Dilema Natal

Minggu, 17 Desember 2023

Baca: Amsal 3:5-18

3:5 Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.

3:6 Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.

3:7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;

3:8 itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.

3:9 Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,

3:10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

3:11 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.

3:12 Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.

3:13 Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian,

3:14 karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas.

3:15 Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya.

3:16 Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan.

3:17 Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata.

3:18 Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.

Karena orang yang sesat adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. —Amsal 3:32

David dan Angie merasakan panggilan Tuhan untuk pindah ke luar negeri, dan dampak pelayanan mereka yang baik di sana tampaknya mengonfirmasi hal itu. Namun, ada sisi negatif dari kepindahan mereka—sekarang orangtua David yang sudah lansia harus merayakan Natal berdua saja.

David dan Angie mencoba meredakan rasa kesepian orangtua David dengan mengirimkan hadiah Natal lebih awal dan menelepon mereka pagi-pagi pada hari Natal. Namun, yang benar-benar diinginkan orangtua David adalah mereka berdua. Penghasilan David tidak memungkinkan mereka untuk sering-sering pulang, jadi adakah lagi yang dapat mereka lakukan? David memerlukan hikmat.

Amsal 3 memberikan pelajaran yang baik tentang mencari hikmat. Di dalamnya kita diperlihatkan bagaimana kita dapat menerima hikmat dengan menyerahkan situasi yang kita hadapi kepada Allah (ay.5-6), serta menerangkan berbagai kualitas hikmat seperti kasih dan kesetiaan (ay.3-4,7-12), serta berkat yang diterima dari hikmat berupa damai sejahtera dan umur panjang (ay.13-18). Dengan cara yang menyentuh, dikatakan juga bahwa Allah memberikan hikmat tersebut ketika kita “bergaul erat” dengan-Nya (ay.32). Dia membisikkan jalan keluar dari-Nya kepada mereka yang dekat dengan-Nya.

Pada suatu malam, saat sedang mendoakan masalahnya tersebut, David mendapat ide. Pada hari Natal berikutnya, ia dan Angie mengenakan pakaian terbaik mereka, menghiasi meja dengan pernak-pernik Natal, dan meletakkan hidangan makan malam mereka di sana. Orangtua David melakukan yang sama. Setelah meletakkan sebuah laptop di atas meja masing-masing, mereka pun makan bersama melalui video. Mereka merasa seolah-olah berada dalam ruangan yang sama. Sejak saat itu, ritual ini pun menjadi tradisi keluarga mereka.

Allah bergaul erat dengan David serta memberinya hikmat, dan Dia juga rindu membisikkan jalan keluar-Nya yang kreatif untuk masalah kita. —Sheridan Voysey

WAWASAN
Amsal 3 berisi instruksi seorang ayah kepada putranya tentang nilai penting dari hikmat dan peran kunci dari kerendahan hati. Dalam ayat 11-12, sang ayah menekankan pentingnya menerima disiplin dari Allah. Ayat-ayat itu memberikan contoh yang baik tentang hubungan Perjanjian Baru dengan Perjanjian Lama. Penulis Kitab Ibrani mengutip perikop tersebut dalam menekankan hubungan bapa dan anak yang kita nikmati bersama Allah. “Janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan [Tuhan]; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak” (Ibrani 12:5-6). Penulisnya kemudian memberi catatan, “Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?” (ay. 7). Patutlah jika seorang ayah duniawi memberi nasihat kepada anaknya dengan meneladan cara Bapa Surgawi mendidik anak-anak-Nya. —Tim Gustafson

Dilema Natal

Dilema apa yang sedang kamu hadapi saat ini? Jalan keluar penuh kasih apa yang mungkin Allah bukakan bagi kamu?

Allah Bapaku, bisikkanlah dalam hatiku jalan keluar kreatif yang sanggup Engkau berikan untuk masalahku.

Bacaan Alkitab Setahun: Amos 7-9; Wahyu 8

Bagikan Konten Ini
21 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amen.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *