Be Muscle, Be Humble

Oleh Ari Setiawan, Jakarta

Anak muda masa kini semakin mengutamakan gaya hidup sehat sebagai bagian dari kehidupan. Apakah kamu juga salah satunya?

Hal ini baik kok. Ini tanda kita sadar akan pentingnya menjaga tubuh agar tetap bugar dan berbadan kekar. Namun, dalam upaya mencapai tujuan tersebut, tidak jarang mungkin beberapa dari kita terjebak dalam perilaku yang kurang baik, seperti membanggakan pencapaian olahraga atau bentuk tubuh kita yang ideal, baik di media sosial maupun dalam interaksi dengan teman. So, artikel ini mau membahas bagaimana sih seharusnya kita bersikap dengan pencapaian hidup sehat kita.

Tujuan Olahraga Buat “Flexing”, Lho Kok Gitu?

Fenomena yang terjadi belakangan ini menunjukkan bahwa banyak anak muda yang giat berolahraga dan mengunggah foto atau video kita saat melakukan aktivitas tersebut di media sosial. Kita sering kali “flexing” atau memamerkan pencapaian kita dalam berolahraga atau menunjukkan bentuk tubuh ideal kita. Hal ini mungkin bisa menjadi sumber motivasi bagi orang lain untuk hidup sehat, tetapi di sisi lain, perilaku tersebut juga dapat memicu sikap negatif dari beberapa orang lain.

Ketika kita secara berlebihan membanggakan kebiasaan olahraga atau bentuk tubuh kita, hal ini dapat memunculkan kesan sombong dan membedakan diri dari teman-teman yang tidak seaktif kita dalam berolahraga atau memiliki bentuk tubuh yang berbeda. Sikap sombong ini bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman atau bahkan antipati terhadap orang-orang lain yang berusaha menjaga kesehatan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap rendah hati dalam menghadapi reaksi dan tanggapan orang lain terkait aktivitas olahraga kita.

Pesan dari Amsal

Dalam Alkitab, terdapat ayat yang mengingatkan kita tentang pentingnya kerendahan hati.

“Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.” (Amsal 18:12).

Beberapa pakar teologi memahami Amsal sebagai kumpulan ajaran bijak. Dalam konteks ini, pasal 18 merupakan bagian ajaran mengenai panduan hidup yang benar berbicara tentang pentingnya menjaga sikap rendah hati.

Ayat ini menyampaikan pesan bahwa sikap sombong dan tinggi hati akan berujung pada kehancuran. Ketika seseorang merasa terlalu percaya diri, meremehkan orang lain, atau menganggap dirinya lebih baik dari yang lain, hal itu dapat memicu kemarahan, permusuhan, atau konflik yang akhirnya merusak hubungan baik dengan orang lain.

Sebaliknya, ayat ini juga mengajarkan bahwa kerendahan hati merupakan langkah pertama menuju kehormatan. Ketika seseorang memiliki sikap rendah hati, mereka dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain, menunjukkan empati, menghargai kontribusi orang lain, dan tetap terbuka untuk belajar dan tumbuh.

Menemukan Makna “Be Muscle”

Dalam aktivitas berolahraga, kita perlu memahami esensi sebenarnya dari kegiatan ini. Salah satunya adalah membentuk massa otot. “Be muscle” bukan hanya sekadar memiliki tubuh yang berotot, tetapi juga mengandung makna etimologi yaitu “menyelesaikan dengan kekuatan”. 

Hal ini mengingatkan kembali kepada kita bahwa hasil dari berolahraga lebih dari sekedar menjadi kekar. Ada tujuan yang lebih esensial, yaitu menyelesaikan sebuah masalah kesehatan atau risiko penyakit yang mungkin bisa menyerang siapapun. Dengan memahami etimologi ini, seharusnya sikap sombong tidak kita lakukan, karena justru menyebabkan permasalahan lain saat kita berelasi dengan teman-teman.

Pentingnya “Be Humble”

Selain “be muscle”, kita juga perlu mengaitkannya dengan “be humble”. Secara etimologi, “humble” berasal dari bahasa Latin “humilis”, yang berarti rendah hati seperti tanah. Istilah “humble” juga terkait dengan aksi membungkuk, berlutut, atau merendahkan diri. Bagi kita yang aktif dalam berolahraga, kita pasti mengenal pose membungkuk yang sering dilakukan saat melakukan gerakan-gerakan tertentu, seperti deadlift atau kuda-kuda untuk berlari dan berenang.

Dalam konteks ini, “be humble” mengajarkan kita untuk tetap merendahkan diri dan tidak memandang rendah orang lain, terlepas dari prestasi atau penampilan fisik kita. Kita harus mengingat bahwa tujuan utama kita adalah menjaga kesehatan dan bukan menunjukkan superioritas atau merendahkan orang lain.

Menjaga Rendah Hati dan Fokus pada Tujuan

Dengan pemahaman tentang “be muscle” dan “be humble”, serta mengingat pesan dari Amsal, kita dapat belajar untuk tetap rendah hati dalam setiap kondisi yang kita hadapi saat ini. Kita harus tetap fokus pada tujuan menjaga kesehatan dan menghargai perjalanan kesehatan kita sendiri tanpa merendahkan orang lain.

Bagi kita yang ingin mengajak orang lain untuk berolahraga, sebaiknya lakukan dengan cara yang bersahabat dan menghormati pilihan mereka. Mulailah dengan kegiatan sederhana yang mereka sukai, seperti jalan sore di taman atau berenang bersama. Jika mereka menolak, jangan memaksakan kehendak. Ajaklah mereka lain kali atau berikan pengingat tentang gaya hidup sehat lainnya, seperti pola makan seimbang, istirahat yang cukup, dan menjaga kesehatan mental.

Kesimpulan

Dalam menjaga kesehatan dan membentuk tubuh yang kekar, penting bagi kita untuk tetap rendah hati dalam berinteraksi dengan teman-teman kita. Menjadi sehat bukanlah alasan untuk merendahkan orang lain atau sombong terhadap pencapaian olahraga kita. Dengan memahami esensi be muscle” dan “be humble” serta mengamini pesan dari Amsal, kita dapat menjaga kesehatan dengan tetap rendah hati dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Semangat berolahraga dan tetap jadi murid Kristus yang rendah hati.

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
2 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *