Setiap Duka

Selasa, 25 Juli 2023

Baca: Wahyu 21:1-6

21:1 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.

21:2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

21:3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.

21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”

21:5 Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Dan firman-Nya: “Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar.”

21:6 Firman-Nya lagi kepadaku: “Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.

Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka. —Wahyu 21:4

“Kutimbang setiap Duka yang kujumpai,” tulis penyair abad ke-19 Emily Dickinson, “Dengan mata menyipit penuh selidik – / Apakah bobotnya serupa dengan Lukaku, ingin aku tahu – / Ataukah bebannya sedikit lebih Mudah.” Puisi tersebut merupakan perenungan yang mendalam tentang kecenderungan manusia untuk terus mengingat-ingat bagaimana mereka telah dilukai di sepanjang hidup mereka. Dickinson mengakhiri puisinya, hampir seperti bimbang, dengan satu-satunya pelipur lara yang ia dapatkan: “Penghiburan dari luka tusukan paku” saat memandang Kalvari, dan menemukan lukanya sendiri tecermin dalam luka Sang Juruselamat: “Masih tertegun saat menyadari / Ada Luka – yang tak berbeda dari lukaku sendiri –.”

Kitab Wahyu menggambarkan Yesus, Juruselamat kita, sebagai “Anak Domba [yang] seperti telah disembelih” (5:6; lihat ay.12). Luka-luka-Nya masih terlihat. Luka-luka yang diperoleh-Nya karena menanggung di dalam tubuh-Nya sendiri dosa dan keputusasaan umat-Nya (1Ptr. 2:24-25), supaya mereka dapat memperoleh hidup dan pengharapan yang baru.

Kitab Wahyu juga menggambarkan suatu hari di masa depan ketika Sang Juruselamat akan “menghapus segala air mata” dari mata setiap anak-Nya (21:4). Tuhan Yesus tidak akan mengecilkan rasa sakit mereka, melainkan sungguh-sungguh melihat dan mempedulikan kedukaan mereka masing-masing, sambil mengundang mereka untuk masuk ke dalam realitas hidup yang baru dan utuh di kerajaan-Nya. Di sana, “maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita” (ay.4). Di sana, air yang menyembuhkan akan mengalir “dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan” (ay.6; lihat 22:2).

Karena Juruselamat kita telah menanggung setiap dukacita kita, kita dapat mengalami perteduhan dan pemulihan dalam kerajaan-Nya. —Monica La Rose

WAWASAN
Ketika diasingkan di Pulau Patmos (Wahyu 1:9), Rasul Yohanes mendapat gambaran sekilas tentang “apa yang harus segera terjadi” (ay.1) ketika Yesus kembali untuk memerintah dunia sebagai Raja. Allah akan menghakimi dan menghukum dunia yang berdosa dan tidak percaya, yang penuh kefasikan dan kejahatan (psl.4–19). Iblis akan dilemparkan ke dalam penghukuman kekal (20:10). Dalam penglihatannya yang terakhir (21:1–22:9), Yohanes “melihat langit yang baru dan bumi yang baru” (21:1), suatu penggenapan dari janji Allah dalam Yesaya 65:17-25. Para ahli Alkitab mengatakan bahwa baik Yesaya maupun Yohanes menggambarkan tentang surga, yakni “kemah Allah” tempat Dia “akan diam bersama-sama” dengan umat-Nya untuk selamanya (Wahyu 21:3). “Tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, . . . tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu” (ay.27). Rasul Petrus berkata bahwa di langit yang baru dan bumi yang baru itulah “terdapat kebenaran” (2 Petrus 3:13). —K.T. Sim

Setiap Duka

Kapan kamu merasa benar-benar dipedulikan dalam penderitaan kamu? Bagaimana cara Allah menghibur kamu pada masa-masa sulit? 

Allah terkasih, terima kasih, karena Engkau melihat, memahami, dan menanggung segala dukaku.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 37-39; Kisah Para Rasul 26

Bagikan Konten Ini
41 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amen

  2. Yosua Piris
    Yosua Piris says:

    seneng bisa selalu di ingatkan Tuhan kalau aku gak pernah sendirian dan sellu di hibur dalam setiap masa kehidupanku

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *