Yang Seharusnya Terlupakan, Tapi Teringat Sepanjang Masa

Oleh Astrid Winda Sondakh, Sulawesi Utara

Ada satu riset yang mengatakan bahwa hanya tokoh-tokoh terkenal dan berpengaruh yang cerita hidupnya akan selalu terkenang lebih dari satu abad. Jika kamu cuma orang biasa, umumnya setelah tiga generasi berlalu kisah hidupmu akan lenyap dan tak lagi diketahui orang.

Tapi, ada kisah seorang miskin yang tidak punya pengaruh apa pun pada masyarakat di zamannya. Bahkan jika dia masuk ke rumah ibadah pun, orang-orang tak menghiraukannya. Tapi, kisahnya lestari, terkenang dan terus dituturkan sebagai teladan iman akan pemberian yang berkenan pada Allah sampai kepada hari ini.

Kisah orang miskin ini tercatat karena pada suatu kali Yesus sedang duduk menghadap peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Setelah orang-orang kaya memasukkan kepingan uang dalam jumlah besar, datanglah seorang janda miskin yang hanya memasukkan dua uang tembaga, uang receh terkecil. Si janda miskin ini sungguh menarik perhatian Yesus, sampai-sampai Dia memanggil para murid untuk mengapresiasi pemberian receh itu. “… Janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab, mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya semua yang milikinya, yaitu seluruh nafkahnya.” (Markus 12:41-44).

***

Hatiku tergugah membaca kembali cerita janda miskin ini, dan mengingatkanku jika cerita ini dibandingkan dengan masa sekarang, siapakah yang mau memberi di tengah kondisi kekurangan? Dalam konteks kehidupan kita sehari-hari, umumnya memberi dilakukan pada saat kita berkelebihan atau cukup. Semisal, saat kita punya makanan lebih, maka kita membagikannya pada tetangga. Jika kita sendiri kurang, bukankah sulit untuk memberi?

Aku pernah mengalami momen seperti itu. Secara materi, waktu itu uangku tinggal sedikit sehingga untuk memberi rasanya begitu berat karena sesungguhnya uangku itu harus kugunakan untuk keperluan besok hari. Alhasil aku pun tidak jadi memberi karena khawatir.

Kembali pada kisah tentang janda miskin yang memberi dua keping uang tembaga, pada masa itu hidup seorang janda sangatlah susah karena faktor budaya. Ketika seorang perempuan menikah, maka dia akan menjadi milik suaminya, termasuk juga seluruh hartanya. Jika suaminya meninggal, maka posisi perempuan menjadi rentan karena sosok yang seharusnya melindunginya telah tiada. Tidak banyak lapangan kerja tersedia bagi seorang janda di masa itu, sehingga mendapatkan penghasilan layak sangatlah sulit. Dua peser yang dimiliki janda itu sama dengan 1/128 dinar, sedangkan upah buruh satu hari adalah 1 dinar. Artinya, apa yang dimiliki sang janda jauh lebih kecil daripada penghasilan seorang buruh. Dalam kondisi yang sangat miskin, justru janda itu memberikan segala yang dia miliki buat Tuhan.

Alkitab tidak mencatat apa yang Yesus lakukan setelah melihat janda miskin itu. Tetapi, kita dapat dengan iman meyakini bahwa Tuhan memberkati janda itu. Salah satunya adalah dengan kisah teladannya yang tercatat dalam Injil dan memberkati orang-orang Kristen turun temurun.

Memberi dalam masa kekurangan memang tidak mudah. Setelah aku sempat gagal memberi, ada suatu masa ketika aku kembali belajar untuk memberi di tengah kekurangan. Waktu itu uangku benar-benar telah menipis, tapi saat itu aku tetap tergerak untuk mengembalikan persepuluhan. Aku yakin pemberianku bukanlah untuk meminta berkat, tapi karena syukur atas berkat-berkat yang telah kunikmati, bukan hanya sekadar berkat materi namun aku bisa bangun di pagi hari, bernafas, punya tubuh yang sehat dan kuat juga berkat yang Tuhan anugerahkan bagiku. Seharusnya aku bisa saja untuk tidak memberi dengan alasan uangku telah menipis. Lagipula tidak akan ada orang yang tahu kalau bulan itu aku memberikan persepuluhan atau tidak. Saat aku memutuskan memberi, tidak ada rasa terpaksa di hati. Yang ada hanyalah sukacita dan damai sejahtera. Satu minggu setelahnya, aku tidak kekurangan! Padahal saat itu aku tahu uangku telah menipis. Hari demi hari aku diberi-Nya berkat kecukupan dan kelimpahan. Aku begitu terharu melihat kebaikan Tuhan kala itu. Dia memberikanku lebih daripada apa yang bisa kuberikan buat-Nya.

Teladan janda miskin adalah cerita yang mengajarku untuk tidak perlu takut dalam memberi kepada sesama yang membutuhkan, terlebih lagi buat Tuhan. Mungkin dalam situasi seperti saat ini, sangat sulit untuk memberi dalam hal keuangan, namun ada hal lain yang bisa kita beri, yaitu tenaga, kasih sayang, dan waktu.

Teman-teman, memberi di tengah kekurangan tidak akan membuat kita menjadi kurang, namun justru semakin berkelimpahan di dalam kasih setia Tuhan. Meski mungkin ketika kita memberi, situasi dan keadaan kita masih tetap sama, namun ingatlah bahwa berkat sesungguhnya bukan hanya tentang materi, bisa juga tentang kesehatan, pergaulan yang baik, dan lain sebagainya.

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
2 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *