Hikmat yang Kita Butuhkan

Minggu, 8 Oktober 2023

Baca: Amsal 4:10-19

4:10 Hai anakku, dengarkanlah dan terimalah perkataanku, supaya tahun hidupmu menjadi banyak.

4:11 Aku mengajarkan jalan hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan yang lurus.

4:12 Bila engkau berjalan langkahmu tidak akan terhambat, bila engkau berlari engkau tidak akan tersandung.

4:13 Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu.

4:14 Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat.

4:15 Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus.

4:16 Karena mereka tidak dapat tidur, bila tidak berbuat jahat; kantuk mereka lenyap, bila mereka tidak membuat orang tersandung;

4:17 karena mereka makan roti kefasikan, dan minum anggur kelaliman.

4:18 Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.

4:19 Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.

Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung. —Amsal 4:19

Dalam bukunya yang monumental, The Great Influenza, John M. Barry menceritakan epidemi flu yang terjadi pada tahun 1918. Barry mengungkapkan bahwa alih-alih terkejut, para petugas kesehatan telah mengantisipasi terjadinya penularan besar-besaran. Mereka khawatir bahwa dengan ratusan ribu tentara berdesak-desakan di dalam parit-parit dan bergerak melintasi perbatasan negara-negara, Perang Dunia I akan menyebarkan virus-virus baru. Akan tetapi, semua pengetahuan tersebut tidak dapat menghentikan kerusakan yang terjadi. Para penguasa terus saja menabuh genderang perang dan melaju menuju peperangan. Alhasil, para ahli epidemiologi memperkirakan bahwa lima puluh juta orang meninggal dunia dalam epidemi tersebut, di luar sekitar dua puluh juta jiwa yang gugur akibat keganasan perang.

Kita telah berulang kali melihat bahwa pengetahuan manusia takkan pernah memadai untuk menyelamatkan kita dari kejahatan (Ams. 4:14-16). Meski kita sudah mengumpulkan pengetahuan yang berlimpah dan menyajikan banyak pemikiran yang mengagumkan, kita masih saja gagal menahan diri kita untuk tidak menyakiti satu sama lain. Kita tidak dapat menghentikan “jalan orang fasik,” yaitu jalan kebodohan yang berulang kali kita tempuh dan berujung pada “kegelapan”. Terlepas dari pengetahuan kita yang terunggul, kita sama sekali tidak tahu “apa yang menyebabkan [kita] tersandung” (ay.19).

Itulah sebabnya Alkitab mendorong kita: “Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian” (ay.5). Kita membutuhkan hikmat, karena melaluinya kita diajari tentang apa yang harus kita lakukan dengan pengetahuan kita. Hikmat sejati, yang sungguh-sungguh kita butuhkan, berasal dari Allah. Pengetahuan kita takkan pernah memadai, tetapi hikmat-Nya menyediakan apa yang kita butuhkan. —Winn Collier

WAWASAN
Dalam Amsal 4, seorang ayah mengajar anak-anaknya agar memperoleh “hikmat” (ay. 7) dengan membandingkan dua jalan atau arah kehidupan, yaitu “jalan hikmat” (ay. 11) dan “jalan orang fasik” (ay. 14). Jalan yang dipimpin oleh hikmat Allah digambarkan sebagai gaya hidup yang mengarah kepada suatu perjalanan yang mantap, penuh keyakinan, ketika “langkahmu tidak akan terhambat, . . . engkau tidak akan tersandung” (ay. 12). Sebaliknya, gaya hidup orang fasik adalah “kegelapan” (ay. 19); mereka yang berjalan di dalamnya “tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung” (ay. 19). Karena tidak dapat berjalan dengan mantap, mereka yang memilih kejahatan hanya ingin menyebabkan orang lain celaka (ay. 17) dan mengakibatkan orang lain tersandung juga (ay. 16). Mereka yang hidup menurut hikmat dan keadilan Allah akan berkembang dengan mengikuti “jalan orang benar seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari” (ay. 18). —Monica La Rose

Hikmat yang Kita Butuhkan

Dalam hal apa kamu melihat pengetahuan manusia tidak memadai? Bagaimana hikmat Allah dapat menuntun kamu kepada cara hidup yang lebih baik dan sejati?

Ya Allah, aku sering bergumul dengan keangkuhan diri. Pengetahuanku sebagai manusia tidak dapat menyelamatkanku. Sudilah kiranya Engkau mengajariku kebenaran-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 30-31; Filipi 4

Bagikan Konten Ini
17 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amen

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *