Mungkin ada orang-orang yang mengecam ketaatan Daud dengan dosa zinanya. Sebagai fans-nya yang cukup memperhatikan jalan hidupnya, aku harus mengakui memang apa yang dilakukannya itu hal yang berdosa; namun, bukankah begitu juga semua umat manusia di muka bumi? Tidak ada satu manusiapun yang luput dari dosa. Akan tetapi, menariknya, pengakuan Daud akan dosanya bukanlah terhadap Uria, tetapi terhadap Tuhan. “Aku sudah berdosa kepada Tuhan,” kata Daud (2 Samuel 12:13).

Daud sangat amat mengerti bahwa segala dosa pertanggungjawabannya itu adalah kepada Tuhan, bukan kepada manusia lainnya; karena Uria hanyalah tumbal dari dosa yang dilakukannya terhadap Tuhan. Seorang yang berkenan kepada Tuhan menjadikan relasinya bersama Tuhan sebagai fondasi dari segala aspek kehidupannya, sehingga sampai di titik keberdosaannya pun, dia selesaikan bersama Tuhan. Ceritanya pun berlanjut dengan teguran dari nabi Natan, Daud mengakui seluruh dosanya di hadapan Tuhan dan meratapinya dengan hati yang hancur. Sekali lagi, karena kerendahan hatinya dan statusnya sebagai seorang pelayan Tuhan, Daud dapat disadarkan dan dibukakan mata hatinya, sehingga dia berbalik pada Tuhan; dan Tuhan pun mengampuninya.

Hidup berkenan di hadapan Tuhan dengan jiwa seorang pelayan serta iman yang penuh memang bukan urusan satu hari, atau bahkan satu tahun, tapi perjalanan seumur hidup. Apalagi kalau tahu, sebenarnya kita semakin berumur malah semakin keras kepala, bukannya semakin nurut. Ya ga sih? Atau aku aja yang merasakan hal ini? Hahaha! Ya mudah-mudahan kalian tidak sepertiku. Terus terang, tidaklah gampang memang mengikuti perintah Tuhan, karena terlalu banyak kepentingan pribadi yang seringkali bertentangan dengan kemauan Tuhan.

Sampai di sini saja cerita dariku tentang Daud.

Semoga mengawali tahun 2024 kita semua dengan kisah yang menginspirasi.

Satu catatan dariku, tetap semangat dan terus bergumul, guys!

Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
3 replies
  1. Putri
    Putri says:

    Terimakasih sharingnya. Aku benar-benar membaca kata perkatanya dg baik. Semoga aku bisa mengimaninya dg baik seumur hidupku. Tuhan Yesus memberkati🙏🏽😇

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *