Belajar dari Parut Luka
Selasa, 19 Desember 2023
Baca: Kejadian 32:22-32
32:22 Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok.
32:23 Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya.
32:24 Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.
32:25 Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu.
32:26 Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.”
32:27 Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakub.”
32:28 Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.”
32:29 Bertanyalah Yakub: “Katakanlah juga namamu.” Tetapi sahutnya: “Mengapa engkau menanyakan namaku?” Lalu diberkatinyalah Yakub di situ.
32:30 Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!”
32:31 Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya.
32:32 Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya. —Kejadian 32:31
Faye menyentuh parut luka pada perutnya. Ia baru saja dioperasi lagi untuk mengangkat kanker esofagus dan lambung. Kali ini, tim dokter mengangkat sebagian lambungnya dan meninggalkan sebaris parut kasar yang menunjukkan seberapa besar pembedahan yang telah dilakukan. Ia berkata kepada suaminya, “Parut bisa melambangkan rasa sakit dari kanker, atau sebaliknya awal dari kesembuhan. Aku memilih parutku menjadi simbol kesembuhan.”
Yakub menghadapi pilihan serupa setelah semalaman bergulat dengan Allah. Dalam pergulatan itu, Allah memukul sendi pangkal paha Yakub, lalu membiarkan Yakub kelelahan dan menjadi pincang. Saya bertanya-tanya dalam hati, apa gerangan yang ada dalam pikiran Yakub saat ia memijat-mijat pangkal pahanya berbulan-bulan kemudian?
Apakah ia menyesali tahun-tahun hidupnya yang penuh tipu muslihat, yang berpuncak pada pergulatan yang menentukan itu? Utusan ilahi tersebut berjuang keras untuk menyingkapkan kebenaran dari diri Yakub, dan menolak memberkati Yakub sampai ia menyadari siapa dirinya. Yakub pun mengaku bahwa ia adalah seseorang yang penuh tipu daya sejak lahirnya (lihat Kej. 25:26). Ia telah memperdaya saudaranya Esau dan ayah mertuanya Laban, dengan menjebak mereka demi mendapat keuntungan. Sosok yang bergulat dengan Yakub berkata bahwa namanya sekarang menjadi “Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang” (Kej. 32:28).
Kepincangan Yakub melambangkan kematian dari hidup lamanya yang penuh tipu muslihat, sekaligus awal dari hidup barunya bersama Allah. Akhir dari Yakub dan awal dari Israel. Kepincangan itu membuatnya bersandar pada Allah, yang kini bergerak dengan dahsyat di dalam dan melalui diri Yakub. —Mike Wittmer
WAWASAN
Konteks pergulatan misterius Yakub (Kejadian 32:22-32) adalah rencana pertemuannya dengan sang kakak, Esau (ay. 3-6). Karena tipu daya Yakub di masa lampau (25:29-34; 26:34–27:41), ia takut Esau akan menyerang dirinya dan keluarganya (32:6-12). Tidak lama kemudian, “seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing” (ay. 24). Dalam bagian-bagian lain dari Kitab Suci, ketika Allah menyingkapkan diri-Nya dalam rupa manusia, mula-mula orang hanya dapat mengenali-Nya sebagai manusia biasa (lihat Kejadian 18:1-2; Hakim-Hakim 6:11-22; 13:10,21-22). Namun, menjelang fajar, Yakub tampaknya mulai menyadari bahwa orang asing itu lebih daripada manusia biasa, maka ia pun tidak mau melepaskan orang itu, dengan harapan akan diberkati (Kejadian 32:26-30). —Monica La Rose
“Parut luka rohani” apa yang kamu miliki? Bagaimana parut itu melambangkan akhir dari sesuatu yang buruk dan permulaan sesuatu yang baru?
Ya Bapa, kepincanganku adalah tanda kasih-Mu.
Amin
.AmiN.
Amin
Amin
Amin
Amin
Amin
Bapa kami yang ada di sorga
Dikuduskanlah namaMu
Datanglah kerajaanMu
Jadilah kehendakMu
Di bumi seperti di sorga
Berikanlah kami pada hari ini
Makanan kami yang secukupnya
Ampunilah kami akan kesalahan kami,
Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
Sampai selama-lamanya.
Amen
Amin… 😇😇
Amin
amin
amin
amin
Amien 🙏
Amiiin 🙏🙏🙏
amin
Amin
amin…
Amen
Hal ini membuktikan bahwa Allah bisa menampakkan diri-Nya kepada umat dengan wujud apa pun, dan sekarang kita percaya bahwa Dia sudah hadir dalam wujud manusia melalui tubuh Tuhan Yesus Kristus, dan menyertai setiap umat dengan Roh-Nya yang Kudus. Amin.
amin
Terima kasih Bapa 🙏
Amin…
Terpujilah nama Tuhan
Amin
Amin
amin
Amin