Kasih Karunia Tuhan dalam Pencarian Pekerjaanku

Oleh Yosheph Yang

Kurang lebih enam bulan lalu, aku menulis tentang bagaimana pentingnya janji Tuhan, iman, dan kesabaran dalam penantian penggenapan janji-Nya. Ceritaku tentang ini bisa dibaca di sini. Dengan berpegang pada janji Tuhan dan melalui kasih karunia-Nya, aku diterima sebagai dosen tetap dengan jaminan pensiun di salah satu universitas negeri di Korea Selatan. Di artikel ini, aku akan menceritakan bagaimana Tuhan memimpin langkahku dalam menjadi dosen.

Di awal masa studi doktoralku, aku tidak terlalu berpikir untuk menjadi dosen setelah lulus. Aku lebih kepikiran untuk bekerja di institusi penilitian dan semacamnya dibandingkan dengan bekerja di bidang akademik. Menjelang akhir masa studi doktoralku, keinginan untuk menjadi dosen mulai muncul. Dikarenakan bidang penelitianku yang sangat terkait dengan rahasia negara, kemungkinan aku untuk diterima di lembaga penelitian di luar negeri sangat kecil. Mentor rohaniku di saat studi doktoralku juga menceritakan jika aku diterima sebagai dosen, aku akan memiliki banyak interaksi dengan mahasiswa sehingga dapat memberitakan Kristus kepada mahasiswa yang membutuhkan. Pergumulanku menjelang kelulusan doktoralku juga dapat dibaca di sini.

Setelah lulus dari studi doktoralku, aku diterima sebagai dosen tanpa tenur (jaminan menjadi dosen tetap) di salah satu universitas swasta di Korea Selatan. Selama masa kerjaku di universitas tersebut, aku telah mengirimkan 9 aplikasi di dua tahun pertama. Tidak ada universitas yang mau menerima dikarenakan aku orang Indonesia. Sebagai orang asing di Korea, sangat tidak mudah bagiku untuk mendapatkan pendanaan riset dari pemerintah Korea.

Mentor rohaniku mengatakan kepadaku bahwa Tuhan akan membukakan pintu buatku. Beliau menceritakan kisahnya sebagai satu-satunya pelamar untuk pekerjaan yang beliau daftar di masa lalu. Aku sedikit skeptik mendengar cerita tersebut. Bagaimana mungkin aku menjadi satu-satunya pelamar untuk pekerjaan sebagai dosen yang sangat banyak peminatnya? Bagaimana aku bisa bersaing dengan orang Korea lainnya?

Aku mengakui ketidakpercayaanku dan menuangkan segala permasalahanku kepada Tuhan. Kurang lebih isi doaku adalah seperti ini.

Tuhan, Engkau sangat mengerti situasi pekerjaanku sekarang. Sebagai orang asing di Korea, sangat tidak mudah bagiku untuk mendapatkan pekerjaan sebagai dosen dengan jaminan tenur. Di Indonesia sendiri, tidak banyak lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidang penelitianku. Walaupun ada, aku harus mengorbankan gaji dan penelitianku jika pulang ke Indonesia. Apabila rencana Tuhan buatku adalah bekerja di Indonesia, tolong ubah hatiku dan bukakan jalanku. Bantu aku mempercayai-Mu sebagaimana Engkau telah membawa aku sejauh ini. Apabila rencana-Mu bagiku adalah bekerja di Korea, tolong pimpin jalanku. Jika rencana-Mu bagiku ada bekerja di Korea, tolong berikan aku pekerjaan sebagai dosen di universitas negeri yang tidak banyak memaksakan publikasi dan pendanaan riset sehingga aku bisa memiliki waktu yang lebih untuk pemuridan mahasiswa lainnya.

Di masa pencarian pekerjaan, aku memegang janji Tuhan di Yesaya 30:18, “Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!”

Tuhan menantikan saat yang tepat untuk memberikan yang terbaik. Karena kita berharga bagi Kristus, Ia akan memberikan yang terbaik buat kita. Sering sekali Tuhan memakai masa penantian ini untuk membentuk karakter kita bertumbuh menyerupai Kristus.

Di awal bulan Mei 2023, tiba-tiba ada lowongan sebagai dosen dengan jaminan tenur di salah satu universitas negeri di Korea. Lebih spesifik lagi, lowongan ini hanya terbuka bagi warga negara asing atau orang Korea dengan multi-kewarganegaraan. Banyak dosen-dosen lain di sekitarku yang menyarankanku untuk mendaftar di posisi tersebut.

Setelah mengirimkan pendaftaranku, aku mendapatkan informasi bahwa aku lolos untuk wawancara departemen. Di masa wawancara tersebut, aku juga bertemu dengan orang asing lainnya. Beliau memiliki banyak pengalaman dibanding aku dan telah memiliki banyak publikasi. Salah satu hal yang aku cukup baik dibanding beliau adalah kemampuan bahasa Koreaku. Aku berdoa kepada Tuhan supaya aku tidak melihat situasi sekitarku dan bisa lebih fokus kepada pimpinan Tuhan.

Dikarenakan universitas yang aku daftar ini adalah universitas negeri, minimal satu orang akan dipanggil untuk wawancara terakhir dengan para petinggi universitas. Dan, rektor universitas yang aku daftar ini berasal dari jurusan yang aku daftar. Beliau telah mendengar tentang aku dari para dosen di jurusan ini. Wawancara terakhirku berlangsung hanya 5 menit. Melalui kasih karunia Tuhan, aku diterima di posisi ini.

Setelah diterima, aku menanyakan kepada kepala jurusan mengapa mereka membukakan lowongan untuk orang asing. Beliau mengatakan pada awalnya mereka pada awalnya menginginkan untuk menerima dosen Korea. Tetapi dikarenakan jumlah dosen Korea sudah banyak, pihak petinggi universitas hanya memperbolehkan menerima orang asing. Aku melihat ini semua sebagai bentuk pemeliharaan Tuhan di dalam kehidupanku. Di saat aku memerlukan pekerjaan sebagai dosen tetap, Tuhan menggerakan hati para petinggi universitas yang hanya memperbolehkan untuk menerima orang asing.

Aku sangat berterima kasih buat pimpinan Tuhan di kehidupanku. Saat pertama kali aku datang ke Korea di tahun 2015, tidak pernah terpikir bagiku untuk menjadi dosen. Kadang-kadang aku merasakan aku kehilangan satu tahun di masa pembelajaran insentif bahasa Korea di tahun pertama masa studiku. Tetapi, Tuhan menggunakan waktu pembelajaran tersebut dan persekutuanku bersama gereja Navigators Korea untuk meningkatkan kemampuan bahasa Koreaku. Yesaya 55:8-9 berkata, Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”

Melihat Tuhan membukakan posisi di universitas negeri yang hanya menerima orang asing, aku mengalami bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Yeremia 32:27 juga berkata, Sesungguhnya, Akulah Tuhan, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk-Ku?” Hal penting yang diinginkan Tuhan di dalam kehidupan kita adalah mempercayai-Nya dan menantikan Dia bertindak dalam ketekunan dan ketaatan dalam iman.

Ibrani 10:35-36, Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
5 replies
  1. Lydia
    Lydia says:

    Amiin .. Thanks utk tulisannya , yg mengingatkan akan Kedaulatan dan Janji Tuhan spy kita tetap Setia dan Percaya .. Tuhan Berkati

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *