Menghadapi Kekecewaan

Minggu, 27 Agustus 2023

Baca: 1 Tawarikh 28:2-3,6-12

28:2 Lalu berdirilah raja Daud dan berkata: “Dengarlah, hai saudara-saudaraku dan bangsaku! Aku bermaksud hendak mendirikan rumah perhentian untuk tabut perjanjian TUHAN dan untuk tumpuan kaki Allah kita; juga aku telah membuat persediaan untuk mendirikannya.

28:3 Tetapi Allah telah berfirman kepadaku: Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab engkau ini seorang prajurit dan telah menumpahkan darah.

28:6 Ia telah berfirman kepadaku: Salomo, anakmu, dialah yang akan mendirikan rumah-Ku dan pelataran-Ku sebab Aku telah memilih dia menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi bapanya.

28:7 Dan Aku akan mengokohkan kerajaannya sampai selama-lamanya, jika ia bertekun melakukan segala perintah dan peraturan-Ku seperti sekarang ini.

28:8 Maka sekarang, di depan mata seluruh Israel, jemaah TUHAN, dan dengan didengar Allah kita, aku berkata kepadamu: Peliharalah dan tuntutlah segala perintah TUHAN, Allahmu, supaya kamu tetap menduduki negeri yang baik ini dan mewariskannya sampai selama-lamanya kepada anak-anakmu yang kemudian.

28:9 Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya.

28:10 Camkanlah sekarang, sebab TUHAN telah memilih engkau untuk mendirikan sebuah rumah menjadi tempat kudus. Kuatkanlah hatimu dan lakukanlah itu.”

28:11 Lalu Daud menyerahkan kepada Salomo, anaknya, rencana bangunan dari balai Bait Suci dan ruangan-ruangannya, dari perbendaharaannya, kamar-kamar atas dan kamar-kamar dalamnya, serta dari ruangan untuk tutup pendamaian.

28:12 Selanjutnya rencana dari segala yang dipikirkannya mengenai pelataran rumah TUHAN, dan bilik-bilik di sekelilingnya, mengenai perbendaharaan-perbendaharaan rumah Allah dan perbendaharaan-perbendaharaan barang-barang kudus;

Aku bermaksud hendak mendirikan rumah perhentian untuk tabut perjanjian Tuhan. —1 Tawarikh 28:2

Setelah mengumpulkan uang sepanjang tahun untuk sebuah perjalanan istimewa, para pelajar kelas tiga dari sebuah SMA di Oklahoma dibuat terkejut begitu tiba di bandara. Mereka baru menyadari bahwa sebagian besar dari mereka telah membeli tiket dari sebuah perusahaan gadungan yang mengaku sebagai maskapai penerbangan. “Benar-benar menyedihkan,” kata salah satu staf administrasi sekolah. Namun, meskipun para pelajar itu terpaksa harus mengubah rencana, mereka memutuskan untuk “memanfaatkan keadaan dengan sebaik-baiknya.” Sebuah objek wisata di dekat situ telah menyumbangkan tiket masuknya dengan cuma-cuma, dan anak-anak pelajar itu pun dapat menikmati wahana di dalamnya selama dua hari.

Ketika suatu rencana kandas atau berubah, hal itu bisa terasa mengecewakan atau bahkan memilukan. Apalagi ketika kita sudah mengeluarkan banyak waktu, uang, dan perhatian dalam penyusunan rencana itu. Raja Daud “bermaksud hendak mendirikan” rumah bagi Allah (1Taw. 28:2), tetapi Allah berfirman kepadanya: “Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, . . . Salomo, anakmu, dialah yang akan mendirikan rumah-Ku” (ay.3,6). Daud tidak menjadi putus asa. Ia memuji Allah yang telah memilihnya menjadi raja atas Israel, lalu menyerahkan rencana pembangunan rumah Tuhan itu kepada Salomo untuk diselesaikan (ay.11-13). Daud juga menyemangati Salomo: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, dan lakukanlah itu; . . . sebab Tuhan Allah, Allahku, menyertai engkau” (ay.20).

Saat rencana kita gagal, apa pun alasannya, kita dapat membawa kekecewaan kita kepada Allah yang “memelihara [kita]” (1Ptr. 5:7). Dia akan menolong kita menghadapi kekecewaan kita dengan besar hati. —ALYSON KIEDA

WAWASAN
Dalam Kitab 1–2 Tawarikh dan 1–2 Raja-Raja, kita menemukan catatan-catatan sejarah bangsa Israel yang mempunyai banyak kesamaan. Akan tetapi, keduanya memberikan penekanan teologis yang sangat berbeda. Kitab 1–2 Raja-Raja ditulis ketika bangsa Israel berada dalam pembuangan, dan tujuan utama kitab-kitab tersebut adalah menjelaskan alasan mereka mengalami pembuangan—yaitu karena dosa-dosa mereka. Oleh karena itu, 1–2 Raja-Raja sangat menekankan aspek negatif dari sejarah bangsa itu. Sebaliknya, Kitab 1–2 Tawarikh, yang ditulis setelah masa pembuangan berakhir, berfokus pada aspek yang lebih positif dalam sejarah bangsa itu dengan maksud memberikan harapan baru kepada orang Israel untuk melayani Allah. —Monica La Rose

Menghadapi Kekecewaan

Pernahkah kamu telah mengorbankan begitu banyak untuk sebuah rencana, tetapi kemudian rencana itu kandas? Apa yang menolong kamu menghadapi kekecewaan itu?

Ya Allah, terima kasih atas janji dan rencana-Mu yang tak pernah gagal. Tolonglah aku saat rencanaku gagal.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 120-122; 1 Korintus 9

Bagikan Konten Ini
29 replies
  1. Rina Sihombing
    Rina Sihombing says:

    tetaplah berkarya di saat kekecawaan melanda, krn Tuhan psti menggantikannya dgn kemenagan yg kudus

  2. Joseph Bangun
    Joseph Bangun says:

    saat teduh ini sangat membuatku sadar untuk dekat kepada Tuhan, aku baru pertama kali untuk melakukan saat teduh dan aku akan bertobat dan sering berdoa seiring waktu

  3. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amen

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *